Surat Al-Kahfi adalah salah satu surat penting dalam Al-Qur'an yang kaya akan pelajaran hidup, kisah teladan, dan peringatan tentang fitnah dunia. Ayat 101 hingga 110, khususnya, memberikan penutup yang kuat mengenai hakikat kekuasaan Allah SWT dan konsekuensi dari perbuatan manusia di akhirat.
Memahami ayat-ayat ini secara mendalam sangat relevan bagi kehidupan kita saat ini, terutama dalam menghadapi godaan materi dan ilusi kekuasaan duniawi. Ayat-ayat ini mengingatkan kita bahwa semua kemegahan yang dilihat di dunia hanyalah fatamorgana jika dibandingkan dengan keagungan dan keabadian akhirat.
Teks dan Terjemahan Ayat 101 - 110
Berikut adalah kutipan ayat 101 hingga 110 dari Surat Al-Kahfi beserta terjemahannya:
الَّذِينَ كَانَتْ أَعْيُنُهُمْ فِي غِطَاءٍ عَن ذِكْرِي وَكَانُوا لَا يَسْتَطِيعُونَ سَمْعًا
101. (Yaitu) orang-orang yang matanya dalam selubung dari mengingat Aku, dan mereka tidak sanggup mendengar.
أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَن يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِن دُونِي أَوْلِيَاءَ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ نُزُلًا
102. Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka dapat mengambil hamba-hamba-Ku sebagai penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahannam sebagai tempat tinggal bagi orang-orang kafir.
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا
103. Katakanlah (Muhammad), "Apakah Kami akan memberitahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling rugi amalnya?"
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
104. (Yaitu) orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya di dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya.
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
105. Mereka itulah orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan pertemuan dengan-Nya, maka amalan mereka menjadi sia-sia; Kami tidak memberikan penimbangan (amal) bagi mereka pada hari Kiamat.
ذَٰلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا
106. Itulah balasan mereka, yaitu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan karena mereka telah menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasung-Ku sebagai olok-olokan.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا
107. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggal.
خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًا
108. Mereka kekal di dalamnya, tidak ingin berpindah daripadanya.
قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكِتَابَةِ كَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا
109. Katakanlah, "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya akan habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula."
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
110. Katakanlah (Muhammad), "Aku ini hanyalah seorang manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, biarlah ia mengerjakan amal yang saleh dan jangan pula ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya."
Pelajaran Utama dari Penutup Al-Kahfi
Ayat-ayat penutup Surat Al-Kahfi ini memberikan sebuah perbandingan kontras yang tajam antara dua kelompok manusia: mereka yang merugi dan mereka yang beruntung.
1. Mereka yang Merugi (Ayat 101-106)
Ayat 101-106 menggambarkan kondisi orang-orang yang amalannya tertolak. Kunci kerugian mereka adalah "mata yang tertutup dari mengingat Allah" dan "telinga yang tidak mampu mendengar kebenaran." Ini menunjukkan bahwa penolakan terhadap kebenaran bukan hanya masalah tidak tahu, tetapi masalah penutupan hati dan keengganan untuk menerima petunjuk. Mereka melakukan amal dengan perhitungan bahwa itu baik, namun karena landasannya adalah kekafiran atau kesyirikan, seluruh usaha mereka menjadi sia-sia (hangus) di hadapan Allah SWT. Neraka Jahannam disiapkan sebagai konsekuensi logis dari pilihan hidup mereka yang menolak ayat-ayat-Nya dan menjadikan wahyu-Nya sebagai bahan tertawaan.
2. Janji Bagi Orang Beriman (Ayat 107-108)
Sebaliknya, ayat 107 dan 108 menawarkan penghiburan dan kabar gembira. Bagi mereka yang beriman (membenarkan dengan hati dan lisan) dan beramal saleh (melakukan perbuatan sesuai tuntunan syariat), disediakan Surga Firdaus—tingkat surga tertinggi. Keindahan janji ini dipertegas dengan frasa "khalidina fiha, la yabghuna 'anha hiwalah", yang berarti mereka akan kekal di dalamnya tanpa keinginan sedikit pun untuk pindah. Ini adalah puncak kebahagiaan sejati, jauh dari kefanaan dunia.
3. Keagungan Kalimat Allah (Ayat 109)
Ayat 109 memberikan gambaran dahsyat mengenai keterbatasan ilmu dan materi duniawi dibandingkan dengan keluasan ilmu dan firman Allah. Perumpamaan lautan sebagai tinta menunjukkan bahwa seandainya seluruh lautan di bumi ini menjadi tinta, ia akan habis sebelum semua firman Allah selesai tertulis. Hal ini menegaskan bahwa wahyu Allah adalah mutlak, abadi, dan tidak terjangkau oleh akal terbatas manusia.
4. Puncak Tauhid dan Amal Saleh (Ayat 110)
Ayat penutup ini adalah ringkasan ajaran Islam yang paling fundamental. Nabi Muhammad SAW—seorang manusia biasa—diutus untuk menyampaikan pesan tunggal: tauhid murni (mentauhidkan Allah). Ayat ini menutup dengan sebuah seruan praktis: siapa pun yang mendambakan pertemuan dengan Tuhan-Nya (berharap husnul khatimah dan balasan surga), maka satu-satunya jalan adalah **beramal saleh** dan **menjauhi kesyirikan** dalam segala bentuk ibadahnya. Ini adalah penekanan bahwa iman tanpa amal saleh adalah klaim kosong, dan amal saleh tanpa tauhid adalah kesia-siaan.
Visualisasi Kontras antara Pilihan Hidup Duniawi dan Akhirat.
Pada akhirnya, ayat-ayat ini berfungsi sebagai alarm terakhir bagi pembaca Al-Kahfi. Setelah menyaksikan kisah-kisah fitnah (pemuda gua, pemilik kebun, Musa dan Khidir), kita ditutup dengan peringatan tegas tentang konsekuensi akhir. Renungkanlah selalu bagaimana kita mempersiapkan amal kita, agar kita termasuk golongan yang dipanggil dengan rahmat Allah menuju Surga Firdaus, bukan yang amalnya lenyap karena kesombongan dan kesia-siaan dunia.