Dalam khazanah mushaf Al-Qur'an, pembukaan setiap surat memiliki kekhususan tersendiri, yang menandai awal dari sebuah narasi atau pesan Ilahi. Salah satu surat yang paling ikonik dan sering menjadi perbincangan, terutama karena relevansi kisahnya dalam sejarah Islam, adalah Surat Al-Fil. Pertanyaan mendasar mengenai **surat al fil diawali dengan lafal** apa seringkali muncul, dan jawabannya terletak pada ayat pertamanya yang fenomenal.
Surat Al-Fil (yang berarti "Gajah") dibuka secara tegas dengan sebuah sumpah yang mengacu pada peristiwa besar. Lafal yang menjadi pembuka surat ini adalah:
Dengan demikian, **surat al fil diawali dengan lafal** yang merupakan sebuah pertanyaan retoris, "Alam tara" (Tidakkah kamu perhatikan). Pertanyaan ini segera menarik perhatian pembaca, mengisyaratkan bahwa peristiwa yang akan diceritakan adalah fakta yang sangat terkenal dan harus direnungkan secara mendalam oleh Nabi Muhammad SAW dan seluruh umat Islam. Ini bukan sekadar kisah lama, melainkan sebuah pengingat akan kekuasaan absolut Allah SWT.
Kisah Ashabul Fil, atau golongan gajah, adalah peristiwa yang terjadi sesaat sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini begitu monumental sehingga dijadikan penanda tahun (disebut 'Amul Fil' atau Tahun Gajah). Tokoh utama di balik insiden ini adalah Abrahah bin Ash-Shabah, seorang raja dari Yaman yang berada di bawah kekuasaan Abisinia (Ethiopia).
Motivasi Abrahah adalah mendirikan sebuah gereja megah di Sana'a yang ia harapkan dapat menyaingi kemuliaan Ka'bah di Makkah. Ketika ia melihat orang-orang Arab Badui tetap berdatangan ke Ka'bah untuk beribadah, ia murka dan memutuskan untuk menghancurkan Ka'bah. Untuk tujuan destruktif ini, ia mengerahkan pasukan besar yang dipimpin oleh seekor gajah besar, sebuah simbol kekuatan militer yang belum pernah terlihat di Jazirah Arab.
Ketika pasukan Abrahah mendekati Makkah, penduduk kota diliputi ketakutan. Banyak yang melarikan diri karena mustahil melawan kekuatan sebesar itu. Namun, Allah SWT tidak membiarkan rumah-Nya dihancurkan. Ayat-ayat berikutnya dalam Surat Al-Fil menjelaskan bagaimana Allah mengirimkan pertolongan yang sangat tak terduga.
Pertolongan itu datang dalam bentuk burung-burung kecil, yang oleh Allah dinamakan "Ababil" (yang datang bergelombang). Burung-burung ini membawa batu-batu kecil yang terbuat dari tanah liat yang dibakar (sijjil). Batu-batu ini, meskipun kecil, memiliki kekuatan penghancur yang luar biasa ketika dilemparkan oleh kuasa Ilahi.
Pasukan gajah, termasuk Abrahah sendiri, hancur lebur. Kedahsyatan serangan ini membuat mereka tercerai-berai, dan pasukan penyerang gagal total dalam misi mereka. Kisah ini menunjukkan bahwa kekuatan materiil sebesar apa pun akan musnah di hadapan kehendak dan pertolongan Allah.
Fokus utama dari **surat al fil diawali dengan lafal** pertanyaan adalah untuk menarik perhatian pada bukti kekuasaan Allah yang nyata dalam sejarah. Surat ini memberikan beberapa pelajaran penting:
Oleh karena itu, ketika kita membaca Al-Qur'an dan menemukan bahwa **surat al fil diawali dengan lafal** yang menanyakan apakah kita telah memperhatikan suatu peristiwa, kita diingatkan untuk selalu merefleksikan bagaimana Allah mengatur alam semesta dan melindungi agama-Nya. Surat ini adalah sebuah monumentum sejarah yang tertulis abadi dalam firman-Nya.