Surah Al-Qadr, yang merupakan salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an, memiliki kedudukan yang sangat istimewa di hati umat Islam. Terletak di Juz ke-30, surat ini membahas peristiwa paling monumental dalam sejarah penetapan hukum ilahi: penurunan Al-Qur'an. Keistimewaan utamanya terletak pada penyebutan Malam Lailatul Qadar, malam yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan.
Bagi mereka yang sedang belajar atau mencari referensi cepat, transliterasi atau penulisan dalam huruf Latin (sering disebut sebagai 'Rumi' dalam konteks melayu atau transliterasi umum) sangat membantu dalam pelafalan. Meskipun membaca teks Arab adalah hal yang utama, memahami struktur dan bunyi dalam Rumi memudahkan pembaca yang belum fasih dalam aksara Arab untuk mengikuti bacaannya.
Berikut adalah teks Surah Al-Qadr (Surah ke-97) dalam transliterasi Rumi, yang membantu pengucapan bagi non-penutur asli Arab atau mereka yang terbiasa dengan alfabet Latin.
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar).
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ Wamaa adraaka maa lailatul-qadrDan tahukah kamu apakah Malam Lailatul Qadar itu?
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ Lailatul qadri khairum min alfi shahrMalam Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ Tanazzalul malaa-ikatu war-ruhu fiihaa bi-idzni Rabbihim min kulli amrPada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya membawa segala urusan.
سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ Salaamun hiya hattaa matla'il-fajrMalam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar.
Ayat ketiga, "Lailatul qadri khairum min alfi shahr," adalah inti dari keagungan malam ini. Secara harfiah, seribu bulan setara dengan sekitar 83 tahun masa hidup manusia. Ini berarti ibadah yang dilakukan pada satu malam ini dapat melampaui pahala dari beribadah secara konsisten sepanjang hidup yang panjang tanpa adanya malam Qadar. Keutamaan ini bukan hanya terletak pada durasi waktu, tetapi pada keberkahan spiritual yang Allah limpahkan secara khusus.
Para ulama menafsirkan bahwa beribadah pada Malam Al-Qadr sama dengan melakukan ibadah sunnah selama 83 tahun tanpa henti. Hal ini mendorong umat Muslim untuk berupaya keras mencari dan memaksimalkan ibadah mereka pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, terutama pada malam-malam ganjil, karena Lailatul Qadar diyakini turun pada salah satu malam tersebut.
Ayat keempat menjelaskan fenomena yang terjadi pada malam tersebut: turunnya para malaikat bersama Ruh (Jibril). Kehadiran mereka menunjukkan betapa pentingnya malam itu sebagai gerbang komunikasi langsung antara alam surgawi dan bumi dalam rangka penetapan takdir tahunan. Turunnya Jibril membawa wahyu dan ketetapan ilahi untuk tahun yang akan datang, menegaskan kembali bahwa Al-Qur'an adalah pedoman utama.
Ayat terakhir, "Salaamun hiya hattaa matla'il-fajr," memberikan jaminan ketenangan. Malam itu adalah malam yang dipenuhi kedamaian, terhindar dari segala bencana, musibah, dan keburukan. Kesejahteraan ini berlaku hingga waktu fajar tiba. Ketenangan ini seringkali dirasakan oleh orang-orang yang beribadah dengan khusyuk, di mana hati mereka dipenuhi ketenteraman ilahi jauh dari hiruk pikuk duniawi.
Memahami Surah Al-Qadr dalam Rumi dan maknanya seharusnya memotivasi umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadah mereka selama Ramadan. Meskipun kita tidak tahu persis kapan malam itu tiba, ikhtiar untuk menghidupkannya dengan shalat, dzikir, membaca Al-Qur'an, dan sedekah adalah kunci untuk meraih keberkahan yang dijanjikan. Malam ini adalah kesempatan emas untuk membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, karena di dalamnya terdapat rahmat dan ampunan yang melimpah ruah. Mencari Lailatul Qadar adalah mencari titik balik spiritual yang dapat mengubah lintasan hidup seorang hamba.