Ilustrasi spiritualitas pagi dan perlindungan.
Dalam ajaran Islam, Al-Qur'an adalah sumber petunjuk utama bagi umat manusia. Di antara sekian banyak surat yang memiliki kedalaman makna dan keutamaan khusus, Surat Ad Dhuha dan Surat An Nas menempati posisi penting, terutama ketika dibaca dalam konteks ibadah sunnah seperti shalat Dhuha.
Meskipun kedua surat ini berbeda secara tematik—Ad Dhuha berbicara tentang rahmat dan pemeliharaan Allah, sementara An Nas fokus pada permohonan perlindungan dari bisikan jahat—keduanya sangat dianjurkan untuk dibaca. Memahami makna dari Ad Duha An Nas dalam rutinitas ibadah harian dapat memperkuat hubungan spiritual seorang Muslim.
Keagungan Surat Ad Dhuha
Surat Ad Dhuha (Dhuha berarti 'waktu pagi') adalah surat ke-93 dalam Al-Qur'an. Surat ini turun sebagai penghibur bagi Nabi Muhammad SAW pada masa-masa sulit, ketika wahyu sempat terhenti. Ayat-ayatnya menegaskan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan atau membenci beliau.
Keutamaan membaca Ad Dhuha sangat besar, khususnya bagi mereka yang melaksanakan shalat Dhuha. Shalat yang dilakukan setelah matahari terbit hingga menjelang Dzuhur ini, adalah waktu terbaik untuk membaca surat ini. Surat ini membawa pesan ketenangan batin. Ketika seseorang merasa ditinggalkan atau diuji, pengulangan ayat seperti "Tuhanmu tiada meninggalkanmu dan tiada (pula) murka kepadamu" memberikan suntikan semangat dan keyakinan bahwa pertolongan Allah selalu ada di depan mata.
Perlindungan Total dari Surat An Nas
Berbeda dengan Ad Dhuha yang bersifat afirmasi karunia, Surat An Nas (Manusia) adalah surat perlindungan tertinggi. Sebagai surat terakhir dalam Mushaf (surat ke-114), An Nas adalah permohonan perlindungan dari kejahatan yang tersembunyi, terutama godaan setan (waswas).
Surat ini mengajarkan kita untuk berlindung kepada Rabb (Pemelihara), Malik (Raja), dan Ilah (Tuhan) satu-satunya, dari kejahatan yang datang dari bisikan setan yang bersembunyi, baik dari golongan jin maupun manusia. Membaca An Nas secara rutin, khususnya setelah shalat fardhu atau sebelum tidur, merupakan benteng spiritual yang sangat kuat.
Sinergi Ad Duha An Nas dalam Praktik Keagamaan
Ketika kedua surat ini digabungkan dalam amalan, misalnya dalam shalat Dhuha (umumnya membaca Ad Dhuha dan Al-Ikhlas, namun memasukkan An Nas juga sangat dianjurkan), terciptalah sebuah siklus spiritual yang utuh: pertama, kita mengakui rahmat dan kasih sayang Allah (Ad Dhuha); kedua, kita memohon agar rahmat tersebut terlindungi dari gangguan luar (An Nas).
Bagi seorang Muslim yang menjalani rutinitas padat, pagi hari adalah titik rawan konflik batin. Godaan untuk menunda pekerjaan, rasa malas, hingga kecemasan akan hari yang akan dijalani bisa datang menyerang. Dengan membaca Ad Dhuha, kita menyambut hari dengan kesadaran bahwa kita telah dijamin rezeki dan kasih sayang-Nya. Kemudian, dengan membaca An Nas, kita menutup diri dari segala gangguan negatif yang mungkin mencoba merusak fokus dan keimanan kita sepanjang hari.
Hal ini diperkuat oleh anjuran para ulama mengenai pentingnya doa perlindungan di pagi hari. Surat An Nas, bersama Al-Falaq dan Al-Ikhlas (disebut juga Al-Mu'awwidzatain), berfungsi sebagai perisai. Menjadikan Ad Duha An Nas sebagai pembuka dan penutup bacaan sunnah memberikan fondasi keteguhan hati.
Kesimpulannya, keberkahan yang ditawarkan oleh Surat Ad Dhuha mengenai kepastian nikmat Allah harus selalu diimbangi dengan kesiapsiagaan untuk menjaga diri dari kejahatan melalui doa perlindungan yang terkandung dalam Surat An Nas. Kedua surat ini, meski pendek, membawa cakupan makna yang luas mengenai pemeliharaan dan pengamanan ilahi bagi hamba-Nya.