Surat Ad Dhuha (Dhuha) merupakan salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang penuh dengan pesan penghiburan, harapan, dan penegasan kasih sayang Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Surat ini turun pada saat Nabi Muhammad SAW mengalami masa-masa sulit dan jeda wahyu, yang sempat membuat beliau merasa sedih.
Di antara ayat-ayat yang memberikan penyejuk hati tersebut, **Ayat ke-4** memiliki posisi sentral dalam konteks janji ilahi mengenai masa depan yang lebih baik. Ayat ini menegaskan bahwa penderitaan atau jeda yang dirasakan hanyalah sementara.
Teks dan Terjemahan Ayat 4 Surah Ad Dhuha
"Dan sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang pertama (dunia)."
Ayat ini merupakan inti dari janji kenabian yang diucapkan langsung oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Untuk memahami kedalaman maknanya, kita perlu membedah frasa kunci dalam ayat tersebut.
Memahami Arti "Akhirat Lebih Baik dari yang Pertama"
Frasa "Al-Ākhirah" (الْآخِرَةُ) merujuk pada kehidupan setelah kematian, yaitu Hari Pembalasan dan kenikmatan abadi di surga. Sementara "Al-Ūlā" (الْأُولَىٰ) merujuk pada kehidupan duniawi, termasuk semua kesulitan, cobaan, dan bahkan kenikmatan sesaat yang dirasakan Nabi Muhammad SAW.
1. Penghiburan dari Kesulitan Duniawi
Ketika ayat ini diturunkan, Nabi Muhammad SAW mungkin sedang merasa khawatir akan penghentian turunnya wahyu atau kegagalan dalam dakwahnya. Ayat 4 ini berfungsi sebagai penawar keputusasaan. Allah SWT seolah mengatakan, "Kesulitan yang kamu hadapi sekarang di dunia ini, wahai Muhammad, hanyalah sebentar. Kenikmatan dan kebaikan sejati menantimu di akhirat." Hal ini menempatkan perspektif kehidupan dunia sebagai sesuatu yang fana dan sementara.
2. Kepastian Janji Surga
Penegasan bahwa akhirat "lebih baik" tidak hanya berarti kesenangan fisik, tetapi juga kesempurnaan spiritual dan kedekatan dengan Tuhan. Dalam konteks kenabian, "yang pertama" juga mencakup masa-masa awal dakwah yang penuh tantangan. Allah menjanjikan bahwa ganjaran atas kesabaran dan keteguhan beliau akan jauh melampaui apa pun yang bisa dinikmati di dunia.
3. Prioritas Kehidupan Abadi
Bagi seorang Muslim, pemahaman akan arti surat Ad Dhuha ayat 4 mendorong kita untuk tidak terlalu terikat pada kesenangan duniawi yang rapuh. Jika Rasulullah SAW sendiri diyakinkan bahwa akhirat jauh lebih mulia, maka umatnya pun diajak untuk menjadikan akhirat sebagai prioritas utama dalam setiap amal dan keputusan hidup. Dunia adalah ladang tanam, sementara akhirat adalah tempat menuai hasilnya.
Konteks Penurunan dan Relevansinya
Surat Ad Dhuha diturunkan setelah jeda wahyu yang cukup lama. Jeda ini membuat orang-orang kafir Quraisy mulai bergosip, bahkan ada yang mengatakan bahwa Tuhan telah meninggalkan Muhammad. Kesedihan Nabi Muhammad SAW menjadi latar belakang utama turunnya surat ini (ayat 1-3 menegaskan bahwa Allah tidak meninggalkan dan tidak membenci beliau).
Kemudian, ayat 4 datang sebagai klimaks penegasan: bukan hanya tidak ditinggalkan, tetapi Allah juga menjamin masa depan yang luar biasa gemilang. Janji ini terbukti benar ketika Nabi Muhammad SAW memimpin umat Islam menuju kemenangan besar, dan puncaknya adalah balasan surga yang tak terhingga. Makna ayat ini mengajarkan kita bahwa kesulitan adalah ujian yang akan selalu diikuti oleh kemudahan dan ganjaran yang lebih besar, asalkan kita tetap teguh dalam keimanan.
Dengan memahami arti surat ad dhuha ayat 4, seorang mukmin diingatkan bahwa kesabaran dalam menghadapi gejolak kehidupan dunia adalah investasi terbaik untuk masa depan yang kekal dan tak tertandingi kemuliaannya.