Petunjuk Ilahi

Ilustrasi visualisasi perjalanan mencari ilmu dan petunjuk.

Menggali Hikmah Surah Al-Kahfi Ayat 64: Pertemuan dengan Khidir

Surah Al-Kahfi adalah salah satu surah yang sangat dianjurkan untuk dibaca setiap hari Jumat karena mengandung kisah-kisah penuh hikmah yang relevan bagi kehidupan umat Islam di sepanjang zaman. Di antara ayat-ayat penting dalam surah ini, terdapat ayat ke-64 yang menjadi kunci percakapan antara Nabi Musa AS dengan hamba Allah yang saleh, yaitu Nabi Khidir AS.

Ayat ini menyoroti sebuah momen krusial di mana Musa AS mulai memahami batasan pengetahuannya dan perlunya menerima bimbingan dari ilmu yang lebih tinggi. Penggalan kisah ini mengajarkan kerendahan hati dan pentingnya kesabaran dalam menghadapi hal-hal yang tampak kontradiktif atau sulit dipahami oleh akal manusia biasa.

Teks dan Terjemahan Surah Al-Kahfi Ayat 64

QS. Al-Kahfi: 64

"Berkata Musa: "Itulah yang kita cari!" Lalu keduanya kembali, berjalan mengikuti jejak mereka semula."

(Qāla mūsā: “Dhālika mā kunnā nabghi…” fa-rjaʿā ʿalā āthārihimā qasasan)

Konteks Ayat dalam Kisah Musa dan Khidir

Sebelum ayat ke-64 ini, Nabi Musa AS telah berdialog dengan Khidir AS mengenai syarat agar Musa dapat menyertai Khidir untuk belajar. Musa diminta untuk bersabar dan tidak mengajukan pertanyaan atas tindakan-tindakan Khidir yang awalnya tampak aneh atau bahkan salah di mata Musa, seperti melubangi perahu, membunuh seorang anak, dan memperbaiki dinding yang hampir roboh tanpa meminta upah.

Ketika sampai pada titik di mana Khidir memutuskan untuk berpisah karena Musa tidak lagi mampu menahan diri untuk bertanya, muncullah momen yang diabadikan dalam ayat 64. Musa akhirnya menyadari bahwa tujuan mereka datang ke pertemuan itu—yaitu menemukan titik temu ilmu—telah tercapai. Ungkapan Musa, "Itulah yang kita cari!", menunjukkan pengakuan tulus atas keberhasilan pencarian ilmu tersebut, meskipun prosesnya penuh dengan ujian kesabaran.

Makna Penting Ayat 64

Ayat ini memiliki implikasi mendalam dalam spiritualitas dan pencarian kebenaran. Pertama, ia menegaskan bahwa ilmu yang sejati seringkali memerlukan perjalanan dan pengorbanan. Musa AS, seorang nabi besar, harus menanggalkan egonya dan mengikuti seseorang yang ilmunya dianugerahkan langsung oleh Allah SWT secara khusus.

Kedua, ungkapan tersebut adalah sebuah bentuk ketundukan. Musa mengakui bahwa apa yang mereka cari—yaitu ilmu laduni (ilmu dari sisi Allah) yang tersembunyi di balik misteri tindakan Khidir—telah ditemukan. Hal ini membebaskan Musa dari keharusan untuk terus memaksakan pemahaman rasionalnya yang terbatas.

Setelah pengakuan ini, tindakan Khidir dan Musa selanjutnya adalah kembali ke jalan yang telah mereka lalui sebelumnya. Frasa "Lalu keduanya kembali, berjalan mengikuti jejak mereka semula" (fa-rjaʿā ʿalā āthārihimā qasasan) menyiratkan bahwa setelah mendapatkan pencerahan, penting untuk kembali kepada realitas kehidupan dengan bekal hikmah yang baru diperoleh. Jejak yang mereka ikuti kini bukan lagi sekadar jalur fisik, tetapi jejak pengetahuan yang telah mereka sepakati.

Pelajaran untuk Umat Masa Kini

Kisah dalam Surah Al-Kahfi ayat 64 memberikan pelajaran berharga bagi Muslim modern. Dalam era informasi yang serba cepat, kita sering kali mudah menghakimi hal-hal yang tidak sesuai dengan logika atau tradisi yang kita pahami. Ayat ini mengingatkan bahwa ada kebenaran dan hikmah yang tersembunyi di balik peristiwa yang tampak buruk atau membingungkan.

Pencarian kebenaran sejati, baik ilmu agama maupun pemahaman tentang takdir, menuntut kerendahan hati yang luar biasa—kemampuan untuk berkata, "Saya belum tahu," atau bahkan, "Inilah yang kita cari," setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan. Keberhasilan bukan diukur dari kemampuan memecahkan misteri secara instan, tetapi dari keteguhan hati untuk tetap berjalan di jalan pencarian tersebut hingga titik temu yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa.

Membaca dan merenungkan kisah Musa dan Khidir, khususnya pada momentum pengakuan di ayat 64, dapat membantu kita menata ulang prioritas dalam mencari ilmu. Ilmu bukan hanya tentang apa yang bisa kita pahami dengan cepat, tetapi tentang kesabaran untuk menerima petunjuk yang mungkin datang dalam bentuk yang tidak kita duga.

🏠 Homepage