Memahami Surat Al-Lail Ayat 5

Memberi Bukan Berkurang

Ilustrasi: Tindakan kedermawanan dan keberkahan.

Teks dan Terjemahan Surat Al-Lail Ayat 5

Surat Al-Lail (Malam) merupakan salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang sarat dengan perenungan tentang perbedaan jalan hidup manusia. Ayat kelima secara spesifik menyoroti karakteristik orang yang akan mendapatkan kebahagiaan hakiki.

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى (Fa ammā man aʿṭā wattaqā)

Terjemahan: "Maka adapun orang yang memberikan hartanya (di jalan Allah) dan bertakwa,"

Ayat ini, bersama dengan ayat-ayat berikutnya, berfungsi sebagai penegas bahwa kunci menuju ketenangan jiwa dan keridaan Allah adalah kombinasi antara kedermawanan materi dan kesalehan spiritual (takwa).

Makna Mendalam dari 'Aṭā (Memberi)

Kata kunci pertama dalam ayat ini adalah "a'ṭā" (أَعْطَى), yang berarti memberikan atau menginfakkan. Dalam konteks Al-Qur'an, terutama dalam surat-surat yang membahas kekayaan dan takwa, kata ini merujuk pada infak di jalan Allah.

Infak ini bukan sekadar mengeluarkan uang, namun merupakan tindakan pembersihan jiwa dari sifat kikir dan cinta dunia yang berlebihan. Allah SWT menjanjikan balasan besar bagi mereka yang rela melepaskan apa yang dimilikinya demi mencari keridhaan-Nya. Pemberian ini bisa berupa harta, ilmu, tenaga, atau bahkan waktu.

Ironisnya, banyak manusia cenderung menahan hartanya karena rasa takut akan kemiskinan di masa depan. Namun, janji Allah dalam ayat berikutnya (ayat 6) akan membantah ketakutan ini, menegaskan bahwa memberi justru akan menghasilkan kekayaan sejati.

Pentingnya Penggabungan dengan Takwa (Wattaqā)

Faktor kedua yang sangat ditekankan adalah "wattaqā" (وَاتَّقَى), yaitu bertakwa. Takwa adalah fondasi segala amal ibadah. Memberi tanpa takwa bisa jadi hanya riya' (pamer) atau sekadar kewajiban sosial, bukan ibadah yang diterima.

Takwa adalah kesadaran penuh bahwa setiap tindakan diawasi oleh Allah, yang mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan sambil menjauhi larangan-Nya. Jadi, kedermawanan yang dicari dalam ayat ini adalah:

  1. Niat yang murni: Dilakukan semata-mata karena Allah.
  2. Ketulusan: Tidak mengharapkan balasan duniawi.
  3. Kesesuaian Syariat: Harta yang diinfakkan adalah rezeki yang halal.

Ayat ini mengajarkan bahwa keberuntungan hakiki tidak datang dari akumulasi harta, melainkan dari cara kita menggunakan harta tersebut. Seseorang bisa sangat kaya tetapi hatinya sempit dan jauh dari takwa, sehingga ia termasuk golongan yang disebutkan di ayat-ayat setelahnya.

Kontras dengan Jalan Lain

Surat Al-Lail sering kali disajikan secara berpasangan untuk menunjukkan kontras jalan hidup. Ayat 5 ini adalah pembuka bagi jalan orang yang mulia. Kelanjutannya (ayat 7-10) akan menjelaskan kondisi orang yang bakhil (kikir) dan mendustakan kebaikan.

Memahami ayat 5 ini secara mendalam berarti kita diajak untuk mengevaluasi prioritas hidup. Apakah kita lebih fokus menimbun kekayaan untuk masa tua (yang fana) atau menggunakannya sebagai jembatan menuju kebahagiaan akhirat?

Bagi seorang Muslim, investasi terbaik adalah yang ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ayat ini adalah seruan abadi untuk mengaplikasikan prinsip "fastabiqul khairat" (berlomba-lomba dalam kebaikan), khususnya dalam ranah berbagi dan kedermawanan. Dengan berinfak dan menjaga takwa, seseorang telah memilih jalan yang pasti mengarah pada kebahagiaan sejati yang dijanjikan oleh Sang Pencipta.

🏠 Homepage