Pertanyaan paling mendasar dalam eksplorasi antariksa dan imajinasi kolektif umat manusia adalah: "alien apa?" Konsep tentang kehidupan di luar Bumi telah memikat kita selama berabad-abad, dari mitos kuno hingga teori ilmiah modern. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan "alien," dan seberapa dekat kita dengan menemukan mereka?
Secara harfiah, alien adalah makhluk yang berasal dari luar Bumi (ekstraterestrial). Dalam konteks ilmiah, pencarian alien berpusat pada pencarian kehidupan di planet lain, baik dalam bentuk mikroorganisme sederhana maupun peradaban maju. Istilah ini mencakup spektrum yang sangat luas, mulai dari bakteri hipotetis di bawah permukaan Mars hingga entitas cerdas yang mampu melakukan perjalanan antar bintang.
Penting untuk membedakan antara kehidupan sederhana (seperti mikroba) dan kehidupan cerdas (yang dapat berkomunikasi atau membangun peradaban). Jika kita menemukan tanda-tanda kehidupan mikroba di Europa (bulan Jupiter), ini akan menjadi penemuan revolusioner, namun berbeda dengan deteksi sinyal radio dari galaksi lain yang mengindikasikan adanya peradaban teknologi. Kedua skenario ini menjawab pertanyaan "alien apa" yang kita cari, tetapi dengan implikasi yang berbeda bagi kemanusiaan.
Keyakinan bahwa alam semesta dipenuhi dengan kehidupan didukung oleh skala kosmik. Galaksi kita sendiri, Bima Sakti, diperkirakan mengandung ratusan miliar bintang, dan banyak di antaranya memiliki planet yang mengorbitnya—beberapa di antaranya berada di zona laik huni (habitable zone). Dengan miliaran galaksi di alam semesta yang teramati, jumlah potensi tempat tinggal kehidupan menjadi sangat besar. Logika statistik ini sering dikaitkan dengan Persamaan Drake, sebuah kerangka untuk memperkirakan jumlah peradaban yang dapat berkomunikasi di Bima Sakti.
Namun, di sisi lain terdapat Paradoks Fermi. Jika alam semesta begitu tua dan begitu luas, dan jika kehidupan cerdas itu umum, mengapa kita belum melihat bukti nyata keberadaan mereka? Mengapa langit begitu sunyi? Paradoks ini memicu berbagai hipotesis, mulai dari hipotesis "Filter Hebat" (Great Filter)—yang menyatakan bahwa ada hambatan evolusioner ekstrem yang mencegah kehidupan mencapai tingkat peradaban antar bintang—hingga kemungkinan bahwa alien memang sangat jauh atau memilih untuk tidak berinteraksi dengan kita.
Pencarian kehidupan ekstraterestrial secara aktif dilakukan melalui dua bidang utama: Astrobiologi dan SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence). Astrobiologi berfokus pada pemahaman asal usul, evolusi, distribusi, dan masa depan kehidupan di alam semesta. Para ilmuwan mempelajari lingkungan ekstrem di Bumi (ekstremofil) untuk memahami di mana kehidupan mungkin bertahan di planet lain. Misi penjelajahan seperti rover Mars terus mencari jejak biosignatur kimiawi yang ditinggalkan oleh kehidupan masa lalu atau sekarang.
Sementara itu, program SETI secara sistematis memindai langit menggunakan teleskop radio besar, mendengarkan sinyal buatan yang mungkin dipancarkan oleh peradaban maju. Meskipun belum ada sinyal definitif yang terdeteksi, setiap "anomali" selalu memicu minat besar dalam komunitas ilmiah, memaksa kita untuk terus bertanya, "alien apa yang mungkin mengirimkan pesan itu?"
Dalam budaya populer, gambaran alien apa yang paling umum adalah "Greys" (Abu-abu)—makhluk kecil dengan kepala besar, mata hitam almond yang besar, dan tubuh ramping. Citra ini dipopulerkan oleh laporan penculikan (abduction) di abad ke-20. Namun, para ilmuwan cenderung lebih terbuka terhadap berbagai bentuk kehidupan. Alien yang mungkin ada bisa jadi sangat berbeda dari imajinasi kita, mungkin berbasis silikon, hidup di lautan gas, atau memiliki bentuk yang sama sekali tidak dapat kita bayangkan dengan biologi berbasis karbon kita saat ini. Keanekaragaman evolusi di Bumi menunjukkan bahwa alam cenderung menemukan solusi yang sangat bervariasi untuk tantangan bertahan hidup.
Persamaan Drake, yang dikembangkan oleh astronom Frank Drake, adalah alat konseptual untuk memperkirakan N (jumlah peradaban yang mampu berkomunikasi di Bima Sakti). Meskipun banyak variabelnya saat ini hanya berupa perkiraan terbaik, persamaan ini menegaskan bahwa jika hanya sebagian kecil bintang yang memiliki planet, dan hanya sebagian kecil planet tersebut yang mengembangkan kehidupan, dan hanya sebagian kecil kehidupan yang berevolusi menjadi cerdas, jumlah peradaban yang ada masih bisa sangat signifikan.
Hingga saat ini, kita belum memiliki bukti konklusif mengenai keberadaan kehidupan di luar Bumi, baik itu mikroba sederhana maupun peradaban canggih. Pertanyaan "alien apa" tetap menjadi misteri yang mendorong penemuan teknologi baru dalam astronomi dan eksplorasi luar angkasa. Baik Bumi adalah rumah satu-satunya kehidupan cerdas atau kita hanyalah satu tetangga di lingkungan kosmik yang ramai, pencarian ini terus mendefinisikan ambisi ilmiah kita.