Pertanyaan mengenai posisi suatu surat dalam mushaf seringkali muncul, terutama bagi mereka yang baru mendalami Al-Qur'an. Secara spesifik, mengenai **surat Al Fatihah surat ke** berapa, jawabannya sangat jelas dan merupakan pondasi utama dalam Islam. Surat Al-Fatihah, yang juga dikenal sebagai Ummul Kitab (Induk Al-Qur'an) atau As-Sab'ul Matsani (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang), menempati posisi istimewa sebagai **surat pertama** dalam susunan standar Al-Qur'an.
Menjadi surat pertama memberikan Al-Fatihah status yang unik. Meskipun secara kronologi pewahyuan (nuzul), ia bukanlah surat pertama yang turun secara keseluruhan (wahyu pertama adalah surat Al-'Alaq ayat 1-5), namun penetapannya sebagai surat pertama dalam susunan mushaf didasarkan pada ijma' (kesepakatan) ulama dan mengikuti tata tertib yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Posisi strategis ini menekankan fungsi vitalnya. Al-Fatihah adalah pembuka bacaan dalam setiap rakaat salat wajib maupun sunnah. Tanpa membacanya, salat seseorang dianggap tidak sah menurut mayoritas ulama. Ini menunjukkan bahwa memulai segala urusan—termasuk pembacaan Kitab Suci—harus dimulai dengan pengakuan ketuhanan dan permohonan petunjuk, sebagaimana yang terkandung dalam tujuh ayatnya.
Walaupun hanya terdiri dari tujuh ayat pendek, kandungan Surat Al-Fatihah mencakup inti sari ajaran Islam secara keseluruhan. Ayat-ayat ini memuat puji-pujian kepada Allah SWT, penetapan tauhid, pengakuan atas kekuasaan Ilahi, dan pengakuan hamba atas kebutuhannya terhadap bimbingan-Nya.
Ayat pertama, "Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin", menetapkan bahwa segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Ayat kedua hingga keempat fokus pada sifat-sifat kemuliaan Allah (Ar-Rahman, Ar-Rahim, Maliki Yaumiddin). Kemudian, pada ayat kelima, terjadi perpindahan fokus dari pujian kepada permohonan: "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in" (Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan). Puncak permohonan adalah ayat keenam, yaitu permintaan petunjuk jalan yang lurus.
Oleh karena itu, ketika kita berbicara mengenai **surat Al Fatihah surat ke** berapa, kita tidak hanya merujuk pada urutan angka, tetapi juga pada urutan fungsi spiritual tertinggi dalam ibadah seorang Muslim.
Penting untuk dipahami bahwa susunan Al-Qur'an yang kita kenal saat ini (dimulai dari Al-Fatihah dan diakhiri dengan An-Nas) berbeda dengan urutan turunnya ayat. Para sahabat Nabi, di bawah bimbingan Jibril AS, menyusun mushaf berdasarkan petunjuk kenabian.
Sebagai contoh, surat Al-Baqarah, yang merupakan surat kedua, adalah salah satu surat terpanjang dan turun belakangan, namun posisinya tetap setelah Al-Fatihah. Surat Al-Fatihah ditempatkan di awal sebagai *khullatul quran* (inti sari Al-Qur'an) dan sebagai kunci pembuka ibadah. Urutan ini bersifat *tawqifi* (ditetapkan oleh wahyu), menjadikannya baku dan tidak dapat diubah.
Karena posisinya sebagai pembuka, Al-Fatihah adalah jembatan antara hamba dan Tuhannya dalam salat. Setiap kata dan maknanya harus dihayati. Pengulangan tujuh ayat ini dalam setiap rakaat salat berfungsi sebagai pengingat bahwa setiap permulaan dan setiap langkah kehidupan harus selalu diawali dengan pengakuan keesaan Allah dan permohonan bimbingan-Nya agar kita tidak tersesat ke jalan yang dimurkai atau jalan orang-orang yang sesat.
Kesimpulannya, tidak ada keraguan lagi mengenai posisi fundamental surat ini. Mengenai **surat Al Fatihah surat ke** berapa, ia adalah nomor satu, sang pembuka segala kebaikan dan inti ajaran ketuhanan yang termaktub dalam Al-Qur'an Al-Majeed. Memahami posisi ini membantu seorang Muslim lebih menghargai kedalaman makna di balik setiap bacaan salatnya.
Artikel ini membahas posisi Surat Al-Fatihah dalam susunan standar Al-Qur'an.