Representasi pembangunan penghalang oleh Dzulqarnain.
حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوْمًا لَّا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا
(Ia terus berjalan) sehingga apabila ia telah sampai di antara dua gunung, ia mendapati di sebelah muka keduanya suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan.
Surat Al-Kahfi, surat yang penuh dengan hikmah dan pelajaran penting bagi umat Islam, mencantumkan empat kisah utama, salah satunya adalah kisah perjalanan Raja Dzulqarnain (yang memiliki dua tanduk atau dua kekuasaan). Ayat 96 ini merupakan titik balik penting dalam ekspedisi keduanya.
Dzulqarnain digambarkan sebagai penguasa yang adil dan diberi kemampuan luar biasa oleh Allah SWT untuk berkelana hingga ke ujung bumi. Setelah melalui perjalanan pertamanya, ia melanjutkan misinya, hingga ia mencapai sebuah wilayah geografis yang spesifik—yaitu di antara dua gunung besar atau dua celah bumi yang dikenal sebagai As-Saddayn.
Deskripsi ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan peringatan tentang cakupan kekuasaan dan tanggung jawab seorang pemimpin. Wilayah yang ia capai berada di perbatasan dunia yang dikenal saat itu, tempat di mana peradaban manusia mulai menipis.
Hal yang menarik dari ayat 96 ini adalah deskripsi mendalam mengenai penduduk di lokasi tersebut. Dzulqarnain menemukan sekelompok orang yang mengalami kesulitan komunikasi signifikan. Lafaz "لَّا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا" (hampir tidak memahami pembicaraan) menunjukkan bahwa bahasa mereka sangat berbeda atau struktur pemikiran mereka belum sekompleks peradaban yang Dzulqarnain tinggali.
Mengapa Allah SWT menyoroti kondisi komunikasi mereka? Hal ini sering diinterpretasikan oleh para mufassir sebagai pengantar sebelum mereka menyampaikan masalah utama mereka. Kesulitan dalam berkomunikasi seringkali menjadi hambatan dalam menyampaikan kebenaran dan keadilan. Kaum ini hidup dalam ancaman besar, yaitu munculnya Ya'juj dan Ma'juj, yang memerlukan intervensi dari sosok sekuat Dzulqarnain.
Penemuan kaum ini menegaskan luasnya wilayah kekuasaan Dzulqarnain, sekaligus menunjukkan bahwa tugasnya bukan hanya menaklukkan atau membangun, tetapi juga membawa ketertiban dan solusi bagi mereka yang tertindas, bahkan jika mereka berada di ujung dunia dan sulit diajak bicara.
Ayat 96 dari Surat Al-Kahfi memberikan beberapa pelajaran penting yang relevan hingga kini:
Ayat-ayat selanjutnya akan menjelaskan bagaimana Dzulqarnain, dengan kebijaksanaan yang Allah berikan, mengatasi kendala bahasa ini dan akhirnya membangun benteng raksasa sebagai solusi permanen terhadap ancaman yang dihadapi kaum yang "hampir tidak memahami pembicaraan" tersebut. Kisah ini menekankan bahwa kekuasaan sejati adalah kekuasaan yang digunakan untuk melindungi yang lemah dan membangun penghalang terhadap kezaliman.