Refleksi Mendalam Surah Al-Kahfi Ayat 81

Ilmu & Hikmah Ilustrasi simbolik tentang pencarian ilmu yang tersembunyi dalam perjalanan.

Surah Al-Kahfi adalah salah satu surah yang kaya akan pelajaran hidup, kisah teladan, dan prinsip-prinsip keimanan. Di antara ayat-ayatnya yang mendalam, ayat ke-81 sering kali menjadi sorotan utama dalam konteks pentingnya mencari ilmu yang benar dan memahami batas kemampuan manusia dalam konteks wahyu Ilahi. Ayat ini menceritakan dialog antara Nabi Musa AS dan Khidir AS mengenai pelajaran yang akan didapatkan Musa dari pertemuannya dengan Khidir.

Teks dan Terjemahan Surah Al-Kahfi Ayat 81

فَانطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَن يُضَيِّفُوهُمَا ۖ فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَن يَنقَضَّ فَأَقَامَهُ ۖ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا "Maka berjalanlah keduanya hingga ketika mereka sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta makanan kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu enggan menjamu mereka. Kemudian keduanya menemukan di negeri itu dinding yang hampir roboh, lalu Khidir menegakkannya. Berkatalah Musa: 'Sekiranya kamu mau, tentulah kamu dapat mengambil upah untuk itu.'" (QS. Al-Kahfi: 81)

Ayat ini menyajikan narasi krusial mengenai interaksi dengan masyarakat dan prinsip memberi manfaat tanpa mengharapkan balasan materi. Setelah perjalanan yang melelahkan, Nabi Musa dan Khidir tiba di sebuah desa. Permintaan sederhana mereka untuk dijamu ditolak mentah-mentah oleh penduduknya. Penolakan ini menjadi kontras tajam dengan tindakan Khidir selanjutnya.

Menghadapi penolakan dan sikap kikir tersebut, Khidir melihat sebuah dinding yang nyaris runtuh. Tindakan Khidir adalah menegakkan kembali dinding itu, sebuah perbuatan yang membutuhkan usaha dan waktu. Ketika Musa mengutarakan niatnya agar mereka meminta upah atas pekerjaan itu—sebagai ganti atas penolakan penduduk desa—Khidir memberikan jawaban yang mengandung hikmah mendalam.

Pelajaran Keikhlasan dan Kepemilikan Ilmu

Jawaban Khidir atas usulan Musa terkait upah adalah inti pelajaran dalam ayat ini, yang dijelaskan pada ayat-ayat berikutnya (Ayat 82). Khidir menyatakan bahwa pekerjaan itu adalah "rahmat dari Tuhanku." Pernyataan ini menekankan bahwa tindakan memperbaiki dinding tersebut bukanlah semata-mata pekerjaan fisik, melainkan pelaksanaan kehendak dan rahmat Ilahi.

Pelajaran utama yang dapat diambil adalah mengenai keikhlasan. Khidir menunjukkan bahwa ilmu hakiki yang dimilikinya (ilmu ladunni) mendorongnya untuk berbuat baik tanpa pamrih. Ketika kita melakukan kebaikan, apalagi yang memerlukan usaha besar, godaan untuk mengharapkan balasan—baik berupa ucapan terima kasih, imbalan finansial, atau pengakuan—sangat besar. Namun, ayat ini mengingatkan bahwa nilai sejati dari sebuah amal terletak pada ketulusannya semata-mata karena Allah SWT.

Penolakan penduduk desa untuk memberi jamuan adalah ujian bagi kesabaran dan cara pandang Musa. Musa, yang mewakili perspektif manusia biasa yang logis, melihat bahwa jasa harus dibalas jasa. Sementara Khidir, yang dibimbing oleh wahyu langsung, melihat tugasnya sebagai bagian dari skema Ilahi yang lebih besar, di mana memberi manfaat adalah tujuan utama, terlepas dari respons penerima manfaat.

Implikasi dalam Kehidupan Modern

Dalam konteks kehidupan modern yang serba transaksional, pelajaran dari Surah Al-Kahfi ayat 81 ini sangat relevan. Seringkali, kita hanya bersedia membantu atau memberikan kontribusi jika ada jaminan imbalan yang setara. Ayat ini menantang mentalitas tersebut. Ia mendorong kita untuk mencari "upah" bukan dari manusia, melainkan dari Pemberi segala rezeki. Ketika kita menolong sesama, memperbaiki kerusakan (secara fisik maupun moral), atau menyebarkan ilmu, niat utama seharusnya adalah demi ridha Allah, bukan tepuk tangan publik atau keuntungan pribadi.

Kisah ini juga mengajarkan kita untuk tidak terpengaruh oleh sikap negatif orang lain. Meskipun penduduk desa bersikap kasar dan kikir, hal itu tidak menghalangi Khidir untuk menjalankan tugas kebaikan yang telah ditetapkan untuknya. Ini adalah penguatan bahwa konsistensi dalam berbuat baik tidak boleh bergantung pada validasi atau perlakuan orang lain. Tujuan utama adalah memenuhi amanah yang diberikan oleh sumber kebaikan tertinggi. Dengan demikian, Surah Al-Kahfi ayat 81 menjadi mercusuar yang mengingatkan kita untuk selalu menempatkan keikhlasan sebagai fondasi utama dalam setiap perbuatan baik kita.

🏠 Homepage