Dalam dunia mode dan busana tradisional Indonesia, istilah seperti "samping kebat" seringkali muncul untuk mendeskripsikan cara pemakaian kain yang spesifik. Meskipun istilah ini mungkin memiliki variasi regional, secara umum, samping kebat merujuk pada teknik melilitkan atau mengikat kain (seringkali berupa sarung, selendang, atau kain panjang) di sekitar pinggang atau tubuh dengan kekencangan tertentu sehingga kain tersebut tampak rapi, padat, dan menempel erat—inilah inti dari "kebat". Kontras dengan lilitan yang longgar atau jatuh menjuntai, kebat menekankan kerapian struktural.
Karakteristik utama dari gaya samping kebat terletak pada fungsinya yang pragmatis sekaligus estetis. Ketika kain dikenakan dengan cara diikat "kebat" (erat), ini memungkinkan pemakainya bergerak lebih leluasa tanpa khawatir kain terlepas atau terseret. Dalam konteks pakaian adat, teknik ini seringkali menjadi penanda status atau kesiapan untuk beraktivitas.
Secara visual, kebat menciptakan garis siluet yang lebih terstruktur pada bagian pinggang dan paha. Kain tidak hanya dibiarkan terlipat secara alami, tetapi diperkuat dengan lipatan yang diarahkan ke satu sisi—inilah mengapa sering disebut "samping" kebat. Lipatan ekstra yang dikumpulkan di samping tubuh menambah volume yang terkontrol, memberikan dimensi visual tanpa mengorbankan kepraktisan. Teknik ini membutuhkan pemilihan bahan yang tepat; bahan yang terlalu kaku sulit dibentuk, sementara bahan yang terlalu tipis mungkin sulit dipertahankan kekuatannya saat dikencangkan.
Meskipun berakar kuat dalam tradisi, konsep samping kebat kini mulai dieksplorasi kembali oleh desainer kontemporer. Dalam busana modern, interpretasi "kebat" tidak selalu berarti pengikatan fisik menggunakan simpul tradisional. Sebaliknya, ini bisa diwujudkan melalui desain pakaian yang memiliki detail draperi asimetris atau panel kain yang sengaja dibuat menonjol ke samping dengan jahitan internal yang kuat.
Misalnya, pada gaun malam atau rok, desainer dapat menciptakan efek volume dramatis di satu sisi pinggul yang menyerupai tumpukan kain hasil kebat, namun dicapai melalui konstruksi jahitan yang presisi. Tujuan utama dalam adaptasi modern ini adalah menangkap esensi visual dari lipatan yang terpusat di samping tubuh, yaitu menciptakan kontras dinamis antara area yang ramping dan area yang bertekstur lebih padat. Penerapan ini sering dilihat dalam gaya busana *avant-garde* yang menghargai arsitektur pada pakaian.
Penting untuk membedakan samping kebat dengan teknik lilitan kain lainnya. Lilitan biasa (misalnya, sarung yang hanya dililitkan tanpa pengencangan kuat) cenderung lebih santai dan fluid. Sebaliknya, kebat mengindikasikan adanya penekanan pada penahan atau penahan kain agar tidak bergerak. Di beberapa daerah, proses kebat ini melibatkan penggunaan ikat pinggang atau selendang tambahan yang melingkari pinggang setelah kain utama dililitkan. Ini berfungsi sebagai jangkar, memastikan bahwa lipatan samping yang terbentuk tetap presisi sepanjang hari.
Dalam konteks pakaian formal daerah tertentu, kebat juga seringkali menyimbolkan kesopanan. Karena kain menempel erat dan tidak menggantung bebas, postur pemakainya turut terpengaruh menjadi lebih tegak. Proses mengenakan pakaian dengan gaya samping kebat seringkali merupakan ritual tersendiri, memastikan setiap inci kain berada di tempat yang seharusnya. Kerumitan dalam penataan inilah yang memberikan nilai estetika dan historis pada gaya ini.
Bagi Anda yang ingin mengadopsi nuansa samping kebat tanpa mengenakan pakaian adat penuh, ada beberapa cara mudah. Pertama, perhatikan pemilihan aksesori ikat pinggang yang tebal atau korset mini yang dikenakan di atas tunik atau gaun sederhana. Ini menciptakan ilusi penekanan di pinggang. Kedua, gunakan kain atau selendang panjang dengan motif yang kaya, lalu selipkan ujungnya secara rapi di salah satu sisi pinggul, memastikan sebagian besar kain terlipat padat di satu titik.
Ketiga, dalam pemilihan rok, carilah model rok dengan detail asimetris yang menonjolkan volume di satu sisi, menyerupai efek penumpukan yang terjadi saat proses kebat. Menggabungkan elemen tekstur yang padat dengan potongan modern memungkinkan kita menghargai filosofi desain di balik gaya samping kebat—yaitu perpaduan antara fungsionalitas, kerapian, dan keindahan struktur kain yang dibentuk oleh tangan terampil. Gaya ini membuktikan bahwa detail kecil dalam cara berpakaian dapat membawa makna budaya yang mendalam.