Menguak Akhir Kisah Pasukan Gajah: Surah Al Fil Diakhiri dengan Lafal

Kekuatan Ilahi Atas Kesombongan

Ilustrasi peristiwa pasukan gajah.

Surah Al-Fil, surat ke-105 dalam Al-Qur'an, adalah salah satu surat pendek yang sarat makna dan mengandung kisah peringatan luar biasa tentang kekuasaan Allah SWT. Kisah ini menceritakan upaya Raja Abrahah yang sombong untuk menghancurkan Ka'bah di Makkah, namun digagalkan secara ajaib oleh pasukan burung ababil yang membawa batu kerikil panas.

Ketika membahas kisah-kisah Al-Qur'an, seringkali timbul pertanyaan spesifik mengenai penutup sebuah surah, terutama jika surah tersebut menceritakan sebuah peristiwa dramatis. Dalam konteks ini, pertanyaan mengenai surah al fil diakhiri dengan lafal apa menjadi penting untuk memahami kesimpulan dari narasi tersebut.

Tujuan Peringatan dalam Surah Al-Fil

Surah Al-Fil diturunkan sebagai pengingat bagi kaum Quraisy (dan seluruh umat manusia) mengenai nikmat besar yang Allah anugerahkan kepada mereka: keselamatan Ka'bah dari kehancuran total. Raja Abrahah, yang merasa iri dengan kemakmuran Makkah sebagai pusat ibadah, membawa pasukan gajah besar dengan niat menghancurkan bangunan suci tersebut. Tujuan Abrahah jelas: mengalihkan pusat ibadah ke Yaman, tempat ia membangun gereja megah.

Namun, seperti yang digambarkan dalam ayat-ayat awal, Allah SWT mengirimkan pertolongan yang tidak terduga. Bukan pasukan balatentara yang dikirim, melainkan kawanan burung kecil yang bekerja secara sistematis dan efektif.

Menelusuri Akhir Surah Al-Fil

Untuk mengetahui surah al fil diakhiri dengan lafal apa, kita harus merujuk langsung pada ayat terakhir surah ini. Surah Al-Fil terdiri dari lima ayat pendek. Ayat terakhir ini berfungsi sebagai penutup yang tegas dan memberikan kesimpulan mutlak mengenai nasib kaum Abrahah.

Ayat terakhir Surah Al-Fil adalah:

وَيُرْسِلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3)
تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ (4)
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ (5)

Ayat kelima, yang merupakan penutup surah, berbunyi: "Faja'alahum ka'ashfim ma'kul."

Lafal Penutup: "Ka'ashfim Ma'kul"

Secara harfiah, lafal terakhir surah al fil diakhiri dengan lafal "ka'ashfim ma'kul". Lafal ini memiliki makna yang sangat kuat dan deskriptif. "Ashf" berarti daun-daun kering atau jerami. Sementara "ma'kul" berarti yang telah dimakan.

Jadi, terjemahan lengkap dari ayat penutup tersebut adalah: "Maka Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat (atau hancur lebur)."

Penggambaran ini menunjukkan kehancuran total, kecepatan, dan kelemahan pasukan gajah tersebut di hadapan kebesaran Allah. Mereka tidak hanya dikalahkan; mereka lenyap menjadi serpihan tak berarti, laksana jerami yang sudah habis dimakan dan tidak menyisakan apa-apa. Ini adalah penutup yang sempurna untuk menunjukkan bahwa kesombongan dan kekuatan materi (gajah dan senjata) tidak berarti apa-apa di hadapan ketetapan ilahi.

Implikasi Keimanan dari Akhir Surah

Memahami bahwa surah al fil diakhiri dengan lafal yang menggambarkan kehancuran total memberikan pelajaran penting. Pertama, surat ini menekankan bahwa Allah mampu melindungi rumah-Nya dan siapapun yang bergantung pada-Nya, meskipun terlihat rentan. Kedua, ia menjadi peringatan keras bagi siapapun yang memiliki niat buruk atau kesombongan, bahwa kekuatan duniawi mereka hanyalah sementara dan dapat dihancurkan secepat daun kering yang dimakan.

Kisah Al-Fil dan ayat penutupnya tetap relevan hingga kini, mengingatkan umat Islam untuk selalu berserah diri dan tidak pernah meremehkan kekuasaan Allah SWT, sekecil apapun sarana yang digunakan-Nya untuk menunjukkan kebenaran.

🏠 Homepage