Menggali Hikmah Al Kahfi: Ayat 108-110

Ilmu Penerang Jiwa

Ilustrasi: Cahaya ilmu dari Kalam Ilahi.

Konteks Penutup Surat Al Kahfi

Surat Al-Kahfi, yang kaya akan kisah-kisah penuh hikmah—Ashabul Kahfi (pemuda Ashabul Kahfi), pemilik dua kebun, Nabi Musa dan Khidir, serta kisah Dzulkarnain—berakhir dengan penegasan fundamental mengenai tauhid dan batasan ilmu manusia di hadapan keagungan Allah SWT. Ayat-ayat penutup, khususnya ayat 108 hingga 110, berfungsi sebagai kesimpulan yang memurnikan akidah dan menetapkan cara pandang seorang mukmin dalam menyikapi kebenaran.

Ayat-ayat ini membahas tentang keabadian pahala bagi orang-orang yang beramal saleh serta penekanan bahwa seluruh ciptaan Allah akan musnah kecuali Zat-Nya sendiri. Ini adalah pengingat keras akan sifat fana dunia dan sifat kekal Pencipta alam semesta.

Ayat Inti: Surat Al Kahfi Ayat 108

خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًا

"Mereka kekal di dalamnya (surga); mereka tidak ingin berpindah darinya sedikit pun." (QS. Al-Kahfi: 108)

Ayat 108 menegaskan kabar gembira bagi orang yang beriman dan beramal saleh. Frasa "kekal di dalamnya" menunjukkan status kenikmatan yang abadi, tanpa batas waktu, dan tanpa akhir. Lebih dari sekadar berada di tempat yang indah, kenikmatan surga memiliki kualitas kesempurnaan yang begitu tinggi sehingga para penghuninya tidak akan pernah merasa jenuh atau ingin mencari alternatif lain. Mereka tidak mencari "tempat beralih" (*hiwalan*), karena apa pun yang bisa dibayangkan keindahannya, semuanya telah terwujud secara sempurna di sana. Ini adalah puncak kebahagiaan sejati, berbeda total dari sifat sementara dan mudah berubahnya kesenangan duniawi.

Ayat Penutup: Al-Kahfi Ayat 109-110

قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكِتَابَةِ كَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

"Katakanlah (Muhammad): 'Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya lautan itu akan habis sebelum kata-kata Tuhanku habis, meskipun Kami datangkan bahan tinta sebanyak itu (sebagai tambahannya)'." (QS. Al-Kahfi: 109)

Ayat 109 adalah sebuah mukjizat retoris dan penegasan atas keluasan ilmu dan kekuasaan Allah. Rasulullah SAW diperintahkan untuk menyampaikan bahwa jika seluruh lautan di bumi dijadikan tinta, dan seluruh pohon dijadikan pena, jumlah kata-kata (ilmu, hukum, dan kekuasaan) Allah SWT tidak akan pernah terhitung habis. Ini menekankan bahwa ilmu Allah tidak terbatas oleh dimensi fisik manapun. Bahkan jika bahan tinta ditambah sebanyak lautan yang pertama, ia tetap tidak akan mampu mencakup semua keagungan-Nya.

Kemudian, ayat terakhir dari surat ini, Al-Kahfi ayat 110, memberikan kesimpulan praktis bagi umat manusia.

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

"Katakanlah (Muhammad): 'Aku ini hanyalah seorang manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan jangan ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya'." (QS. Al-Kahfi: 110)

Ayat 110 adalah penutup yang kuat dan merangkum inti ajaran Islam. Tiga poin utama ditekankan di sini:

  1. Keterbatasan Nabi: Nabi Muhammad SAW hanyalah seorang manusia biasa (*basharun mitslukum*), keistimewaannya adalah menerima wahyu.
  2. Tauhid Murni: Tuhan yang wajib disembah hanyalah satu (*Ilahukum Ilahun Wahid*).
  3. Prinsip Ibadah: Untuk meraih keridhaan dan perjumpaan dengan Allah di akhirat, seorang hamba wajib melakukan amal saleh (tindakan yang benar dan bermanfaat) dan menjauhi segala bentuk syirik (mempersekutukan Allah dalam ibadah).

Refleksi Akhir

Kombinasi ayat 108 hingga 110 memberikan peta jalan spiritual. Ayat 108 menjanjikan keabadian bagi amal baik. Ayat 109 menegaskan keagungan Tuhan yang tidak terjangkau akal dan ciptaan. Sementara itu, ayat 110 memberikan instruksi konkret: Fokuskan hidup pada tauhid yang murni dan lakukan perbuatan terbaik, karena itulah bekal sejati untuk menghadapi keabadian yang telah dijanjikan. Membaca dan merenungi ayat-ayat penutup Al-Kahfi ini adalah cara efektif untuk memurnikan niat sebelum kita kembali disibukkan oleh hiruk pikuk duniawi.

🏠 Homepage