KEMUDAHAN Tantangan Janji Ilahi

Ilustrasi Janji Kemudahan

Fokus Mendalam: Surat Al-Lail Ayat 20

إِنَّ لَدَيْنَآ إِنكَلًا وَجَحِيمًا
Sesungguhnya di sisi Kami ada neraka yang menyala-nyala.

Surat Al-Lail (Malam Hari), surat ke-92 dalam Al-Qur'an, menyajikan kontras yang tajam antara dua jalan kehidupan: jalan mereka yang mendermakan hartanya karena bertakwa, dan jalan mereka yang kikir karena merasa cukup diri. Setelah memaparkan konsekuensi positif bagi orang yang mendermakan hartanya untuk mencari keridhaan Allah, ayat-ayat penutup surat ini mengalihkan fokus pada konsekuensi bagi mereka yang enggan bersyukur dan enggan berbuat kebajikan. Ayat ke-20, yang menjadi fokus pembahasan ini, berfungsi sebagai peringatan keras mengenai konsekuensi akhir dari kesombongan dan kekikiran.

Kontekstualisasi Ayat Ke-20

Ayat 20 dari Surat Al-Lail berbunyi, "Sesungguhnya di sisi Kami ada neraka yang menyala-nyala" (Inna ladainā inkalā wajahiimā). Ayat ini harus dibaca bersamaan dengan ayat-ayat sebelumnya (terutama ayat 15 hingga 19) untuk memahami konteksnya secara utuh. Allah SWT menjelaskan bahwa orang yang kikir, yang bakhil, dan yang mengingkari kebenaran (terutama kenikmatan yang telah diberikan kepadanya) akan menghadapi konsekuensi yang sepadan.

Jika ayat sebelumnya (ayat 17-19) menekankan kebahagiaan abadi bagi orang yang bertakwa yang mengeluarkan hartanya (untuk bersedekah), maka ayat 20 ini adalah peringatan balik bagi yang menyombongkan diri dan menahan hartanya. Kata "Inkalā" (neraka) dan "Jahiim" (yang menyala-nyala atau membakar) adalah deskripsi yang sangat kuat mengenai siksaan yang disediakan bagi orang-orang yang menolak untuk tunduk pada prinsip kedermawanan yang diajarkan Islam.

Peringatan dari Kekikiran

Kekikiran dalam Islam bukan sekadar masalah keuangan; ini adalah penyakit hati yang menunjukkan ketidakpercayaan total kepada Allah SWT sebagai Maha Pemberi rezeki. Ketika seseorang menimbun hartanya karena takut miskin, ia secara implisit menempatkan harta itu sebagai pelindungnya, bukan Allah. Surat Al-Lail secara tegas mengatakan bahwa jalan kikir ini tidak akan membawa keamanan, melainkan justru mengarahkan pada "neraka yang menyala-nyala."

Para mufassir menjelaskan bahwa ancaman ini ditujukan kepada mereka yang:

  1. Merasa dirinya sudah cukup kaya tanpa perlu bersyukur kepada Pencipta.
  2. Mendustakan pahala dari amal jariyah dan sedekah.
  3. Enggan mengakui bahwa semua kenikmatan hakikatnya adalah titipan Allah.
Ancaman ini berfungsi sebagai motivasi spiritual. Kehidupan duniawi yang fana tidak boleh membuat seorang Muslim lupa bahwa ada kehidupan abadi yang menanti, di mana pilihan perilaku di dunia akan menentukan tempat kembali.

Perbandingan antara Dua Jalan

Keindahan struktur Surat Al-Lail terletak pada pembandingan yang kontras. Satu sisi menampilkan jalan kebahagiaan (taqwa dan kedermawanan) yang menjanjikan keridhaan Ilahi. Sisi lainnya menampilkan jalan kesengsaraan (kikir dan mengingkari kebenaran) yang diakhiri dengan Jahanam.

Ayat 20 mengakhiri rentetan peringatan tersebut, menegaskan bahwa konsekuensi tersebut pasti datang dari sisi Allah. Ini bukanlah ancaman sembarangan, melainkan kepastian hukum ilahi yang akan diterapkan pada hari perhitungan. Kesadaran akan adanya "neraka yang menyala-nyala" seharusnya mendorong umat Islam untuk senantiasa introspeksi, memastikan bahwa harta yang dimiliki tidak menjadi penghalang antara dirinya dan rahmat Tuhan. Sebaliknya, harta harus menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui kedermawanan dan amal saleh, sebagaimana dicontohkan oleh kebalikan dari orang yang dikhawatirkan dalam ayat ini. Memahami ayat ini secara mendalam memberikan dorongan moral agar kita selalu memilih jalan yang diridhai, yaitu jalan kedermawanan dan ketakwaan sejati.

🏠 Homepage