Surat Al-Kahfi (Gua) adalah salah satu surat terpanjang dalam Al-Qur'an yang mengandung banyak pelajaran hikmah, terutama mengenai ujian kehidupan, keimanan, dan pentingnya mencari pertolongan Allah SWT. Berikut adalah ringkasan dan inti dari ayat 1 hingga ayat terakhir (ayat 110) dari surat ini.
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, dan Dia tidak menjadikan di dalamnya kebengkokan sedikit pun. (QS. Al-Kahfi: 1)
Ayat pembuka ini langsung memuji Allah SWT atas penurunan Al-Qur'an yang lurus, tanpa cacat, berfungsi sebagai petunjuk lurus. Ayat-ayat awal ini juga menjelaskan tujuan kitab suci, yaitu memberi peringatan keras bagi orang-orang kafir dan memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
Kisah Ashabul Kahfi (Penghuni Gua) (Ayat 9-26)
Bagian ini menceritakan kisah monumental tentang sekelompok pemuda beriman yang melarikan diri dari penindasan raja yang zalim dan menyembunyikan diri di dalam gua. Mereka tertidur selama ratusan tahun. Kisah ini menjadi pelajaran besar tentang keajaiban Allah dalam memelihara iman dan tubuh mereka.
Kisah ini mengajarkan bahwa pertolongan Allah datang dalam bentuk yang tidak terduga, dan bahwa kesetiaan kepada akidah akan mendapatkan balasan abadi, meskipun harus melewati kesulitan duniawi yang panjang. Allah menguji hamba-Nya agar terbukti mana yang paling baik amalannya.
Kisah Pemilik Dua Kebun (Ayat 32-44)
Kisah kedua menampilkan perbandingan antara dua orang kaya. Satu orang kufur, sombong, dan mengagungkan hartanya sendiri seolah kekal, menolak mengakui nikmat dari Allah. Orang yang beriman, meskipun miskin, selalu bertawakal dan mengakui bahwa segala sesuatu berasal dari kehendak Allah.
Akibatnya, kebun orang yang sombong hancur lebur diliputi musibah. Pelajaran di sini adalah bahwa kekayaan duniawi adalah sementara (seperti tanaman yang tumbuh lalu kering), dan kesombongan adalah pintu menuju kehancuran. Iman dan syukur jauh lebih bernilai daripada harta yang fana.
Kisah Nabi Musa dan Khidr (Ayat 60-82)
Ini adalah kisah perjalanan spiritual yang sangat penting. Nabi Musa AS, ditemani muridnya, melakukan perjalanan mencari hamba Allah yang bijaksana, yaitu Khidr. Dalam perjalanan ini, Musa menyaksikan tiga peristiwa yang tampaknya aneh: merusak perahu, membunuh seorang anak, dan memperbaiki dinding yang hampir roboh tanpa upah.
Awalnya Musa tidak sabar dan sering mempertanyakan tindakan Khidr. Khidr kemudian menjelaskan bahwa tindakannya didasarkan pada ilmu laduni (ilmu langsung dari Allah) demi kebaikan yang tersembunyi. Pelajaran utamanya adalah: mengakui keterbatasan ilmu manusia, dan bahwa di balik kesulitan atau peristiwa yang tampak buruk, seringkali tersimpan hikmah dan kebaikan yang agung dari Allah SWT.
Kisah Dzulqarnain (Raja yang Mengelilingi Dunia) (Ayat 83-98)
Dzulqarnain adalah seorang penguasa besar yang diberi kemampuan untuk melakukan perjalanan jauh hingga ke ufuk timur dan barat. Ia dikenal adil dan selalu mencari kebenaran. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan kaum yang dilemahkan oleh Ya'juj dan Ma'juj.
Dzulqarnain membangun tembok besar penghalang antara mereka dan manusia. Hikmah dari kisah ini adalah bahwa kekuasaan dan kekuatan yang diberikan Allah harus digunakan untuk menegakkan keadilan, membantu yang lemah, dan membangun perisai pelindung umat manusia, bukan untuk kesombongan pribadi.
Penutup dan Peringatan Hari Kiamat (Ayat 99-110)
Surat ditutup dengan peringatan keras tentang hari penghakiman. Neraka Jahannam akan disiapkan bagi orang-orang kafir yang menolak ayat-ayat Allah.
Katakanlah: "Aku hanyalah seorang manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan jangan ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi: 110)
Ayat penutup ini menjadi ringkasan inti ajaran Al-Qur'an: tauhid (mengesakan Allah) dan amal saleh. Semua kisah di atas berfungsi untuk menguatkan keyakinan bahwa hanya amal yang didasari tauhid dan keikhlasan yang akan bermanfaat saat bertemu dengan Sang Pencipta.