Surat Al-Kahfi adalah surat ke-18 dalam Al-Qur'an yang sarat dengan pelajaran hidup, keimanan, dan ujian dunia. Lima ayat pertamanya merupakan pembukaan yang sangat agung.
Pembukaan Surat Al-Kahfi (Gua) ini langsung memperkenalkan inti risalah Al-Qur'an. Ayat 1 menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang sempurna, lurus, tanpa cacat sedikit pun. Penegasan ini sangat penting untuk membangun fondasi keimanan yang kokoh. Seorang Muslim yang memahami ayat ini akan menerima Al-Qur'an sebagai pedoman hidup yang pasti benar.
Ayat 2 dan 3 memberikan dualitas tujuan utama penurunan kitab suci ini. Di satu sisi, ia berfungsi sebagai peringatan keras (إنذار) mengenai azab pedih bagi mereka yang ingkar. Di sisi lain, ia membawa kabar gembira (تبشير) bagi kaum beriman yang konsisten beramal saleh. Bagi orang yang beriman dan beramal, janji Allah adalah kekekalan dalam nikmat (mereka akan kekal di dalamnya). Ini adalah motivasi terbesar bagi praktik kebaikan.
Melanjutkan tujuan peringatan, ayat 4 dan 5 secara spesifik menargetkan keyakinan sesat yang sangat besar dosanya, yaitu anggapan bahwa Allah memiliki sekutu atau anak. Penegasan bahwa klaim tersebut sama sekali tidak berdasar, baik bagi mereka yang mengatakannya maupun bagi generasi terdahulu, menunjukkan betapa seriusnya kesalahan akidah tersebut. Ucapan tersebut dikategorikan sebagai perkataan yang keji dan dusta yang keluar dari mulut mereka.
Keutamaan membaca lima ayat pertama Al-Kahfi sering dikaitkan dengan perlindungan dari fitnah Dajjal, sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadis shahih. Memahami makna ayat-ayat pembuka ini membantu seorang mukmin menguatkan akidahnya sebelum menghadapi ujian-ujian besar kehidupan, yang pada puncaknya adalah fitnah Dajjal. Lima ayat ini adalah benteng intelektual dan spiritual pertama dalam menghadapi kebingungan dan kesesatan dunia modern.