Teks dan Terjemahan Ayat Kedua Al-Fil
Surat Al-Fil (الفيل) adalah surat ke-105 dalam urutan mushaf Al-Qur'an, terdiri dari lima ayat pendek yang menceritakan peristiwa besar yang melibatkan Raja Abrahah dan pasukan gajahnya yang berniat menghancurkan Ka'bah.
Fokus utama dari pembahasan ini adalah ayat kedua dari surat tersebut. Untuk memahami maknanya secara utuh, penting untuk mengetahui konteks ayat sebelum dan sesudahnya.
Surat Al-Fil Ayat Kedua
Berikut adalah teks asli (dalam transliterasi dan tulisan Arab) serta terjemahan dari surat Al-Fil ayat kedua:
(QS. Al-Fil [105]: 2) Terjemahan: "Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya (rencana jahat) mereka itu sia-sia?"
Konteks Ayat dalam Surat Al-Fil
Setiap ayat dalam surat Al-Fil memiliki peran krusial dalam membangun narasi keajaiban dan pertolongan Allah SWT terhadap rumah-Nya (Ka'bah). Ayat kedua ini berfungsi sebagai pertanyaan retoris yang menegaskan kekuasaan mutlak Allah atas rencana musuh.
Ayat pertama (Ayat 1) telah membuka kisah dengan menanyakan tentang bagaimana Allah memperlakukan pasukan bergajah. Ayat kedua kemudian melanjutkan dengan jawaban tersirat melalui pertanyaan retoris: Apakah rencana mereka berhasil? Jawabannya jelas tidak, karena Allah telah menggagalkannya.
Kaidah (كَيْدَهُمْ - kaydahum) yang dimaksud di sini adalah rencana militer besar yang disusun oleh Abrahah. Abrahah, penguasa Yaman saat itu, sangat iri melihat kemakmuran Makkah karena ritual haji yang dilakukan di Ka'bah. Ia membangun sebuah gereja besar (disebut Al-Qullais) di Yaman, berharap orang-orang akan berhaji ke sana alih-alih ke Makkah. Ketika upayanya gagal menarik jamaah, ia murka dan memutuskan untuk menghancurkan Ka'bah.
Makna Mendalam "Tipu Daya Mereka Sia-Sia"
Frasa "تَضْلِيلٍ" (tadhlil) secara harfiah berarti menyesatkan atau membuat tersesat. Dalam konteks ayat ini, maknanya diperluas menjadi kegagalan total, pembatalan, atau membuat rencana tersebut berbalik menjadi kehancuran bagi pelakunya sendiri.
Allah SWT memberitahukan kepada Nabi Muhammad SAW—dan umat manusia—bahwa rencana sekuat apa pun, sepersenjataan apa pun, dan sebesar apa pun jumlah tentaranya, tidak akan mampu melawan kehendak dan pertolongan Ilahi jika menyangkut rumah-Nya.
Rencana Abrahah sangat terorganisir. Ia membawa pasukan besar, termasuk gajah yang dianggap sebagai senjata pemusnah massal pada masa itu, dan ia yakin bahwa tidak ada kekuatan di Jazirah Arab yang mampu menghentikannya. Namun, Allah tidak mengirimkan pasukan yang sebanding. Allah mengirimkan sesuatu yang jauh lebih dahsyat namun tampak kecil: burung-burung Ababil.
Ayat ketiga, keempat, dan kelima kemudian menjelaskan bagaimana rencana sia-sia tersebut digagalkan: burung-burung itu melemparkan batu-batu tanah yang keras (sijjiil), yang menghancurkan pasukan gajah hingga mereka menjadi seperti daun-daun yang dimakan ulat (hancur lebur).
Pelajaran Penting dari Ayat Kedua
Ayat kedua surat Al-Fil memberikan beberapa pelajaran penting bagi setiap Muslim, terutama dalam menghadapi tantangan dan permusuhan:
- Keterbatasan Kekuatan Manusia: Kekuatan fisik, strategi militer, dan persenjataan canggih akan menjadi tidak berarti jika berhadapan dengan pertolongan Allah.
- Kepastian Pertolongan Allah: Bagi pihak yang berada di jalan kebenaran dan menjaga kehormatan syiar agama, Allah akan turun tangan secara langsung.
- Kehampaan Upaya yang Buruk: Setiap niat buruk atau tipu daya yang didasari oleh kesombongan dan kebencian terhadap kebenaran, pasti akan menemui kegagalan dan kerugian bagi pelakunya sendiri.
Peristiwa ini terjadi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, namun Allah mengabadikannya dalam Al-Qur'an sebagai peringatan historis bahwa keyakinan terhadap kekuatan semu adalah kesia-siaan. Surat Al-Fil menjadi pengingat abadi bahwa di balik setiap rencana jahat terhadap kebenaran, terdapat campur tangan Ilahi yang menjadikan rencana itu "tersesat" dan gagal mencapai tujuannya.