Ketika membicarakan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam di Gua Hira', seringkali ada kebingungan dalam pengucapan yang mungkin terdengar seperti "Surat Al Alam Taro". Sebenarnya, yang dimaksud adalah **Surat Al-'Alaq** (العلق), yang artinya "Segumpal Darah". Surat ini memiliki posisi yang sangat fundamental karena ia adalah penanda dimulainya kenabian dan risalah Islam.
Penurunan ayat-ayat ini terjadi pada malam yang mulia, penuh dengan keheningan spiritual, di mana Nabi Muhammad SAW sedang bertafakur. Malaikat Jibril 'Alaihis Salam datang membawa perintah yang sangat jelas dan tegas, memulai dakwah kenabian dengan inti ajaran: pentingnya membaca dan belajar.
Simbol Wahyu dan Ilmu Pengetahuan
Surat Al-'Alaq terdiri dari 19 ayat, namun lima ayat pertama adalah yang paling terkenal karena merupakan wahyu pertama. Berikut adalah kutipan singkat dari awal surat yang sarat makna:
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Perintah "Iqra'" (Bacalah) bukan sekadar instruksi mekanis untuk membaca teks. Ini adalah perintah multidimensi yang mencakup seluruh spektrum kehidupan seorang Muslim. Ayat-ayat ini meletakkan fondasi peradaban yang berbasis ilmu pengetahuan.
Perintah membaca selalu diawali dengan 'dengan nama Tuhanmu yang menciptakan' (بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ). Ini menegaskan bahwa setiap aktivitas intelektual, setiap penemuan, dan setiap usaha membaca harus berlandaskan kesadaran penuh bahwa Allah SWT adalah Sumber segala ilmu dan kekuasaan. Ilmu tanpa basis keimanan seringkali menyesatkan, namun ilmu yang dimulai dengan nama Allah akan membimbing kepada kebenaran.
Allah SWT mengingatkan bahwa manusia diciptakan dari sesuatu yang hina, yaitu 'alaqah (segumpal darah atau sesuatu yang melekat). Namun, melalui anugerah pengetahuan, manusia diangkat derajatnya melampaui makhluk lain. Pengingat ini berfungsi sebagai penyeimbang; meskipun manusia memiliki potensi besar karena akal dan ilmu, ia harus selalu rendah hati mengingat asal usulnya.
Ayat yang menyebutkan قَلَم (pena) adalah legitimasi pertama dalam sejarah terhadap alat tulis dan transmisi pengetahuan. Pena adalah simbol pencatatan, pembukuan, penelitian, dan pewarisan ilmu dari generasi ke generasi. Tanpa pena dan kemampuan menulis, peradaban Islam tidak akan mampu mengumpulkan dan melestarikan ilmu Yunani, Persia, dan India. Perintah ini menunjukkan betapa pentingnya literasi dalam Islam.
Setelah lima ayat pertama, surat ini berlanjut dengan peringatan keras kepada manusia yang cenderung melampaui batas (durhaka) ketika merasa dirinya cukup kaya atau mandiri (كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَى). Manusia seringkali menjadi sombong dan lupa bahwa segala kekayaan dan kemandirian material adalah titipan yang suatu saat akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Ayat terakhir surat ini kembali mengarahkan perhatian kepada solusi atas keangkuhan tersebut: "Ketahuilah, sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali (semua urusan)." Ini adalah penutup yang sempurna bagi wahyu pertama, mengikat seluruh perintah belajar dan berilmu kembali kepada tujuan akhir, yaitu pengabdian total kepada Sang Pencipta.
Oleh karena itu, Surat Al-'Alaq, yang sering dicari dengan istilah seperti "Surat Al Alam Taro," adalah cetak biru abadi bagi umat manusia untuk selalu belajar, membaca, bersyukur, dan tidak pernah lupa akan asal muasal serta tujuan akhir keberadaannya di dunia ini. Ilmu adalah kunci, namun tauhid adalah kompasnya.