Iqomah (atau iqamah) adalah seruan kedua yang dikumandangkan setelah adzan, menandakan bahwa shalat berjamaah akan segera dimulai. Meskipun sering dilakukan dengan cepat, melaksanakannya dengan tata cara yang benar adalah sunnah yang dianjurkan. Memahami urutan dan bacaan yang tepat penting agar kekhusyukan jamaah terjaga dan tuntunan syariat terpenuhi.
Berbeda dengan adzan yang dikumandangkan untuk memberitahukan waktu shalat telah tiba, iqomah berfungsi sebagai pemberitahuan final bahwa shalat akan segera didirikan (iqamah ash-shalat). Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, disebutkan bahwa jarak antara adzan dan iqomah adalah waktu bagi makmum untuk bersiap-siap menuju shalat berjamaah. Oleh karena itu, kecepatan dalam membaca iqomah tidak boleh mengorbankan kebenaran urutan bacaannya.
Hikmah utama dari iqomah adalah menciptakan suasana siap tempur spiritual. Ketika iqomah dikumandangkan, makmum harus segera meninggalkan kesibukan duniawi dan memusatkan hati pada ibadah yang akan dilaksanakan. Hal ini menegaskan keseriusan dalam menunaikan kewajiban shalat fardhu secara berjamaah.
Meskipun teks iqomah sangat mirip dengan adzan, terdapat perbedaan mendasar pada kalimat terakhirnya. Berikut adalah urutan lafadz iqomah secara lengkap:
Perbedaan krusial terletak pada poin keenam. Dalam adzan, setelah 'Hayya 'alal falah', diakhiri dengan lafadz yang sama. Namun, dalam iqomah, terdapat tambahan kalimat: "Qad qamatis shalah" (Shalat telah didirikan), yang diulang sebanyak dua kali.
Dalam tata cara iqomah, kecepatan pengucapannya menjadi ciri khas. Tidak seperti adzan yang dikumandangkan secara perlahan dan bertajwid (tartil), iqomah dibaca dengan cepat (hathf) tanpa jeda panjang antar kalimat, meskipun harus tetap jelas. Seluruh bacaan diulang setengah dari jumlah pengulangan adzan, kecuali untuk dua kalimat kunci.
Perhatikan pengulangan lafadz awal dan akhir: Adzan dimulai dengan empat kali "Allahu Akbar," namun iqomah dimulai dengan empat kali juga. Sedangkan lafadz penutup, dalam adzan adalah dua kali "Laa ilaaha illallah", tetapi dalam iqomah ditutup dengan satu kali "Laa ilaaha illallah" setelah dua kali "Allahu Akbar" terakhir.
Tata cara pelaksanaan iqomah juga memiliki beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh mu'adzin:
Sunnah yang sering ditinggalkan namun dianjurkan adalah mengangkat suara saat iqomah, meskipun tidak sekeras adzan. Hal ini agar semua orang di sekitar masjid dapat mendengar seruan bahwa shalat akan segera dimulai.
Sempurnanya tata cara iqomah ini bermuara pada keutamaan shalat berjamaah itu sendiri. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat. Oleh karena itu, momen iqomah adalah panggilan serius untuk mengumpulkan saf dan menyatukan barisan umat Islam.
Ketika iqomah telah selesai dikumandangkan, jamaah seharusnya segera berdiri dan meluruskan shaf (barisan). Kesigapan makmum setelah mendengar iqomah menunjukkan kesiapan hati mereka. Ini juga merupakan waktu mustajab untuk berdoa, sebagaimana dianjurkan untuk berdoa di antara adzan dan iqomah, karena doa pada waktu tersebut sangat besar kemungkinannya untuk dikabulkan oleh Allah SWT.
Dengan memahami dan mengamalkan tata cara iqomah yang benar, kita tidak hanya mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan ketertiban dan kekhusyukan dalam ibadah shalat berjamaah di lingkungan masjid.