Panduan Lengkap Tata Cara Adzan yang Benar Sesuai Sunnah

Adzan adalah seruan agung yang menjadi penanda masuknya waktu salat wajib bagi umat Islam di seluruh dunia. Lebih dari sekadar pengumuman, adzan adalah syiar Islam yang membawa ketenangan dan panggilan Ilahi. Namun, adzan yang sah dan benar harus memenuhi tata cara tertentu sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Memahami adzan yang benar adalah kewajiban bagi seorang muadzin agar ibadah salat jamaah dapat dimulai dengan sempurna.

Pengertian dan Kedudukan Adzan

Secara bahasa, adzan (أَذَان) berarti pemberitahuan atau pemakluman. Dalam terminologi syariat Islam, adzan adalah lafal-lafal khusus yang diucapkan pada waktu tertentu untuk memberitahukan kaum Muslimin tentang dimulainya waktu salat fardhu. Kedudukan adzan sangat tinggi; ia adalah salah satu rukun syiar Islam yang paling kentara. Keutamaan muadzin sangat besar, bahkan disebutkan bahwa mereka akan menjadi orang yang paling panjang lehernya (paling tinggi derajatnya) pada hari kiamat karena merekalah yang menyeru manusia kepada kebaikan.

Ilustrasi Muadzin Mengumandangkan Adzan Siluet seorang pria berdiri di atas menara sambil memegang telinga dengan tangan untuk mengumandangkan adzan. Seruan Salat

Rukun dan Syarat Sah Adzan

Agar adzan dianggap sah dan memenuhi tuntunan syariat, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, baik dari segi pelaksana (muadzin) maupun waktu pelaksanaannya.

Syarat bagi Muadzin:

Syarat Sah Adzan:

  1. Dilakukan pada waktunya, yaitu setelah masuk waktu salat fardhu.
  2. Menggunakan lafadz adzan yang telah ditetapkan (tidak boleh diubah).
  3. Dilakukan secara tertib dan berurutan (tartib).
  4. Dilakukan dengan suara yang dapat didengar oleh jamaah (atau melalui alat bantu).
  5. Dilakukan dalam keadaan suci (wudhu), meskipun sebagian ulama berpendapat ini sunnah, namun menjadikannya lebih utama.

Lafadz Adzan yang Benar dan Urutannya

Lafadz adzan yang benar adalah yang sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. Urutan pengucapan kalimat harus diperhatikan agar adzan tidak batal atau mengurangi kesempurnaan pelaksanaannya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar (4 kali)

Asyhadu an laa ilaaha illallaah (2 kali)

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2 kali)

Hayya 'alash shalaah (2 kali)

Hayya 'alal falaah (2 kali)

Allahu Akbar, Allahu Akbar (2 kali)

Laa ilaaha illallaah (1 kali)

Tata Cara Khusus (Sunnah dalam Adzan)

Selain lafadz pokok, ada beberapa amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan oleh muadzin saat mengumandangkan adzan yang benar:

  1. Menghadap Kiblat: Sunnah bagi muadzin untuk menghadap kiblat ketika mengumandangkan adzan, meskipun hal ini berbeda dengan iqamah.
  2. Tathawib (Menyela Jeda): Terdapat jeda singkat antara kalimat-kalimat adzan. Jeda ini penting untuk memberikan waktu bagi orang yang ingin segera berwudhu atau bersiap-siap.
  3. Tahwil (Menoleh): Ketika mengucapkan "Hayya 'alash shalaah" dan "Hayya 'alal falaah", muadzin disunnahkan menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri (sambil tetap menghadap kiblat), sambil meletakkan jari telunjuk di telinga. Ini bertujuan agar suara adzan menyebar ke segala penjuru.
  4. Tarsyi' (Mengangkat Suara): Adzan harus dikeraskan (kecuali adzan subuh setelah masuk waktu, di mana ada kekhususan tersendiri).

Perbedaan Adzan Subuh (Tambahan Shalawat)

Adzan Subuh memiliki tambahan lafadz khusus yang membedakannya dari adzan Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Setelah pengulangan "Hayya 'alal falaah", muadzin menambahkan:

Ash-shalatu khairum minan nauum (2 kali)

Artinya: "Salat itu lebih baik daripada tidur."

Dalam tradisi sebagian besar umat Islam di Indonesia, muadzin sering kali melafalkan tambahan ini tepat setelah adzan selesai, namun sunnah utamanya adalah memasukkannya ke dalam rangkaian adzan Subuh itu sendiri sebelum penutup.

Iqamah: Pembeda dengan Adzan

Seringkali adzan dan iqamah tertukar. Iqamah adalah seruan kedua yang menandakan salat akan segera dimulai. Lafadz iqamah hampir sama dengan adzan, namun memiliki beberapa perbedaan krusial:

Dengan memahami secara mendalam setiap aspek dari tata cara adzan yang benar, diharapkan syiar Islam ini dapat dilaksanakan dengan sempurna, menjadi penanda waktu salat yang sah, serta mendatangkan keberkahan bagi seluruh kaum Muslimin.

🏠 Homepage