Mengumandangkan azan adalah sebuah kemuliaan sekaligus tanggung jawab besar bagi seorang muazin. Tugas ini bukan sekadar memanggil umat Islam untuk melaksanakan salat, melainkan juga menjadi penanda waktu ibadah yang sakral. Sebelum lafaz azan dikumandangkan, terdapat beberapa sunah yang dianjurkan untuk dibaca atau diamalkan oleh muazin. Tindakan ini bertujuan untuk menyempurnakan niat dan kekhusyukan dalam panggilan tersebut.
Sunah sebelum azan ini sering kali luput dari perhatian, padahal merupakan bagian penting dari adab seorang muazin. Praktik ini didasarkan pada tuntunan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, yang menunjukkan pentingnya mempersiapkan diri secara spiritual sebelum menyampaikan seruan ilahi. Membaca doa atau zikir tertentu sebelum azan berfungsi sebagai pembukaan hati dan lisan agar panggilan yang disampaikan membawa keberkahan.
Ilustrasi visualisasi panggilan suci sebelum azan.
Keutamaan Menjaga Sunah Sebelum Azan
Menjaga sunah sebelum azan menunjukkan keseriusan muazin dalam menjalankan tugasnya. Azan adalah syiar Islam yang lantang, dan mempersiapkannya dengan amalan sunah adalah wujud penghormatan terhadap syiar tersebut. Selain itu, dengan berzikir atau berdoa terlebih dahulu, muazin seolah sedang meminta pertolongan Allah agar suaranya dapat didengar dan hati jamaah dapat tergerak untuk segera memenuhi panggilan salat.
Bacaan Utama Sebelum Azan
Terdapat beberapa riwayat yang menyebutkan bacaan-bacaan yang dianjurkan. Salah satu yang paling umum dan kuat adalah bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah muazin selesai mengumandangkan azan, dilanjutkan dengan doa setelah azan. Namun, sebelum mengucap "Allahu Akbar" pertama, persiapan hati lebih ditekankan.
Berdasarkan ajaran Islam, muazin dianjurkan untuk membaca shalawat sebagai bentuk penghormatan tertinggi kepada Rasulullah SAW sebelum memulai seruannya. Rasulullah SAW bersabda bahwa ketika mendengar azan, umat Islam dianjurkan untuk berdoa, dan sebaliknya, muazin pun memiliki amalan penyempurna sebelum bertugas.
"Allahumma shalli 'ala Muhammadin wa 'ala ali Muhammad. Kama shallaita 'ala Ibrahima wa 'ala ali Ibrahima, innaka hamidun majid. Wa barik 'ala Muhammadin wa 'ala ali Muhammad. Kama barakta 'ala Ibrahima wa 'ala ali Ibrahima, innaka hamidun majid."
(Atau shalawat ringkas lainnya yang maknanya serupa)
Makna dan Hikmah di Balik Bacaan
Mengapa shalawat menjadi pilihan utama? Karena azan adalah pengingat akan keesaan Allah (Tauhid), dan Nabi Muhammad SAW adalah pembawa risalah tersebut. Dengan bershalawat, muazin menegaskan bahwa panggilan salat ini bersumber dari ajaran yang dibawa oleh Nabi. Ini adalah cara muazin untuk meneladani sunah Nabi dalam setiap tindakannya yang berkaitan dengan ibadah.
Selain shalawat, beberapa ulama juga menganjurkan membaca doa perlindungan dari setan (syaitan) sebelum memulai azan. Hal ini karena azan merupakan penanda waktu shalat yang dibenci oleh jin dan setan. Dengan memohon perlindungan, muazin memastikan bahwa panggilan ibadah yang ia sampaikan terhindar dari bisikan atau gangguan negatif.
Penting untuk diingat bahwa kesiapan lisan dan hati jauh lebih utama daripada hanya menghafal lafaz tertentu. Keikhlasan muazin dalam memanggil umat untuk menghadap Sang Pencipta adalah inti dari seluruh rangkaian tugas ini. Bacaan-bacaan sunah tersebut hanyalah pelengkap yang menyempurnakan niat tulus tersebut.
Doa Setelah Azan yang Menyertai Tugas Muazin
Walaupun fokusnya adalah sebelum azan, tidak lengkap rasanya membahas tugas muazin tanpa menyebutkan bacaan setelah azan. Setelah selesai mengumandangkan azan, muazin dianjurkan untuk segera membaca doa khusus yang diajarkan oleh Nabi SAW. Doa ini merupakan permohonan agar Allah menganugerahkan kedudukan yang terpuji kepada Nabi Muhammad SAW, serta memohon agar ibadah yang akan dilaksanakan diterima dengan baik oleh Allah SWT.
"Allahumma Rabb hadzihid da'watit tammah, was shalatil qaimah, atii Muhammadanil washilata wal fadhilah, wab'atshu maqaman mahmudanil ladzi wa'adtah."
Artinya: "Ya Allah, Tuhan Pemilik panggilan yang sempurna dan salat yang didirikan, berikanlah kepada Muhammad kedudukan (derajat) dan keutamaan, dan bangkitkanlah beliau pada kedudukan yang terpuji sebagaimana yang telah Engkau janjikan kepada-Nya."
Dengan memperhatikan tata cara dan doa sebelum azan, serta menyempurnakannya dengan doa setelah azan, peran muazin menjadi semakin berbobot. Ini adalah upaya untuk menjalankan syiar Islam dengan penuh adab dan keilmuan, semata-mata mengharap ridha Allah SWT.