Ringkasan singkat dari permulaan Al-Qur'an hingga bagian akhir yang umum dibaca.
Al-Fatihah adalah surat pertama dalam Al-Qur'an dan merupakan inti dari shalat umat Islam. Surat ini terdiri dari tujuh ayat yang mengandung pujian tertinggi kepada Allah SWT sebagai Rabb semesta alam, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, serta Pemilik hari Pembalasan. Ayat penting di dalamnya adalah permohonan petunjuk menuju jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai atau mereka yang tersesat. Keagungan surat ini menjadikannya sebagai "Ummul Kitab" (Induk Al-Qur'an).
Al-Baqarah adalah surat terpanjang dalam Al-Qur'an. Bagian awalnya membahas tentang kedudukan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Surat ini membagi manusia menjadi tiga golongan: orang beriman (yang membenarkan hal gaib dan mendirikan shalat), orang kafir (yang tertutup hatinya dari kebenaran), dan orang munafik (yang di dalam hati mereka terdapat penyakit dan mereka mencoba menipu Allah dan orang beriman). Surat ini juga memberikan landasan hukum tentang puasa, haji, dan pentingnya menunaikan janji serta menjaga hubungan baik.
Surat ini melanjutkan pembahasan tauhid dan membantah klaim-klaim palsu. Ali 'Imran (keluarga Imran) disebutkan sebagai contoh keteguhan iman, termasuk kisah Maryam dan kelahiran Nabi Isa AS. Surat ini menekankan pentingnya berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah, serta menyerukan dialog yang baik dengan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) sambil memperingatkan mereka dari penyimpangan akidah, seperti pengkultusan Nabi Isa.
Fokus utama An-Nisa' adalah penetapan hukum-hukum yang berkaitan dengan perempuan, anak yatim, dan masalah waris. Surat ini menekankan keadilan dalam segala aspek kehidupan sosial, terutama terhadap kaum lemah. Pembahasan meliputi pernikahan yang sah, larangan perzinaan, dan aturan mengenai poligami yang harus disertai syarat keadilan mutlak. Surat ini juga menegaskan pentingnya menjaga amanah dan taat kepada Allah serta Rasul-Nya.
Surat ini membahas penyempurnaan syariat, termasuk penghalalan makanan yang baik dan pengharaman hal yang buruk. Di dalamnya terdapat perintah untuk menepati janji (akad) dan berlaku adil bahkan terhadap musuh. Surat ini juga mengkritik penyimpangan akidah Yahudi dan Nasrani yang mengubah kitab mereka dan menolak kenabian Muhammad SAW. Hukum rajam bagi pezina dan larangan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin juga menjadi bagian penting dari isi surat ini.
Al-An'am adalah surat Makkiyah yang dominan membahas bantahan terhadap kesyirikan dan penegasan tauhid. Surat ini menampilkan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya, seperti siang, malam, langit, dan bumi, sebagai bukti keesaan-Nya. Pembahasan juga menyentuh isu-isu etika seperti larangan membunuh anak perempuan karena kemiskinan dan larangan mendekati perbuatan keji. Kesimpulan utamanya adalah bahwa segala urusan hanya kembali kepada Allah.
Surat ini menjelaskan tentang penciptaan Adam dan kisah Nabi-nabi terdahulu sebagai pelajaran. Al-A'raf adalah tempat antara surga dan neraka tempat orang-orang yang imannya seimbang akan berada sementara. Surat ini juga berisi peringatan keras kepada penduduk kota-kota yang durhaka, seperti Ashab al-Ukhdud, dan menyerukan umat Islam untuk berhias dengan akhlak mulia dan mengikuti petunjuk yang diturunkan Allah.
Surat ini diturunkan setelah Perang Badar dan mengatur tentang pembagian rampasan perang (anfal). Namun, lebih dari itu, Al-Anfal menekankan bahwa kemenangan sejati hanya datang dari Allah, dan orang yang benar-benar beriman adalah mereka yang jika disebutkan nama Allah, hati mereka bergetar, dan ketika ayat-ayat-Nya dibacakan, keimanan mereka bertambah. Pentingnya taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam setiap kondisi ditekankan kuat.
Surat ini membahas pencabutan perjanjian damai dengan kaum musyrikin yang telah melanggar janji dan memulai permusuhan. At-Taubah berisi perintah untuk berjihad melawan mereka yang terang-terangan menentang Islam. Surat ini juga mengecam kaum munafik yang bersembunyi dan memuji orang-orang mukmin sejati yang berinfak dalam kesulitan. Taubat yang diterima hanya berlaku bagi mereka yang berbuat dosa karena kebodohan, kemudian segera bertaubat.
Surat ini menegaskan bahwa mukjizat adalah hak prerogatif Allah. Kisah Nabi Yunus AS diangkat sebagai contoh utama; ketika kaumnya bertaubat secara kolektif, azab diangkat. Surat ini juga membahas tentang tauhid, menepis kesyirikan, dan menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu terakhir yang jika mereka ragukan, maka datanglah satu surat saja seperti Al-Qur'an. Ini adalah tantangan terbuka bagi para pendusta.
Hud adalah surat yang menonjolkan tema kesabaran dalam berdakwah. Surat ini mengisahkan perjuangan Nabi Hud AS yang gigih menyeru kaumnya, 'Ad, untuk menyembah Allah, namun mereka menolak dan akhirnya diazab dengan angin topan. Kisah ini menjadi pelajaran bahwa keteguhan iman dan penolakan terhadap kesyirikan akan membawa keselamatan, sementara kesombongan akan berujung pada kehancuran.
Surat Yusuf adalah satu-satunya surat yang seluruhnya berisi kisah tunggal, yaitu kisah Nabi Yusuf AS sejak masa kecilnya dianiaya saudara-saudaranya, dijual sebagai budak, difitnah di Mesir, hingga akhirnya menjadi penguasa. Kisah ini adalah "ahsanul qashash" (kisah terbaik) karena penuh dengan ujian kesabaran, kepercayaan penuh kepada Allah, dan hikmah yang tersembunyi di balik setiap tragedi.
Surat ini memulai dengan keagungan Al-Qur'an, di mana ayat-ayatnya dibacakan, dan guntur bertasbih memuji Allah. Ar-Ra'd menjelaskan bahwa mukjizat sejati adalah Al-Qur'an itu sendiri. Surat ini juga mengisyaratkan adanya pertanggungjawaban di akhirat dan bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang disembunyikan manusia, termasuk niat buruk mereka yang tersembunyi di balik kekafiran.
Surat ini berpusat pada peran sentral Nabi Ibrahim AS sebagai bapak para nabi dan penganjur tauhid. Disebutkan doa Ibrahim untuk dirinya, anak-anaknya, dan hari kiamat. Surat ini juga membandingkan perbuatan orang-orang kafir yang ibadah mereka sia-sia seperti debu yang tertiup angin, dengan amal orang beriman yang kekal seperti pohon yang akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit.
Al-Hijr (kawasan kaum Tsamud) membahas tentang penolakan kaum Tsamud terhadap Nabi Shalih AS dan kaum Nabi Luth AS terhadap ajaran kerasulan. Surat ini merupakan peringatan bahwa kesombongan dan perbuatan maksiat niscaya akan diikuti oleh siksa Allah. Surat ini juga berisi penegasan bahwa Allah sendirilah yang menurunkan Al-Qur'an dan menjamin kemurniannya dari segala perubahan.
Surat ini menegaskan tauhid melalui pengamatan terhadap alam, di mana lebah dijadikan contoh inspiratif atas kesempurnaan ciptaan Allah yang menghasilkan madu dengan berbagai khasiat. An-Nahl juga membahas larangan mendahului Allah dalam menghalalkan dan mengharamkan sesuatu (syariat), serta perintah untuk bersyukur atas nikmat-nikmat tak terhitung yang diberikan-Nya.
Surat ini diawali dengan peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW, sebagai penguatan bagi beliau. Ayat-ayatnya dipenuhi dengan etika sosial, termasuk larangan membunuh anak karena takut miskin, larangan mendekati zina, larangan berbuat curang dalam takaran, dan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua. Surat ini juga menekankan bahwa setiap manusia akan memikul dosanya sendiri.
Surat ini berfokus pada empat kisah utama yang mengandung pelajaran besar: Ashabul Kahfi (pemuda mukmin yang tertidur ribuan tahun), pemilik dua kebun yang sombong, kisah Nabi Musa dengan Khidir, dan Zulkarnain. Tujuan utama surat ini adalah sebagai benteng pelindung dari empat fitnah terbesar: fitnah agama (Dajjal), fitnah kekayaan, fitnah ilmu yang sesat, dan fitnah kekuasaan.
Surat Maryam menampilkan kisah-kisah kenabian dengan fokus pada kemudahan Allah dalam mengabulkan doa. Ini menyoroti keajaiban kelahiran Nabi Zakaria (Yahya) dan Nabi Isa dari Maryam tanpa ayah. Surat ini menegaskan bahwa meminta syafaat kepada selain Allah adalah kesyirikan, dan Allah Maha Mampu menciptakan segala sesuatu, termasuk membangkitkan orang mati untuk dihisab.
Surat ini dibuka dengan huruf 'Thaha' (yang maknanya tidak dijelaskan secara pasti, namun merupakan salah satu misteri huruf terpisah). Isi utamanya adalah kisah Nabi Musa AS dalam menghadapi Fir'aun, di mana tongkatnya berubah menjadi ular besar. Surat ini memberikan penghiburan kepada Nabi Muhammad SAW agar bersabar menghadapi penolakan, dan mendorong manusia untuk kembali kepada Al-Qur'an sebagai pengingat.
Surat ini merangkum kisah perjuangan banyak nabi dalam mempertahankan tauhid, termasuk Nuh, Ibrahim, Luth, Yunus, Zakaria, dan Maryam. Penekanan utama adalah pada keniscayaan hari kiamat dan hisab. Semua nabi diutus untuk tujuan yang sama, yaitu mengajak umat manusia menyembah Allah semata, dan siapapun yang menolaknya pasti akan menghadapi perhitungan.
Surat ini membahas tentang kebenaran Hari Kiamat, di mana goncangan hari itu sedemikian hebat hingga menyebabakan semua ibu menyusui lupa anaknya. Surat Al-Hajj juga memberikan landasan hukum tentang ibadah haji, termasuk perintah untuk mengagungkan syiar-syiar Allah dan berkorban. Surat ini menggolongkan manusia berdasarkan amal mereka: ada yang beramal dengan hati dan ada yang beramal dengan kaki (berlari dari kebenaran).
Surat ini dimulai dengan deskripsi ciri-ciri utama orang yang beruntung (mukminin), yaitu mereka yang khusyuk dalam shalat, menjauhi perkataan sia-sia, menunaikan zakat, menjaga kemaluan, dan memelihara amanah. Surat ini juga memberikan bukti tauhid melalui proses penciptaan manusia, menunjukkan betapa kecilnya manusia di hadapan keagungan Allah, dan mengakhiri dengan seruan agar bertaubat sebelum ajal tiba.
An-Nur adalah surat yang mengatur secara rinci tentang etika pergaulan sosial, khususnya mengenai fitnah dan perzinaan. Surat ini menetapkan hukuman tegas bagi penuduh zina yang tidak dapat membuktikan tuduhannya (qadzaf). Ayat-ayat terkenalnya adalah Ayat Nur (ayat 35), yang menggambarkan keindahan cahaya Allah yang menerangi hati orang-orang beriman, serta hukum tentang izin masuk ke rumah pribadi.
Al-Furqan (Al-Qur'an) adalah pembeda antara yang hak dan batil. Surat ini memberikan deskripsi kontras antara ciri-ciri hamba Ar-Rahman (Tuhan Yang Maha Pengasih) dan ciri-ciri orang kafir yang mengingkari Hari Pembalasan. Hamba Ar-Rahman digambarkan rendah hati, tidak berlaku boros, dan selalu memohon perlindungan dari siksa Jahannam. Surat ini menekankan bahwa Al-Qur'an adalah peringatan bagi seluruh umat manusia.
Surat ini dimulai dengan sumpah demi Al-Qur'an yang jelas. Surat ini membahas bahwa Al-Qur'an bukanlah hasil karya penyair (yang seringkali hanya mengikuti hawa nafsu), melainkan wahyu ilahi. Surat ini kemudian menyajikan kisah-kisah para nabi (Nuh, Ibrahim, Musa, dan Musa) yang ditolak oleh kaumnya karena masalah tauhid, yang berakhir dengan kehancuran kaum pendusta tersebut.
Surat ini melanjutkan narasi kisah para nabi dengan penekanan pada komunikasi Allah dengan makhluk-Nya. Termasuk di dalamnya adalah kisah Nabi Sulaiman AS yang dapat memahami bahasa semut, serta kisah Ratu Balqis yang akhirnya masuk Islam setelah melihat keajaiban mukjizat Nabi Sulaiman. Surat ini juga menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pemberi peringatan yang nyata.
Surat ini menggunakan perumpamaan laba-laba yang membangun sarang sebagai metafora bagi orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai pelindung. Sarang laba-laba adalah struktur yang rapuh, sama seperti pertolongan dari selain Allah. Surat ini menegaskan bahwa cobaan adalah sunnatullah untuk membedakan mana yang benar-benar beriman, dan Allah Maha Tahu siapa yang benar-benar berjuang di jalan-Nya.
Surat ini dibuka dengan ramalan bahwa bangsa Romawi (Kristen) yang dikalahkan Persia akan menang dalam beberapa tahun ke depan—sebuah ramalan yang terbukti benar. Hal ini menjadi bukti kebenaran Al-Qur'an. Surat ini juga membahas tentang kekuasaan Allah atas segala sesuatu, perintah untuk bersedekah kepada kerabat, dan pentingnya mengesakan Allah dalam segala kondisi.
Surat ini dinamai berdasarkan Luqman Al-Hakim, seorang bijak yang kisahnya dijadikan teladan. Surat ini memuat wasiat-wasiat Luqman kepada putranya, yang merupakan pelajaran akhlak dan tauhid mendasar, seperti larangan syirik ("Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar"), pentingnya shalat, dan nasihat untuk berbakti kepada orang tua.
Surat ini menjelaskan tentang kebenaran wahyu Al-Qur'an yang diturunkan tanpa keraguan. Disebutkan bahwa orang-orang yang beriman akan bersujud ketika mendengar ayat-ayat Allah, dan mereka akan dijanjikan surga. Surat ini juga menjelaskan tentang penciptaan manusia yang dimulai dari setetes air hina, sebagai pengingat akan kebesaran Allah dan kelemahan manusia.
Surat ini membahas peristiwa Perang Khandaq (Parit), di mana berbagai golongan (Yahudi, munafik, dan kafir Mekkah) bersekutu melawan Muslimin. Surat ini menegaskan bahwa tanggung jawab mengikuti Rasul melebihi ikatan kekerabatan. Di dalamnya juga terdapat ayat tentang etika berpakaian istri-istri Nabi (Ayat Hijab) dan perintah untuk mengingat Allah dengan banyak zikir.
Surat Saba' membahas kebesaran dan keesaan Allah melalui alam semesta dan kisah kaum Saba' (di Yaman) yang makmur namun ingkar, sehingga mereka diazab dengan banjir besar (Air Bah). Surat ini juga menjelaskan tentang kebangkitan dan hisab, serta peringatan bahwa kekayaan dan harta tidak akan berguna di hadapan Allah SWT.
Fatir berarti Pencipta yang memprakarsai alam semesta dari ketiadaan. Surat ini memuji Allah sebagai Maha Pengatur yang mampu menciptakan langit dan bumi serta mengirimkan angin sebagai pembawa rahmat. Surat ini juga menekankan bahwa pertolongan hanya datang dari Allah, dan bahwa tidak ada penolong sejati selain Dia.
Yasin adalah salah satu surat yang sangat dihormati. Surat ini berfokus pada penegasan kenabian Muhammad SAW, kebenaran Al-Qur'an, dan kebangkitan setelah kematian. Surat ini juga menampilkan kisah penduduk desa yang mendustakan rasul mereka, namun kemudian azab menimpa mereka, memberikan pelajaran tentang pentingnya menerima utusan Allah.
Surat ini dibuka dengan sumpah malaikat-malaikat yang berbaris rapat (bersaf-saf) untuk menjalankan perintah Allah. Surat ini menyajikan rangkaian kisah para nabi yang sabar menghadapi perlawanan, terutama kisah Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan mengorbankan putranya (yang kemudian diganti Allah dengan kibas). Surat ini menegaskan bahwa hanya orang-orang yang tulus yang akan diselamatkan.
Surat ini diawali dengan sumpah demi Al-Qur'an. Isi utamanya adalah kisah Nabi Ayyub AS yang diuji dengan penyakit namun bersabar luar biasa, serta kisah Nabi Sulaiman AS dalam kerajaan besarnya. Surat ini juga berisi peringatan keras tentang siksa bagi orang yang menolak hari pembalasan dan pentingnya mengingat Allah dalam kesenangan dan kesusahan.
Surat ini menjelaskan tentang pembagian manusia menjadi tiga rombongan besar pada hari kiamat: rombongan penghuni surga, rombongan penghuni neraka, dan rombongan orang-orang yang didahului oleh amal buruk. Az-Zumar menegaskan bahwa petunjuk itu datang dari Allah, dan Allah menganugerahkan rahmat-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Puncaknya adalah seruan untuk selalu kembali kepada Allah.
Ghafir menegaskan bahwa satu-satunya yang berhak disembah adalah Allah, Sang Maha Pengampun Dosa. Surat ini menyoroti kisah pertahanan Mukmin dari keluarga Firaun yang memohon perlindungan dan pengampunan bagi kaumnya, meskipun ia dibenci oleh Firaun. Surat ini menutup dengan penekanan bahwa hari kiamat pasti datang dan semua makhluk akan dikumpulkan di hadapan Allah.
Surat ini menjelaskan bahwa Al-Qur'an diturunkan secara bertahap (Fussilat) sebagai rahmat. Surat ini juga menjelaskan tentang perbedaan antara orang yang berpaling dari ayat-ayat Allah dan orang yang mendengarkan kebenaran. Mereka yang ingkar akan dikunci pendengaran dan penglihatannya, sementara mereka yang beriman akan mendapat imbalan yang tak terputus. Tanda-tanda kebesaran Allah juga terlihat pada alam semesta.
Surat ini dimulai dengan pujian kepada Allah yang menguasai segala sesuatu. Asy-Syura menekankan pentingnya musyawarah dalam urusan umat Islam, meskipun keputusan akhir tetap berada di tangan Allah. Surat ini juga mengulang kisah para nabi yang menghadapi penolakan dan menegaskan bahwa Allah tidak pernah menyia-nyiakan amal baik hamba-Nya.
Az-Zukhruf mengkritik orang-orang yang mencintai duniawi dan perhiasan emas, yang mereka anggap sebagai standar kebahagiaan sejati, padahal semua itu hanyalah kesenangan sementara. Surat ini menegaskan bahwa kemuliaan sejati hanya ada pada orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat yang kekal.
Surat ini berbicara tentang datangnya azab kabut tebal yang akan menimpa orang-orang kafir Mekkah sebagai peringatan. Surat ini menekankan bahwa Al-Qur'an diturunkan untuk menjadi peringatan, dan segala kenikmatan duniawi hanyalah ujian. Kisah Nabi Musa dan Firaun juga diangkat kembali sebagai pelajaran tentang bagaimana kesombongan berujung pada kehancuran.
Pada hari kiamat, semua umat manusia akan berlutut (Jatsiyah) di hadapan Allah. Surat ini berisi bantahan terhadap orang yang mengikuti hawa nafsunya, menyamakan ciptaan Allah dengan ciptaan mereka sendiri. Surat ini mendorong manusia untuk merenungkan penciptaan langit dan bumi sebagai tanda kebesaran Allah, serta memuji mereka yang bertaubat dan mengikuti petunjuk-Nya.
Surat ini membahas tentang wahyu Al-Qur'an yang diturunkan secara bertahap. Bagian pentingnya adalah perintah berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu, dengan lembut dan penuh kasih sayang, bahkan jika orang tua tersebut adalah musyrik. Surat ini juga menyebutkan kisah kaum 'Ad yang dihancurkan karena menolak Nabi Hud.
Surat ini secara eksplisit menamai Nabi Muhammad SAW dan membahas tentang jihad di jalan Allah. Surat ini memberikan peringatan keras kepada orang-orang munafik yang mencoba menghindari perang dan memuji orang-orang mukmin sejati yang siap berkorban. Di dalamnya juga terdapat ancaman bagi orang kafir yang menolak kebenaran yang dibawa Rasulullah SAW.
Surat ini diturunkan sebagai kabar gembira atas kemenangan besar dalam Perjanjian Hudaibiyah, yang mana Allah menjanjikan kemenangan yang nyata bagi orang-orang beriman. Surat ini berisi janji bahwa Allah akan menghapus dosa-dosa orang-orang yang ikut serta dalam perjanjian tersebut dan memberikan mereka pahala yang besar di akhirat.
Surat ini adalah kompilasi etika sosial Islam yang komprehensif. Fokus utamanya adalah menjaga kehormatan sesama Muslim. Di dalamnya terdapat larangan keras untuk saling mencela, menggunjing (ghibah), berprasangka buruk, memanggil dengan gelar yang buruk, dan merendahkan golongan lain. Surat ini menegaskan bahwa kemuliaan sejati di sisi Allah adalah ketakwaan, bukan nasab atau penampilan.
Surat Qaf dibuka dengan sumpah demi Al-Qur'an yang mulia. Surat ini menegaskan kembali kebenaran hari kebangkitan dan perhitungan amal, menepis keraguan kaum musyrikin. Allah SWT mengingatkan bahwa penciptaan manusia pertama kali tidak lebih sulit bagi-Nya daripada membangkitkan manusia dari kubur. Surat ini berisi ancaman tegas bagi yang mengingkari hari kebangkitan.
Surat ini bersumpah dengan berbagai fenomena alam yang bertugas menyebarkan rezeki dan benih. Isi surat ini menekankan bahwa rezeki sudah dijamin oleh Allah, sehingga manusia harus fokus pada ibadah. Kisah tamu Nabi Ibrahim (malaikat yang membawa kabar gembira tentang Ishak dan azab bagi kaum Luth) juga disebutkan di sini.
Surat ini bersumpah demi berbagai tempat dan peristiwa suci. At-Tur berfokus pada deskripsi kenikmatan surga bagi orang-orang yang bertakwa—terutama kenikmatan melihat wajah Allah SWT. Surat ini juga berisi peringatan bahwa siksaan neraka adalah nyata bagi mereka yang telah mendustakan seruan tauhid.
Surat ini menegaskan bahwa wahyu yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah wahyu murni, bukan berdasarkan hawa nafsu. Surat ini juga membahas peristiwa Isra' Mi'raj secara singkat, di mana Nabi melihat Jibril dalam wujud aslinya. Surat ini mengakhiri dengan seruan untuk bersujud hanya kepada Allah dan meninggalkan kesyirikan.
Surat ini diawali dengan mukjizat terbelahnya bulan, sebagai bukti kebenaran kenabian. Surat ini secara berulang menyampaikan ancaman kepada kaum yang mendustakan, mengingatkan mereka akan azab kaum Nabi Nuh, 'Ad, Tsamud, Luth, dan Fir'aun. Intinya, jika umat terdahulu diazab karena mendustakan, maka kaum Quraisy juga akan menghadapi azab yang sama.
Surat ini adalah pujian agung kepada sifat kasih sayang Allah. Seluruh surat diulang-ulang dengan pertanyaan retoris: "Fabi-ayyi ala'i Rabbikuma tukaththiban?" (Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?). Surat ini menguraikan nikmat-nikmat Allah di dunia (air, tumbuhan, buah-buahan) dan di akhirat (dua surga bagi orang yang takut pada keagungan-Nya).
Surat ini menggambarkan detail kengerian Hari Kiamat, di mana semua akan terbagi menjadi tiga golongan: golongan kanan (penghuni surga), golongan kiri (penghuni neraka), dan golongan yang paling dahulu beriman (Al-Muqarrabun). Surat ini menekankan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu dari Allah, bukan karangan manusia.
Surat ini menekankan bahwa segala sesuatu di langit dan bumi bertasbih kepada Allah. Besi disebutkan karena merupakan ciptaan Allah yang memiliki manfaat besar bagi manusia. Surat ini mendorong kaum beriman untuk berinfak di jalan Allah, karena harta yang mereka berikan akan menjadi pinjaman yang akan dibalas berlipat ganda di akhirat.
Surat ini dimulai dengan kisah seorang wanita yang mengadukan suaminya kepada Rasulullah SAW mengenai praktik pernikahan jahiliyah. Surat ini menegaskan bahwa Allah mendengar keluh kesah hamba-Nya. Surat ini juga menegaskan bahwa kemenangan kelompok Allah (mukminin) adalah pasti, sementara kelompok setan akan selalu merugi.
Surat ini turun berkaitan dengan pengusiran Bani Nadzir (salah satu suku Yahudi Madinah) karena pengkhianatan mereka. Surat ini membahas pembagian harta rampasan perang (fai) yang tidak memerlukan peperangan. Ayat terakhir surat ini (Ayat 22-24) adalah doa yang sangat agung, memuji Allah dan mengakui nama-nama-Nya yang indah (Asmaul Husna).
Surat ini berbicara tentang larangan menjalin persahabatan erat dengan orang kafir yang memusuhi Islam. Kisah Siti Hajarah (Ummu Salamah) yang diuji keimanannya sebelum hijrah ke Madinah menjadi contoh utama. Surat ini menekankan bahwa kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya harus lebih utama daripada hubungan kekeluargaan atau pertemanan dengan musuh Allah.
Surat ini menyeru orang-orang beriman untuk berbaris dalam barisan yang kokoh untuk berjihad menegakkan kalimat Allah. Surat ini memuji orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwa mereka, serta menegaskan bahwa pertolongan Allah pasti datang kepada mereka yang benar-benar membela agama-Nya.
Surat ini membahas keutamaan shalat Jumat dan kewajiban mengingat Allah di hari tersebut. Surat ini mengkritik umat Yahudi yang lalai menjalankan Taurat, menyamakan mereka dengan keledai yang memanggul kitab namun tidak memahaminya. Surat ini menutup dengan dorongan untuk berinfak sebelum datangnya hari kiamat.
Surat ini mengupas tuntas perilaku kaum munafik yang licik, yang ketika melihat Nabi Muhammad SAW, mereka bersaksi dengan lisan bahwa beliau adalah Rasulullah, padahal hati mereka mengingkari. Allah menegaskan bahwa harta dan anak-anak mereka tidak akan mampu menyelamatkan mereka dari azab Allah di akhirat.
Surat ini menjelaskan bahwa pada hari kiamat akan terlihat jelas kerugian sejati orang-orang yang tertipu oleh dunia dan mengabaikan iman. Surat ini menganjurkan agar kaum beriman bertakwa sesuai kemampuan, memaafkan, dan memohon ampunan, karena hanya Allah yang Maha Kaya dan Maha Terpuji.
At-Talaq memberikan panduan rinci mengenai hukum perceraian (talak) yang harus dilakukan dengan cara yang ma’ruf (baik) dan dengan memperhatikan masa iddah. Surat ini juga mengandung janji agung: Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar dari kesempitan dan rezeki dari arah yang tidak terduga.
Surat ini membahas tentang pengharaman sesuatu oleh Nabi Muhammad SAW (terkait masalah madu) dan larangan keras terhadap umat Islam untuk mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah. Surat ini juga memberikan pelajaran penting melalui kisah istri-istri Nabi Nuh dan Nabi Luth yang tidak beriman, serta istri Firaun yang salehah, menunjukkan bahwa iman atau kufur adalah pilihan individu.
Al-Mulk adalah surat yang menegaskan bahwa hanya Allah yang memegang kuasa penuh atas kerajaan alam semesta. Surat ini mengajak manusia untuk merenungkan keteraturan ciptaan langit dan bumi, serta mengingatkan bahwa azab neraka adalah nyata bagi orang-orang kafir yang menolak kebenaran.
Surat ini dimulai dengan sumpah demi pena dan apa yang dituliskan olehnya. Surat ini turun untuk membela Nabi Muhammad SAW dari tuduhan gila oleh kaum Quraisy. Surat ini menegaskan bahwa Nabi dijamin Allah dari kegilaan dan menyerukan kesabaran dalam menghadapi penolakan kaumnya, seperti yang dialami oleh pemilik kebun dalam kisah perumpamaan.
Surat ini membahas tentang realitas Hari Kiamat yang pasti akan datang (Al-Haqqah). Kisah kaum Tsamud dan 'Ad dibangkitkan lagi sebagai peringatan. Surat ini juga menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah, bukan ucapan penyair, dan Allah SWT akan menghukum berat mereka yang menisbatkan kebohongan kepada-Nya.
Surat ini menjelaskan tentang tangga-tangga atau tempat naiknya para malaikat menuju Allah. Surat ini menjawab pertanyaan kaum musyrik tentang kapan janji azab itu akan datang, dan menegaskan bahwa janji itu pasti terjadi. Surat ini juga mendefinisikan ciri-ciri orang yang berhak masuk surga, yaitu mereka yang menjaga amanah dan shalatnya.
Surat ini menceritakan dakwah Nabi Nuh AS kepada kaumnya yang berlangsung selama sembilan ratus lima puluh tahun. Nabi Nuh mengajak mereka untuk bertauhid, memohon ampunan, dan bersyukur. Ketika kaumnya tetap ingkar, Nabi Nuh berdoa agar Allah menghancurkan mereka, dan permintaan itu dikabulkan melalui banjir besar.
Surat ini menceritakan tentang sekelompok jin yang diam-diam mendengarkan bacaan Al-Qur'an dari Nabi Muhammad SAW, kemudian mereka beriman dan kembali kepada kaumnya untuk berdakwah. Surat ini juga memperkuat keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk yang jelas bagi manusia dan jin, serta menegaskan bahwa pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu.
Surat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang sedang berselimut, memerintahkan beliau untuk melaksanakan shalat malam (Qiyamul Lail) sebagai persiapan spiritual menghadapi tugas berat kenabian. Surat ini menekankan pentingnya kesabaran dalam menghadapi perkataan kaum Quraisy yang mencela dakwahnya, dan janji akan pahala besar bagi yang tekun beribadah.
Surat ini turun ketika Nabi diperintahkan untuk bangkit dari tidur dan mulai berdakwah secara terang-terangan. Surat ini mengandung seruan untuk meninggalkan kemaksiatan, bersabar, dan memberi peringatan. Sama seperti surat sebelumnya, surat ini menekankan bahwa azab neraka itu pasti bagi mereka yang menolak peringatan.
Surat ini bersumpah dengan hari kiamat, serta persendian dan jari jemari manusia, untuk menegaskan bahwa kebangkitan itu pasti terjadi. Surat ini menjelaskan tentang keadaan manusia saat kiamat tiba, di mana setiap jiwa akan tahu apa yang telah ia kerjakan. Surat ini juga menekankan pentingnya Al-Qur'an sebagai petunjuk yang memudahkan bagi mereka yang mau mengambilnya.
Surat ini menjelaskan bagaimana manusia diciptakan dari setetes mani dan kemudian diberi akal serta petunjuk. Surat ini merinci kenikmatan surga bagi orang-orang yang saleh—mereka yang berinfak meskipun dalam kesempitan, menjaga janji, dan takut akan hari yang azabnya dahsyat.
Surat ini bersumpah dengan berbagai jenis malaikat yang diutus dengan tugas berbeda. Surat ini berfungsi sebagai peringatan keras mengenai pembalasan bagi kaum yang mendustakan, terutama dalam hal penundaan hari kiamat. Surat ini mengakhiri dengan penegasan bahwa Al-Qur'an adalah peringatan bagi orang-orang yang bertakwa.
Surat ini dimulai dengan pertanyaan tentang "Berita Besar" (yaitu kebangkitan dan hari kiamat). Surat ini menyajikan serangkaian bukti kebesaran Allah di alam semesta—pegunungan, lautan, siang dan malam—sebagai dasar argumen bahwa Allah yang mampu menciptakan semua ini pasti mampu membangkitkan manusia.
Surat ini dibuka dengan sumpah demi malaikat yang mencabut nyawa dengan kasar (bagi orang kafir). Surat ini membahas kisah Musa dan Fir'aun, serta kisah kaum Tsamud, sebagai peringatan bahwa pendustaan terhadap Rasul pasti berakhir dengan kehancuran yang dahsyat.
Surat ini diawali dengan teguran tegas kepada Nabi Muhammad SAW karena berpaling dari Abdullah bin Ummi Maktum (seorang buta yang datang meminta petunjuk) demi melayani pembesar Quraisy. Surat ini mengajarkan bahwa di sisi Allah, yang paling mulia adalah yang paling takwa, bukan status sosialnya.
At-Takwir menggambarkan kengerian saat kiamat: matahari digulung cahayanya, bintang-bintang berjatuhan, dan gunung-gunung dihancurkan. Surat ini menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu murni, dan tugas manusia hanyalah mengambil pelajaran dari peringatan tersebut.
Surat ini menjelaskan tentang peristiwa terbelahnya langit dan hancurnya alam semesta saat kiamat. Surat ini juga menjelaskan tentang pencatatan amal oleh malaikat Raqib dan Atid, serta memastikan bahwa setiap jiwa akan bertanggung jawab penuh atas perbuatannya di hari pembalasan.
Surat ini diturunkan sebagai kecaman terhadap pedagang yang curang dalam menakar. Surat ini memberikan perbandingan tegas antara nasib orang-orang yang curang (yang akan diazab di penjara bernama Sijjin) dan nasib orang-orang mukmin (yang akan menikmati surga bernama Illiyyin).
Surat ini menggambarkan kengerian saat langit terbelah saat kiamat. Surat ini menekankan bahwa manusia, yang diciptakan oleh Allah, harus patuh kepada-Nya. Mereka yang menerima kitab amal mereka dari tangan kanannya akan berbahagia, sementara yang menerimanya dari belakang punggung akan celaka.
Surat ini bersumpah demi gugusan bintang dan hari kiamat yang dijanjikan. Surat ini mengisahkan penganiayaan terhadap Ahli Parit (Ashabul Ukhdud) yang dibakar karena iman mereka kepada Allah. Surat ini menegaskan bahwa Allah Maha Melihat dan membalas perbuatan zalim tersebut dengan hukuman yang setimpal.
Surat ini bersumpah demi langit dan bintang yang bercahaya di malam hari. Surat ini menekankan pengawasan malaikat pencatat (rakaib) atas setiap perbuatan manusia. Pada akhirnya, segala tipu daya manusia akan sia-sia karena Allah Maha Tahu dan akan membalas tipu daya tersebut.
Surat ini memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk bertasbih memuji nama Tuhannya Yang Maha Tinggi. Surat ini mengingatkan bahwa Allah telah menurunkan petunjuk kepada manusia, dan manusia yang paling bertakwa adalah yang mengingat Allah dan menyucikan jiwanya, kemudian melakukan shalat dan menunaikan zakat.
Surat ini menggambarkan kengerian hari kiamat yang menyelimuti semua wajah. Surat ini menyajikan perbandingan antara nasib orang kafir yang wajahnya tertunduk di neraka dan nasib orang mukmin yang wajahnya berseri-seri di surga. Surat ini juga mengajak merenungkan unta, langit, dan gunung sebagai tanda kuasa Allah.
Surat ini bersumpah demi waktu fajar dan sepuluh malam pertama Dzulhijjah. Surat ini mengingatkan tentang kaum 'Ad dan Tsamud yang dihancurkan karena kesombongan dan ketidakadilan terhadap kaum fakir. Surat ini menantang manusia yang mencintai harta, menekankan bahwa ketenangan jiwa (nafsul muthma'innah) adalah puncak kebahagiaan yang dicari.
Surat ini bersumpah demi kota Mekkah yang mulia, tempat Nabi dilahirkan. Surat ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan dalam kesulitan (kabadan). Untuk mengatasi kesulitan ini, manusia dianjurkan untuk menempuh jalan yang sulit, yaitu jalan mendaki (mendaki jurang kebaikan) dengan memberi makan anak yatim dan fakir miskin.
Surat ini bersumpah dengan matahari, bulan, siang, malam, dan berbagai fenomena alam lainnya sebagai bukti kesempurnaan penciptaan Allah. Surat ini menyimpulkan bahwa keberuntungan atau kebinasaan manusia bergantung pada kesucian jiwanya (tazkiyah) dan ketaatannya kepada Allah.
Surat ini bersumpah demi malam yang menyelimuti dan siang yang menyinari. Surat ini menjelaskan bahwa usaha manusia berbeda-beda: ada yang berinfak dan bertakwa (dan akan diberi kemudahan menuju surga), ada pula yang kikir dan menyombongkan diri (dan akan diberi kemudahan menuju neraka).
Surat ini merupakan penghiburan bagi Nabi Muhammad SAW setelah sempat terjadi jeda wahyu (fatratul wahyu). Allah SWT bersumpah dengan waktu Dhuha dan malam yang sunyi, menegaskan bahwa Allah tidak meninggalkan dan membenci Nabi-Nya. Surat ini memerintahkan Rasul untuk berbuat baik kepada anak yatim dan fakir miskin.
Surat ini meneruskan penghiburan dari Ad-Duha, menegaskan bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Allah SWT telah mengangkat derajat dan membersihkan nama baik Nabi Muhammad SAW. Inti pesannya adalah: bersama kesulitan ada kemudahan, maka fokuslah untuk beribadah kepada Tuhanmu.
Surat ini bersumpah demi empat tempat mulia: bukit Sinai, kota Mekkah, buah tin, dan buah zaitun. Sumpah ini digunakan untuk menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang paling baik (ahsani taqwim). Namun, kebanyakan manusia akan jatuh ke derajat terendah kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh.
Surat ini diyakini sebagai wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW (Iqra'). Surat ini menegaskan bahwa Allah adalah Sang Pencipta dan Dia Maha Mengetahui. Surat ini berisi peringatan keras kepada manusia yang melampaui batas (sombong karena merasa cukup) dan perintah untuk bersujud serta mendekatkan diri kepada Allah.
Surat ini menjelaskan tentang keagungan malam Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan), yang mana Al-Qur'an diturunkan padanya. Malam ini lebih baik daripada seribu bulan. Surat ini menegaskan bahwa pada malam tersebut, para malaikat turun membawa ketenangan dan rahmat dari Allah SWT.
Surat ini menegaskan bahwa Rasulullah SAW datang membawa bukti nyata yang membersihkan lembaran-lembaran suci. Surat ini membagi manusia menjadi tiga golongan: orang musyrik yang ingin menyembah selain Allah, Ahli Kitab yang mengingkari kebenaran, dan orang mukmin yang menjalankan shalat dan zakat. Hanya golongan terakhir yang dijanjikan surga.
Surat ini menggambarkan kegoncangan dahsyat pada hari kiamat, di mana bumi akan memuntahkan seluruh isi dan rahasianya. Surat ini mengajarkan prinsip keadilan mutlak: setiap perbuatan, sekecil apa pun (seberat debu), baik atau buruk, akan diperlihatkan kepada pelakunya.
Surat ini bersumpah demi kuda-kuda perang yang berlari kencang. Surat ini menggambarkan sifat serakah manusia terhadap harta, namun pada hakikatnya, Allah Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Surat ini mengingatkan bahwa pada hari kiamat, semua yang tersembunyi akan disingkapkan.
Surat ini menggambarkan kengerian hari kiamat. Timbangan amal akan menjadi penentu nasib. Barangsiapa timbangan kebaikannya berat, ia akan berada dalam kehidupan yang diridai (surga). Sebaliknya, orang yang ringan timbangannya akan dilempar ke dalam neraka Hawiyah.
Surat ini mengecam kecenderungan manusia untuk bermegah-megahan dalam harta, anak, dan kekuasaan, hingga mereka lupa dari mengingat Allah. Peringatan keras diberikan bahwa mereka akan mengetahui akibat dari kelalaian mereka ketika sudah terlambat (saat kematian menjemput dan di akhirat).
Surat yang sangat ringkas namun padat makna ini bersumpah demi waktu. Surat ini menegaskan bahwa seluruh umat manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang memiliki empat kriteria: beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran.
Surat ini diturunkan sebagai kecaman keras terhadap orang-orang pencela, pengumpat, dan pengumpul harta yang membanggakan kekayaan mereka. Mereka menyangka harta akan kekal, namun mereka akan dilemparkan ke dalam Jurang Al-Hutama (Api yang membakar hati).
Surat ini mengingatkan kaum Quraisy akan nikmat besar Allah ketika Dia mengirimkan burung-burung ababil untuk menghancurkan pasukan gajah Abrahah yang hendak merobohkan Ka'bah. Ini adalah bukti nyata perlindungan Allah terhadap Baitullah.
Surat ini berbicara tentang kebiasaan kaum Quraisy, yaitu perjalanan dagang mereka di musim dingin dan musim panas. Allah mengingatkan mereka bahwa keamanan dan rezeki mereka diperoleh berkat Ka'bah. Oleh karena itu, mereka diperintahkan untuk menyembah dan bersyukur hanya kepada Allah SWT.
Surat ini memberikan peringatan keras bagi mereka yang mengaku beriman namun dalam tindakan sehari-hari mereka menolak untuk memberi pertolongan atau bantuan (ma’un) kepada sesama, terutama dalam hal kebutuhan pokok. Mereka dianggap mendustakan agama, meskipun terlihat rajin shalat.
Surat terpendek ini adalah janji Allah kepada Nabi Muhammad SAW akan karunia yang melimpah di surga (Al-Kautsar). Surat ini memerintahkan Rasul untuk menunaikan shalat dan berkorban hanya karena Allah, karena orang yang membenci beliau (al-abtara) adalah orang yang terputus dari kebaikan.
Surat ini adalah deklarasi pemisahan total antara ajaran Islam dan kekafiran. Rasulullah SAW diperintahkan untuk menyatakan dengan tegas bahwa ibadah yang dilakukan orang kafir (menyembah berhala) tidak akan pernah diterima oleh Allah, dan ibadah yang dilakukan oleh Muslimin tidak akan pernah disembah oleh orang kafir. "Bagimu agamamu, bagiku agamaku."
Surat ini turun sebagai kabar gembira atas kemenangan besar (Fathu Makkah). Ketika pertolongan Allah datang dan kemenangan diraih, hal itu menandakan bahwa tugas dakwah Nabi hampir selesai. Oleh karena itu, Rasul diperintahkan untuk memperbanyak tasbih, tahmid, dan memohon ampunan kepada Allah.
Surat terakhir ini berisi kecaman langsung terhadap Abu Lahab dan istrinya, yang merupakan paman dan bibi Nabi Muhammad SAW, karena permusuhan mereka yang keji terhadap dakwah Islam. Allah menegaskan bahwa harta dan kekuasaan Abu Lahab tidak akan menyelamatkannya dari azab api neraka yang menyala-nyala.