Surah Al-Kahfi, surat ke-18 dalam Al-Qur'an, adalah salah satu surat yang sangat dianjurkan untuk dibaca, terutama pada hari Jumat. Di antara seluruh ayatnya, sepuluh ayat terakhir memiliki kedudukan istimewa yang seringkali disorot karena mengandung perlindungan agung dari fitnah terbesar sepanjang zaman, yaitu fitnah Dajjal. Memahami dan menghafal sepuluh ayat terakhir ini adalah kunci spiritual bagi setiap muslim yang ingin membentengi diri dari kesesatan.
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan petunjuk yang jelas mengenai manfaat membaca awal dan akhir surat ini. Sepuluh ayat terakhir (ayat 90 hingga 100) secara spesifik membahas tentang konsekuensi dari memilih jalan yang salah versus jalan yang benar. Ayat-ayat ini memaparkan perbandingan antara orang yang beriman dan beramal saleh dengan mereka yang mengingkari kebenaran, yang pada akhirnya akan menghadapi keputusan ilahi.
Fokus utama dari sepuluh ayat penutup ini adalah mengenai janji balasan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, yaitu disediakan surga Firdaus yang kekal, sebagai kontras dari azab pedih bagi mereka yang menolak ayat-ayat Allah. Perlindungan yang dijanjikan melalui ayat-ayat ini bersifat menyeluruh, melindungi akidah, akhlak, dan juga dari godaan duniawi.
Ayat-ayat ini menyajikan narasi yang kuat mengenai dua golongan manusia. Golongan pertama adalah mereka yang telah diberi karunia dari Allah berupa amal saleh dan keimanan, sementara golongan kedua adalah mereka yang amalannya lenyap seperti fatamorgana di padang tandus karena kekufuran mereka.
Meskipun teks di atas hanya ilustrasi, inti dari sepuluh ayat terakhir (91 hingga 100) adalah:
Ayat-ayat ini berfungsi sebagai pengingat keras sekaligus motivasi yang membakar semangat. Mereka mengajarkan bahwa kehidupan duniawi hanyalah persinggahan sementara. Tujuan akhir seorang mukmin seharusnya adalah meraih keridhaan Allah agar mendapatkan tempat tinggal terbaik di akhirat. Ini menuntut kita untuk senantiasa mengoreksi niat dan memastikan setiap amal perbuatan kita murni hanya karena Allah (ikhlas), serta menjauhkan diri dari perbuatan syirik yang dapat menghapus seluruh amal kebaikan.
Keutamaan membaca sepuluh ayat terakhir Surah Al-Kahfi, sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat hadis, adalah sebagai benteng pertahanan spiritual melawan fitnah Dajjal. Ketika Dajjal muncul dengan segala tipu dayanya, daya pikat kekayaan, kekuasaan, dan kesenangan duniawi yang ia tawarkan, seorang hamba yang telah memahami makna ayat-ayat ini akan memiliki pondasi keimanan yang kokoh. Ia tahu bahwa segala kemuliaan duniawi yang disajikan Dajjal hanyalah fatamorgana yang akan lenyap, sementara janji Allah di akhirat adalah kepastian yang kekal.
Membaca 10 ayat terakhir bukan sekadar ritual Jumat, tetapi sebuah komitmen berkelanjutan. Ini mendorong introspeksi: apakah kita termasuk golongan yang amalnya akan dihadiahi Firdaus, atau amalnya akan menjadi sia-sia? Untuk memastikan kita berada di jalur yang benar, kita perlu:
Dengan merenungkan makna mendalam dari penutup Surah Al-Kahfi ini, seorang muslim diingatkan bahwa kesuksesan sejati bukanlah diukur dari apa yang ia kumpulkan di dunia, melainkan dari persiapan amal yang ia bawa untuk berjumpa dengan Rabbnya. Inilah janji perlindungan, penguatan iman, dan jaminan ketenangan bagi mereka yang konsisten membaca dan mengamalkan sepuluh ayat terakhir dari Surah Al-Kahfi.