Surah Al-Kahfi, surat ke-18 dalam Al-Qur'an, adalah salah satu surat yang sangat dianjurkan untuk dibaca, terutama pada hari Jumat. Keutamaan membaca surat ini sangatlah besar, mencakup perlindungan dari fitnah Dajjal dan petunjuk cahaya dunia hingga akhirat. Bagi umat Islam di Nusantara, khususnya yang terbiasa dengan tradisi keilmuan Islam Melayu, membaca Surah Al-Kahfi dalam tulisan Jawi memiliki nilai historis dan spiritual tersendiri.
Apa Itu Tulisan Jawi?
Tulisan Jawi adalah aksara Arab yang digunakan untuk menulis bahasa Melayu, termasuk dialeknya seperti Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia dalam konteks historis dan religius. Dengan adanya Jawi, teks-teks keagamaan, termasuk Al-Qur'an dan Hadis, dapat diakses oleh masyarakat lokal yang mayoritas belum mahir membaca aksara Arab standar. Surah Al-Kahfi Jawi memungkinkan pembaca untuk menghubungkan pemahaman mereka terhadap ajaran Islam dengan akar budaya lokal mereka.
Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi
Anjuran untuk membaca Surah Al-Kahfi sangat kuat. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa siapa saja yang membaca sepuluh ayat pertama dari Surah Al-Kahfi akan terjaga dari fitnah Dajjal. Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa membacanya secara keseluruhan pada hari Jumat akan memberikan cahaya antara dua Jumat. Kisah-kisah penuh hikmah di dalamnya—pemuda Ashabul Kahfi, pemilik dua kebun, Nabi Musa dan Khidir, serta Zulkarnain—memberikan pelajaran berharga tentang keimanan, kesabaran, ilmu, dan kekuasaan Allah SWT.
Signifikansi Membaca dalam Aksara Jawi
Bagi komunitas yang menjaga warisan tradisi Islam Melayu, membaca Al-Kahfi dalam format Jawi membawa nuansa yang berbeda. Aksara ini mengingatkan pada masa kejayaan penyebaran Islam di kepulauan Melayu, di mana para ulama terdahulu menggunakan Jawi sebagai medium utama dakwah. Ketika melihat ayat-ayat suci yang diterjemahkan atau dituliskan dalam Jawi, terjadi koneksi emosional dan intelektual yang mendalam, memadukan keaslian wahyu dengan identitas budaya lokal.
Pembacaan Jawi juga seringkali disertai dengan pelafalan (qira'at) yang khas, yang terkadang lebih sesuai dengan fonetik bahasa Melayu tradisional. Hal ini membantu memastikan bahwa makna dan intonasi ayat tetap terjaga tanpa terdistorsi oleh perbedaan fonem antara bahasa Arab dan bahasa lokal saat pembacaan. Bagi pemula yang sedang mempelajari cara membaca Al-Qur'an, melihat transliterasi Jawi bisa menjadi jembatan sebelum beralih sepenuhnya ke teks Arab.
Contoh Teks Jawi (Ilustrasi Ayat Pembuka)
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُ عِوَجًا قَيِّمًا لِّيُنذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِّن لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا
(Alhamdulillaahillazii an-zala 'alaa 'abdihi l-kitaaba wa lam yaj'al lahu 'iwaajaa. Qayyiman liyun-dzira ba'san syadiidan min ladun-hu wa yubasysyiril mu'miniinal ladziina ya'maluunash shaalihaati anna lahum ajran hasanaa)
Aksesibilitas Digital Surah Al-Kahfi Jawi
Di era digital saat ini, mencari Surah Al-Kahfi Jawi semakin mudah. Banyak situs web dan aplikasi keagamaan yang menyediakan versi digital dari teks Jawi, memudahkan umat Islam untuk membawa bacaan suci ini ke mana pun mereka pergi melalui perangkat mobile. Kemudahan akses ini memastikan bahwa tradisi membaca dan memahami Al-Qur'an dalam aksara warisan tetap hidup dan relevan bagi generasi muda. Memadukan keindahan kaligrafi Jawi dengan kemudahan teknologi modern adalah cara ampuh untuk melestarikan kekayaan spiritual dan linguistik Islam Nusantara.
Oleh karena itu, meluangkan waktu untuk membaca Surah Al-Kahfi, baik dalam bentuk aslinya maupun melalui terjemahan atau transliterasi Jawi yang akrab, merupakan investasi spiritual yang sangat berharga untuk membekali diri menghadapi ujian zaman.