Sholat Jumat adalah ibadah wajib bagi kaum Muslimin laki-laki di setiap hari Jumat. Pelaksanaan ibadah ini diawali dengan dikumandangkannya seruan suci, yaitu Adzan Sholat Jumat. Adzan ini memiliki fungsi monumental, tidak hanya sebagai penanda waktu salat telah tiba, tetapi juga sebagai pemberitahuan kolektif bahwa ada kewajiban besar yang akan segera dilaksanakan oleh jamaah. Berbeda dengan adzan salat lima waktu yang dilakukan lima kali sehari, adzan Jumat memiliki tata cara dan jumlah pengulangan yang sedikit berbeda.
Kedudukan dan Waktu Adzan Jumat
Secara historis, adzan Jumat diperkenalkan pada masa Khalifah Utsman bin Affan karena jumlah penduduk Madinah yang semakin ramai dan menyebar. Untuk memastikan semua orang mengetahui waktu salat, beliau menetapkan adanya adzan tambahan. Adzan Jumat secara umum dibagi menjadi dua: adzan pertama dan adzan kedua (yang biasanya dilakukan tepat sebelum khatib naik mimbar).
Adzan pertama, yang seringkali dilakukan saat waktu Dzuhur telah masuk, berfungsi sebagai panggilan awal untuk persiapan dan kedatangan ke masjid. Sementara itu, adzan kedua yang dilakukan tepat sebelum imam memulai khutbah, adalah adzan yang secara definitif menandakan bahwa salat akan segera dimulai. Pelaksanaan dua kali adzan ini menunjukkan tingginya perhatian syariat terhadap pentingnya ketepatan waktu dalam ibadah berjamaah ini.
Perbedaan Adzan Jumat dengan Adzan Biasa
Perbedaan mendasar antara adzan Jumat dan adzan salat fardhu lainnya terletak pada penambahan satu kali seruan. Untuk adzan Jumat, dilakukan dua kali: satu kali sebagai pengumuman awal, dan satu kali lagi sebagai penanda salat akan dimulai. Selama periode khutbah, tidak ada adzan lain yang dianjurkan.
Lafaz bacaan adzan itu sendiri tetap sama, yakni syahadat dan takbir yang telah dikenal luas. Namun, ketika muadzin mengumandangkan adzan kedua, fokus perhatian jamaah harus segera diarahkan kepada khatib. Hal ini sesuai dengan tuntunan bahwa ketika muadzin menyerukan "Hayya 'alash-sholah" (Marilah menuju salat), maka jamaah wajib segera meninggalkan kesibukan duniawinya dan fokus mendengarkan khutbah.
Etika Mendengarkan Adzan Sholat Jumat
Sama seperti adzan fardhu lainnya, mendengarkan adzan Jumat dengan khusyuk adalah sunnah yang sangat dianjurkan. Ketika adzan dikumandangkan, seorang Muslim diperintahkan untuk menghentikan segala aktivitas yang sedang dilakukan, baik itu jual beli, berbicara, maupun pekerjaan lainnya. Hal ini menunjukkan penghormatan mutlak terhadap panggilan Allah SWT.
Setelah muadzin selesai mengumandangkan kalimat terakhir, dianjurkan untuk membaca doa setelah adzan, memohon syafaat untuk Nabi Muhammad SAW, dan berdoa agar Allah SWT memberikan kebaikan dunia dan akhirat. Khusus untuk hari Jumat, terdapat waktu-waktu mustajab (mustajab) untuk berdoa, yang salah satunya adalah di antara dua adzan atau setelah salat selesai.
Peran Khatib dalam Adzan Kedua
Dalam konteks modern, seringkali adzan kedua (sebelum khutbah) dikumandangkan oleh muadzin yang berbeda dengan yang mengumandangkan adzan pertama. Begitu adzan kedua selesai, khatib (orang yang berkhutbah) akan segera berdiri untuk menyampaikan khutbah Jumat. Momen transisi ini sangat krusial; jamaah harus tenang dan siaga penuh karena inti dari ibadah Jumat adalah mendengarkan nasihat keagamaan yang disampaikan khatib.
Kepatuhan terhadap tata cara Adzan Sholat Jumat ini tidak hanya memastikan ketertiban administratif pelaksanaan salat, tetapi juga memperkuat dimensi spiritual dan sosial umat Islam. Ini adalah seruan tunggal yang menyatukan ratusan, bahkan ribuan, individu dalam satu tujuan mulia di setiap pekan. Adzan Jumat adalah penanda bahwa kita telah diizinkan untuk meninggalkan urusan dunia sejenak dan mendekat kepada Sang Pencipta.