اللَّهُ أَحَدٌ Wahyu

Kedudukan Surat Al-Ikhlas dalam Urutan Pewahyuan

Surat Al-Ikhlas (QS. Al-Ikhlas: 112) adalah salah satu surat terpendek namun memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Al-Qur'an. Maknanya yang memuat esensi ketauhidan menjadikan surat ini seringkali disamakan nilainya dengan sepertiga Al-Qur'an. Namun, pertanyaan menarik sering muncul mengenai **surat al ikhlas diturunkan setelah surah** apa, atau bagaimana posisinya dalam kronologi turunnya wahyu.

Konteks Penurunan Wahyu (Asbabun Nuzul)

Dalam studi Ulumul Qur'an, urutan penulisan surat dalam mushaf (Mushaf Utsmani) berbeda dengan urutan kronologis pewahyuan. Al-Ikhlas merupakan surat Makkiyah, yang umumnya diturunkan sebelum Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Meskipun demikian, banyak riwayat yang menjelaskan sebab turunnya (asbabun nuzul) surat ini.

Penyebab utama turunnya Al-Ikhlas adalah sebagai respons terhadap pertanyaan kaum musyrikin, khususnya Quraisy, yang mendesak Rasulullah SAW untuk menjelaskan siapa Tuhan yang beliau sembah. Mereka menuntut adanya silsilah atau deskripsi fisik dari Dzat yang diibadahi Nabi. Ketika Nabi SAW menjelaskan keesaan Allah tanpa tandingan, turunlah wahyu yang kemudian kita kenal sebagai Surat Al-Ikhlas.

Urutan Kronologis vs. Urutan Mushaf

Mengenai pertanyaan spesifik mengenai **surat al ikhlas diturunkan setelah surah** apa, jawabannya sering kali merujuk pada urutan kronologis yang disusun oleh para ulama berdasarkan ijtihad dan sanad riwayat. Berbagai penelitian, termasuk yang dilakukan oleh Syaikh Al-Zarkasyi dan As-Suyuthi, mengindikasikan bahwa Al-Ikhlas termasuk surat-surat awal yang diterima di Makkah.

Dalam beberapa daftar urutan wahyu yang populer (meski urutan pastinya masih menjadi bahan kajian), Al-Ikhlas seringkali berada di kelompok wahyu awal bersama surat-surat pendek lainnya seperti Al-Fatihah (yang merupakan wahyu pertama secara utuh), Al-Alaq, Al-Muzzammil, dan Al-Muddatstsir. Beberapa riwayat menyebutkan Al-Ikhlas turun setelah surat yang lebih panjang yang sudah menjadi bagian dari fondasi dakwah awal.

Namun, penting untuk dicatat bahwa Al-Ikhlas menempati posisi ke-112 dalam susunan mushaf standar yang kita kenal saat ini, diletakkan setelah Surat Al-Masad (Al-Lahab) dan sebelum Surat Al-Falaq. Perbedaan posisi ini menegaskan bahwa penempatan dalam mushaf adalah berdasarkan ketetapan Rasulullah SAW dan Khalifah Utsman bin Affan, bukan berdasarkan urutan turunnya.

Inti Ajaran Al-Ikhlas: Penegasan Tauhid

Terlepas dari kapan tepatnya **surat al ikhlas diturunkan setelah surah** mana pun, pesan utama surat ini tetap relevan: penegasan Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1)
اللَّهُ الصَّمَدُ (2)
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3)
وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

Ayat pertama menegaskan keunikan (Ahad). Ayat kedua menjelaskan bahwa Allah adalah Ash-Shamad, yaitu tempat bergantung segala sesuatu, yang tidak membutuhkan siapapun. Ayat ketiga meniadakan segala bentuk persekutuan, kelahiran, dan diperanakkan. Dan ayat keempat menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang setara atau sebanding dengan-Nya.

Pemahaman bahwa Al-Ikhlas adalah inti dari keimanan menjadikan kedudukan kronologisnya kurang penting dibandingkan dengan konsistensi maknanya dalam sejarah kenabian. Setiap kali surat ini diturunkan, ia berfungsi sebagai tameng intelektual terhadap segala bentuk politeisme dan penyimpangan akidah.

Keutamaan dan Pengamalan

Keutamaan surat ini sangat besar. Beberapa hadis sahih menyebutkan bahwa membacanya sebanyak tiga kali setara dengan mengkhatamkan sepertiga Al-Qur'an. Keutamaan ini bukan berarti menggantikan seluruh Al-Qur'an, melainkan karena surat ini mencakup pokok-pokok keimanan tauhid yang menjadi substansi dari keseluruhan ajaran Islam.

Oleh karena itu, bagi seorang Muslim, fokus seharusnya bukan hanya pada urutan turunnya—yaitu **surat al ikhlas diturunkan setelah surah** mana—tetapi pada perenungan mendalam terhadap isi surat tersebut. Surat Al-Ikhlas adalah fondasi kokoh yang menopang seluruh bangunan ibadah dan keyakinan kita kepada Sang Pencipta. Mengamalkan maknanya berarti memurnikan setiap aspek kehidupan hanya untuk-Nya semata.

—Selesai—

🏠 Homepage