Menjaga Kesucian Ilmu: Adab Belajar dan Mengajar Al-Qur'an
Ilmu yang disucikan memerlukan adab yang tinggi.
Al-Qur'an, Kalamullah, adalah sumber cahaya dan petunjuk bagi umat Islam. Mempelajari dan mengajarkannya bukanlah sekadar transfer ilmu biasa, melainkan sebuah ibadah agung yang menuntut kesungguhan dan penghormatan tertinggi. Oleh karena itu, adab—etika dan tata krama—memegang peranan krusial dalam proses ini, baik bagi peserta didik maupun pendidik. Tanpa adab, meskipun hafalan bertambah atau pemahaman mendalam, keberkahan ilmu tersebut bisa hilang.
Adab Bagi Penuntut Ilmu Al-Qur'an
Seseorang yang datang untuk menuntut ilmu Al-Qur'an harus memulainya dengan niat yang lurus (ikhlas) dan membersihkan hati dari segala penyakit, seperti kesombongan atau keinginan untuk pamer.
Menjaga Kebersihan Diri dan Tempat: Sebelum memulai, pastikan diri dalam keadaan suci (wudhu) dan duduk di tempat yang bersih, menunjukkan penghormatan terhadap mushaf.
Memuliakan Mushaf: Tidak menyentuh mushaf dengan tangan kotor, tidak meletakkannya di lantai atau tempat yang rendah, dan membukanya dengan perlahan.
Fokus dan Tadarrus: Menghadirkan hati sepenuhnya saat membaca. Hindari pikiran yang mengganggu dan berusahalah memahami setiap ayat yang dilantunkan.
Kesabaran dan Kerendahan Hati: Menerima koreksi dari guru dengan lapang dada. Belajar membutuhkan waktu, kesabaran adalah kunci agar ilmu meresap.
Berdoa: Memohon kemudahan dan pemahaman kepada Allah SWT, sebab Al-Qur'an adalah mukjizat yang hanya dapat dibuka kuncinya dengan pertolongan-Nya.
Adab Bagi Pengajar Al-Qur'an (Guru)
Guru Al-Qur'an memegang amanah besar. Mereka bukan hanya mengajarkan tajwid dan makhraj, tetapi juga mencontohkan akhlak yang sesuai dengan ajaran Al-Qur'an itu sendiri.
Kesesuaian Perbuatan dan Ucapan: Adab tertinggi guru adalah menjadi teladan. Jika seorang guru mengajarkan tentang shalat, maka ia harus menjadi orang yang paling rajin melaksanakannya.
Kesabaran dalam Mengajar: Mengakui bahwa setiap murid memiliki kecepatan belajar yang berbeda. Guru harus sabar, tidak mudah marah, dan selalu memberi semangat.
Keikhlasan dalam Mengajar: Mengajar semata-mata karena Allah, bukan karena materi atau pujian manusia. Keikhlasan guru akan memengaruhi penerimaan murid.
Memberi Rasa Aman: Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan bebas dari rasa takut yang berlebihan, sehingga murid berani bertanya dan mengulang jika perlu.
Doa untuk Murid: Terus menerus mendoakan kemudahan bagi para murid dalam menghafal dan mengamalkan Al-Qur'an.
Pentingnya Adab dalam Pengamalan
Belajar dan mengajar Al-Qur'an tidak berhenti pada tahap penguasaan bacaan atau hafalan. Puncak dari adab ini adalah pengamalan. Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. Seorang penuntut ilmu harus berusaha agar setiap hukum, larangan, dan anjuran yang ia pelajari dari Al-Qur'an terefleksi dalam perilakunya sehari-hari.
Adab ini menciptakan sebuah lingkaran keberkahan. Ketika murid beradab, guru merasa termotivasi. Ketika guru beradab, ilmu yang disampaikan menjadi lebih mudah diterima dan diberkahi oleh Allah SWT. Dengan demikian, Al-Qur'an tidak hanya dibaca lidahnya, tetapi juga dihidupi oleh jiwanya.