Kisah Di Balik Surat Al-Lahab Ayat 3: Abu Lahab dan Istrinya

Tanda Penolakan Ilustrasi api berwarna oranye dan merah dengan bentuk tangan yang menunjuk ke bawah, melambangkan api neraka dan penolakan.

Bunyi Surat Al-Lahab Ayat 3

Surat Al-Lahab (atau Al-Masad) adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang diturunkan untuk mengancam paman Nabi Muhammad SAW, Abu Lahab, dan istrinya, Ummu Jamil. Ayat ketiga dari surat ini secara spesifik menjelaskan nasib yang akan menimpa Abu Lahab.

Teks Arab dan Terjemahan Ayat 3

سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ

Terjemahan Kemenag RI: "Dia akan masuk ke dalam api (neraka) yang menyala-nyala."

Makna Ringkas: Ayat ini menegaskan bahwa Abu Lahab akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam yang apinya sangat dahsyat dan membakar.

Ayat ini merupakan kelanjutan logis dari ayat sebelumnya. Ayat pertama memperkenalkan Abu Lahab dan kutukan baginya, ayat kedua menyebutkan harta dan usahanya yang tidak akan berguna, dan ayat ketiga langsung menunjuk pada konsekuensi akhir dari penolakannya: azab api yang pedih.

Konteks Historis dan Signifikansi Ayat

Ketika Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah secara terang-terangan di Mekkah, salah satu penentang terkerasnya adalah pamannya sendiri, Abu Lahab. Nama asli Abu Lahab adalah Abd al-Uzza bin Abd al-Muthalib. Ia mendapatkan julukan "Abu Lahab" (Bapak Bara Api) karena wajahnya yang selalu tampak bersinar atau karena sifatnya yang panas dan mudah marah.

Ketika Rasulullah SAW naik Bukit Safa dan menyeru kaum Quraisy untuk meninggalkan berhala dan memeluk tauhid, Abu Lahab adalah orang pertama yang menanggapi dengan kasar. Ia berkata, "Celakalah engkau (Abu Lahab)! Apakah hanya untuk urusan ini engkau mengumpulkan kami?" (Dikutip dari tafsir terkait ayat 1).

Azab yang Terperinci

Surat Al-Lahab menyoroti tiga hal utama yang akan menjadi kehinaan Abu Lahab di akhirat:

  1. Kekalahan Usaha (Ayat 2): Hartanya (perak) dan anak-anaknya yang selama ini ia banggakan tidak akan bisa menyelamatkannya dari azab Allah.
  2. Jatuh ke Api (Ayat 3): "syaṣlā nāran dhāta lahab" (Dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala). Kata "lahab" di sini berulang kali merujuk pada nama julukannya sendiri, seolah-olah ia akan dikembalikan ke api yang menjadi ciri khasnya di dunia. Ini adalah ironi ilahi yang sangat kuat.
  3. Keterlibatan Istri (Ayat 4 & 5): Istrinya, Ummu Jamil, yang dikenal karena memfitnah dan membawa kayu bakar untuk menghalangi jalan Nabi, juga dikutuk. Ia akan memanggul tali yang terbuat dari serat pohon palem (sabut) yang dibakar, sebagai balasan atas perbuatannya menyebarkan duri dan duri di jalan dakwah.

Ayat 3 secara khusus menekankan sifat api tersebut: dhat lahab, yaitu api yang berkobar-kobar. Ini menunjukkan tingkatan siksa yang sangat pedih, bukan sekadar api biasa, melainkan api yang intensitasnya diperparah sebagai balasan atas kebenciannya yang membara terhadap risalah Islam. Kejelasan ancaman ini menjadi peringatan keras bagi siapa pun yang menentang kebenaran dengan permusuhan yang nyata.

Pelajaran Penting dari Ayat Ini

Meskipun ayat ini turun mengenai pribadi spesifik (Abu Lahab), pelajarannya bersifat universal. Pertama, kemuliaan nasab (keturunan) atau kedekatan keluarga dengan tokoh besar (seperti paman Nabi) tidak akan memberikan manfaat sedikit pun di hadapan Allah jika seseorang memilih jalan penolakan dan permusuhan aktif terhadap kebenaran.

Kedua, harta benda dan kekuatan duniawi adalah kefanaan. Ayat 2 dan 3 membuktikan bahwa semua kekayaan yang dikumpulkan Abu Lahab hanya akan menjadi bahan bakar di akhirat. Fokus pada duniawi tanpa mempersiapkan akhirat adalah kesia-siaan yang nyata.

Ketiga, ancaman api neraka yang "menyala-nyala" adalah gambaran nyata tentang konsekuensi buruk dari kekafiran yang disengaja dan didukung oleh fitnah serta kebencian pribadi. Ini menegaskan prinsip keadilan mutlak dalam Islam: setiap perbuatan akan dibalas setimpal, baik yang baik maupun yang buruk. Ayat 3 dari Surat Al-Lahab adalah salah satu penegasan paling dramatis mengenai keputusan Allah SWT terhadap penentang dakwah-Nya.

🏠 Homepage