Menyingkap Urutan Surat Al-Lail dalam Al-Qur'an

Simbol Malam dan Cahaya dalam Surat Al-Lail Lail

Pertanyaan mengenai posisi surat tertentu dalam mushaf Al-Qur'an adalah hal yang sering muncul di kalangan pembaca dan pelajar agama. Salah satu surat yang memiliki keunikan tersendiri dalam konteks pembagian makkiyah dan madaniyah adalah surat Al-Lail. Untuk menjawab secara langsung pertanyaan inti: surat Al-Lail adalah surat yang ke-92 dalam urutan mushaf Al-Qur'an yang kita kenal saat ini.

Surat ini terletak di Juz Amma (Juz ke-30), yang merupakan bagian akhir dari Al-Qur'an. Meskipun urutan penulisan dalam mushaf diatur berdasarkan ketetapan Utsmani, penting untuk dipahami bahwa urutan wahyu (kronologis turunnya) berbeda dengan urutan penulisan saat ini. Surat Al-Lail sendiri termasuk golongan surat Makkiyah, yang berarti diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.

Keunikan dan Tema Utama Surat Al-Lail

Surat Al-Lail (الليل), yang berarti "Malam", dibuka dengan sumpah Allah SWT demi fenomena alam yang agung. Pembukaan surat ini sangat dramatis, sebagaimana firman-Nya: "Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan demi siang apabila terang benderang." Sumpah ini menunjukkan betapa pentingnya pergantian waktu dan bagaimana seluruh alam semesta tunduk pada kehendak Penciptanya.

Fokus utama surat Al-Lail adalah mengenai perbedaan jalan hidup manusia dalam memandang harta dan kedermawanan. Allah SWT membagi dua tipe manusia dalam merespons nikmat dan ujian. Tipe pertama adalah mereka yang berinfak di jalan Allah, merasa tenang, dan membenarkan kebaikan (al-husna). Bagi mereka, Allah telah menyiapkan kemudahan.

Di sisi lain, terdapat tipe kedua, yaitu mereka yang kikir, merasa cukup dengan dirinya sendiri, dan mendustakan pahala (al-lusra). Surat ini memberikan peringatan keras kepada tipe kedua ini. Peringatan ini bersifat mendalam, menekankan bahwa kekayaan yang dimiliki tidak akan berguna ketika azab menjelang. Ayat-ayat selanjutnya secara eksplisit menyatakan bahwa menjaga diri dari api neraka adalah tujuan tertinggi.

Konteks Makkiyah dan Pesan Universal

Karena Surat Al-Lail adalah surat Makkiyah, pesannya cenderung bersifat akidah (keimanan), penegasan akan Keesaan Allah, hari pembalasan, dan penguatan moralitas individu. Pada masa dakwah di Makkah, tantangan terbesar adalah meyakinkan masyarakat Quraisy yang sangat terikat pada materialisme dan status sosial. Surat ini secara efektif menyentuh isu kekikiran dan kebanggaan diri yang sering menjadi penghalang kebenaran.

Surat ini juga menekankan bahwa keberuntungan sejati bukanlah terletak pada banyaknya harta, melainkan pada ketakwaan dan kedermawanan yang dilakukan dengan niat tulus karena Allah SWT semata. Ayat yang sangat terkenal dari surat ini adalah penekanan bahwa Allah tidak berhutang kepada siapa pun dalam pemberian balasan amal shaleh. "Dan sekali-kali tidak ada seorang pun di sisinya (Allah) suatu nikmat yang harus dibalasi oleh seseorang."

Oleh karena itu, ketika kita mengetahui bahwa surat Al-Lail adalah surat yang ke-92, kita mengenali sebuah risalah yang berdiri tegak di antara surat-surat pendek lainnya, membawa pesan moralitas yang kekal tentang investasi akhirat.

Keutamaan Membaca dan Merenungkan

Mempelajari dan merenungkan makna surat Al-Lail membawa ketenangan jiwa. Ketika seseorang merasa terbebani oleh urusan duniawi atau kekhawatiran materi, surat ini mengingatkan bahwa jalan menuju kebahagiaan sejati adalah dengan membelanjakan harta bukan untuk pamer, tetapi untuk mendekatkan diri kepada ridha Ilahi.

Di akhir surat, terdapat janji mulia bagi orang yang mampu menahan diri dari kekikiran dan mengutamakan keridhaan Allah: "Adapun orang yang memberikan hartanya (di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kelak Kami mudahkan baginya jalan yang mudah (menuju kebahagiaan)." Ayat ini berfungsi sebagai motivasi puncak agar pembaca senantiasa berlomba dalam kebajikan.

Singkatnya, dari total 114 surat dalam Al-Qur'an, Al-Lail menempati posisi strategis sebagai surat ke-92. Posisi ini hanya sebuah penanda dalam susunan mushaf, namun kedalaman pesannya mengenai kontras antara kegelapan keserakahan dan cahaya kedermawanan tetap relevan sepanjang masa. Memahami posisi surat ini membantu kita menempatkan setiap wahyu dalam bingkai keseluruhannya, dari awal hingga akhir kalamullah.

Dengan demikian, terlepas dari urutan fisiknya dalam mushaf, nilai intrinsik dari Surat Al-Lail mengajarkan kita untuk selalu waspada terhadap tipu daya dunia dan memilih jalan yang dicintai Allah, yaitu jalan kedermawanan dan ketakwaan.

🏠 Homepage