Surah Al-Kahfi, surat ke-18 dalam Al-Qur'an, dikenal luas karena mengandung kisah-kisah besar tentang iman, kesabaran, dan ujian duniawi. Salah satu ayat penting yang menutup pembahasan tentang ujian terbesar, yaitu fitnah Dajjal (yang secara tidak langsung terkait dengan beberapa tafsir konteks), adalah ayat ke-90. Ayat ini seringkali menjadi titik fokus karena membahas tentang kondisi hati ketika melihat kebaikan duniawi yang fana.
Meskipun ayat ini tergolong pendek, penempatan dan konteksnya sangat krusial. Ayat 90 ini adalah kelanjutan langsung dari ayat-ayat sebelumnya yang berbicara tentang kondisi orang-orang yang disebutkan oleh Allah SWT.
Untuk memahami kedalaman ayat 90, kita perlu melihat ayat 88 dan 89. Ayat-ayat sebelumnya menggambarkan kondisi seseorang (sering ditafsirkan sebagai orang yang kafir atau yang mengutamakan dunia) yang mendapatkan kekayaan duniawi dan kemudian menyangka bahwa ia akan mendapatkan balasan terbaik di akhirat karena tindakannya.
Ayat 88 berbunyi tentang orang yang beriman dan beramal saleh, ia akan mendapatkan balasan terbaik (surga). Kemudian ayat 89 membahas orang yang berpaling dari kebenaran iman, mereka mengatakan: "Sungguh, kami telah diberi perumpamaan yang sangat melampaui batas." (QS. Al-Kahfi: 89).
Inilah titik baliknya. Setelah pernyataan sombong atau menyimpang tersebut, Allah SWT menurunkan ayat 90 sebagai respons keras:
Frasa "adbara sa'iyan" (berbalik sambil berlari kencang) mengandung beberapa makna penting dalam tafsir:
Surah Al-Kahfi mengajarkan kita untuk waspada terhadap empat fitnah utama: fitnah agama (pemuda Ashabul Kahfi), fitnah harta (pemilik dua kebun), fitnah ilmu (Nabi Musa dan Khidir), dan fitnah kekuasaan (pemilik kerajaan). Ayat 90 ini menutup pembahasan dengan memberikan peringatan tentang respons hati terhadap kebenaran.
Keutamaan dan Peringatan: Ayat ini menegaskan bahwa menyia-nyiakan kesempatan untuk menerima hidayah adalah kerugian besar. Ketika kebenaran disajikan, respons seharusnya adalah mendekat, merenung, dan bertobat. Namun, jika responsnya adalah berbalik dan berlari menjauh dengan cepat, hal itu menandakan bahwa obsesi dunia telah menutupi hati mereka sepenuhnya.
Kita harus selalu berusaha agar ketika ayat-ayat Allah dibacakan, hati kita tidak menjadi "berbalik dan berlari kencang" menjauhinya, melainkan menjadi hati yang tunduk dan kembali kepada petunjuk-Nya. Pemahaman terhadap Surah Al-Kahfi, terutama ayat-ayat penutupnya, membantu kita menguatkan benteng iman dalam menghadapi godaan dunia yang tampak menarik namun fana.
Melanjutkan perenungan tentang ayat-ayat ini akan membantu seorang Muslim untuk terus berintrospeksi, memastikan bahwa setiap langkah yang diambil dalam hidup—yang diibaratkan sebagai "lari"—adalah lari menuju ketaatan, bukan lari menjauhi keridhaan Allah SWT.