Ketika kita berbicara tentang Badminton, olahraga yang cepat dan membutuhkan refleks tinggi ini, seringkali muncul pertanyaan mendasar: Siapakah orang yang pertama kali "menemukan" atau mempopulerkan permainan ini hingga menjadi olahraga terstruktur seperti sekarang? Jawabannya tidak merujuk pada satu individu tunggal, melainkan serangkaian evolusi dari permainan kuno hingga regulasi modern.
Akar permainan yang melibatkan memukul objek ringan dengan alat mirip raket dapat ditelusuri kembali ke berbagai peradaban kuno. Di India, permainan yang disebut Poona menjadi cikal bakal terdekat. Poona dimainkan oleh bangsawan India menggunakan raket bambu dan bola yang dihiasi bulu atau topi berbulu sebagai pengganti kok. Permainan ini sangat populer dan dimainkan secara tim maupun individu.
Konsep dasar Poona inilah yang kemudian dibawa kembali ke Eropa. Meskipun ada permainan serupa di Yunani kuno (disebut Episkyros) dan permainan bola Tiongkok kuno (disebut Jianzi yang menggunakan kaki), evolusi langsung menuju Badminton modern terhubung kuat dengan era kolonialisme Inggris di India. Para perwira militer Inggris di India abad ke-19 menyaksikan Poona dan terpesona dengan kecepatannya.
Setelah kembali dari India, para perwira ini membawa ide permainan Poona ke Inggris. Mereka mulai memainkannya di rumah-rumah bangsawan Inggris sebagai hiburan santai. Titik balik penting terjadi ketika permainan ini diperkenalkan dan dimainkan secara ekstensif di kediaman Duke of Beaufort di Gloucestershire. Kediaman ini bernama Badminton House.
Karena sering dimainkan dan dipopulerkan di Badminton House, permainan ini secara bertahap mendapatkan namanya. Meskipun belum ada satu orang yang secara resmi "mendaftarkan" penemuan ini, masyarakat mulai mengenal permainan raket bulu ini sebagai "Badminton." Ini adalah momen ketika permainan tersebut mulai bergerak dari sekadar hiburan santai menjadi olahraga yang lebih terstruktur.
Pada akhir abad ke-19, Badminton mulai menarik minat publik lebih luas, tidak hanya di kalangan bangsawan. Tantangan utama saat itu adalah kurangnya aturan yang seragam. Permainan yang dimainkan di satu tempat bisa berbeda aturannya dengan tempat lain.
Tokoh-tokoh yang kemudian mengambil peran penting adalah mereka yang berupaya menstandarisasi permainan. Pada tahun 1893, sekelompok klub di Inggris berkumpul dan membentuk Asosiasi Badminton Inggris (Badminton Association of England). Pertemuan ini bertujuan untuk menyepakati seperangkat aturan baku, termasuk ukuran lapangan, berat kok, dan sistem skor. Inilah yang dianggap sebagai momen kelahiran Badminton sebagai olahraga resmi yang terorganisir.
Jika kita mencari nama tunggal seperti James Naismith (basket) atau William G. Morgan (voli), kita tidak akan menemukannya dalam sejarah Badminton. Hal ini karena Badminton adalah hasil dari akulturasi budaya dan evolusi bertahap.
Oleh karena itu, daripada menunjuk satu penemu, lebih akurat untuk mengatakan bahwa Badminton adalah warisan budaya yang dipengaruhi oleh India, dikodifikasi oleh Inggris, dan kemudian menyebar secara global melalui pembentukan badan internasional seperti Federasi Badminton Internasional (IBF) pada tahun 1934, yang kini dikenal sebagai BWF (Badminton World Federation).
Meskipun nama Duke of Beaufort sering disebut karena perannya dalam memberikan nama dan mempopulerkan permainan di lingkungan sosial yang tepat, serta kontribusi penting Asosiasi Badminton Inggris dalam standarisasi, tidak ada satu individu tunggal yang dapat diklaim sebagai "Penemu Badminton." Badminton adalah hasil kolaborasi sejarah antara tradisi permainan India kuno dan adaptasi modern oleh para bangsawan Inggris yang kemudian distandardisasi untuk membentuk olahraga yang kita kagumi saat ini.