Malam dan Kebaikan

Visualisasi tema kegelapan (lail) dan cahaya.

Surat Al-Lail Tergolong Surat Apa? Klasifikasinya dalam Al-Qur'an

Pertanyaan mengenai klasifikasi suatu surat dalam Al-Qur'an sering muncul di kalangan pembaca dan pengkaji. Salah satu surat yang menarik untuk dibahas adalah Surat Al-Lail. Surat ini merupakan surat ke-92 dalam susunan mushaf, dan penempatannya setelah Surat Asy-Syams. Untuk mengetahui surat Al-Lail tergolong surat apa, kita perlu merujuk pada kategorisasi umum dalam studi Al-Qur'an, baik dari segi urutan turunnya, tema utama, maupun ciri khas penutupannya.

Klasifikasi Berdasarkan Urutan Turun: Makkiyah atau Madaniyah?

Dalam pembagian klasifikasi surat berdasarkan waktu penurunannya, Al-Qur'an dibagi menjadi surat Makkiyah (turun di Mekkah sebelum Hijrah) dan Madaniyah (turun di Madinah setelah Hijrah). Surat Al-Lail, dengan ciri khasnya yang dominan membahas tentang sumpah-sumpah alam semesta dan penekanan pada keimanan serta amal saleh individu, secara tegas tergolong dalam kategori surat Makkiyah.

Ciri khas surat Makkiyah seringkali meliputi: penekanan pada tauhid (keesaan Allah), penetapan hari akhirat, deskripsi surga dan neraka, serta penggunaan sumpah-sumpah alam semesta yang kuat di awal ayat untuk menarik perhatian pendengar yang masih kental dengan tradisi paganisme pada masa itu. Al-Lail memenuhi kriteria ini, dimulai dengan sumpah demi malam dan siang.

Klasifikasi Berdasarkan Tema dan Isi: Surat Pendek dengan Pesan Universal

Secara umum, Al-Lail merupakan bagian dari kelompok surat-surat pendek yang fokus pada ajaran dasar Islam. Lebih spesifik lagi, surat ini sering dikelompokkan bersama surat-surat lain yang membahas tentang perbedaan nasib manusia berdasarkan usaha mereka di dunia. Surat ini menekankan prinsip bahwa manusia diciptakan beragam, namun balasan akhir mereka sepenuhnya tergantung pada amal perbuatan mereka.

Al-Lail dimulai dengan sumpah yang mendalam: "Demi malam apabila menutupi (siang)," (Ayat 1) dan "Demi siang apabila terang benderang," (Ayat 2). Sumpah-sumpah ini berfungsi sebagai pondasi untuk kemudian menjelaskan variasi jalan hidup manusia—ada yang berusaha keras menuju ketaatan, dan ada yang kikir serta merasa cukup dengan kekayaannya. Pesan utamanya adalah anjuran untuk berinfak (membelanjakan harta di jalan Allah) demi meraih keridaan Allah, sebagai jalan menuju kehidupan yang diridai (al-Mardhiyyah).

Surat Al-Lail Sebagai Surat Ayat-Ayat Motivasi

Jika kita melihat dari sudut pandang motivasi spiritual, surat Al-Lail tergolong surat yang sangat kuat dalam mendorong altruisme dan ketakwaan material. Ayat-ayat seperti "Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga)," (Ayat 17-18) memberikan janji mulia bagi mereka yang mampu mengendalikan sifat bakhil (kikir) dan menggunakan nikmat dunia untuk persiapan akhirat.

Sebaliknya, surat ini juga memberikan peringatan keras kepada mereka yang enggan berbagi dan merasa dirinya telah kaya raya tanpa memikirkan pertanggungjawaban. Surat ini mengakhiri dengan kesimpulan bahwa tugas utama manusia adalah menyampaikan petunjuk, dan hanya Allah yang berhak memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki untuk bertakwa, serta menjauhkan mereka yang durhaka.

Hubungan dengan Surat Lain dalam Juz 'Amma

Karena Surat Al-Lail terletak di Juz ke-30 (Juz 'Amma), ia berada di antara surat-surat pendek lainnya yang juga sangat padat maknanya. Surat ini sering dibaca dalam shalat malam atau sebagai bagian dari wirid harian karena isinya yang ringkas namun mencakup tema besar: sumpah alam, perbedaan karakter manusia, keutamaan sedekah, dan kepastian hari perhitungan.

Oleh karena itu, menjawab pertanyaan surat Al-Lail tergolong surat apa, dapat disimpulkan bahwa ia adalah surat Makkiyah, yang fokus pada tema tauhid, pertanggungjawaban amal, dan pentingnya kedermawanan sebagai jalan menuju keridhaan ilahi. Pemahaman ini membantu pembaca untuk menempatkan surat ini dalam konteks keseluruhan ajaran Al-Qur'an.

🏠 Homepage