Surah Al-Fatihah, yang berarti "Pembukaan", adalah surah pertama dalam susunan mushaf Al-Qur'an. Meskipun merupakan surah pembuka, kedudukannya sangatlah sentral dan fundamental dalam ajaran Islam, terutama karena menjadi rukun wajib dalam setiap rakaat shalat. Banyak ulama menyebutnya sebagai Ummul Kitab (Induk Al-Qitab) atau Ummul Qur'an karena kandungannya yang mencakup sari pati dari seluruh ajaran Al-Qur'an.
Dalam konteks mushaf, urutan penulisan surah ditentukan berdasarkan riwayat yang shahih dari Rasulullah Muhammad SAW, di bawah petunjuk langsung dari Malaikat Jibril. Surah Al-Fatihah secara mutlak menempati posisi **nomor 1** dalam kompilasi 114 surah Al-Qur'an. Urutan ini bersifat *tauqifi*, artinya ditetapkan langsung oleh Allah melalui Rasul-Nya, bukan berdasarkan panjang pendeknya surah atau waktu turunnya ayat.
Surah Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat. Keunikannya bukan hanya terletak pada urutannya yang paling awal, tetapi juga pada fungsinya yang integral dalam ibadah. Ia adalah jembatan komunikasi antara hamba dan Tuhannya ketika melaksanakan shalat. Berikut adalah penegasan posisinya dalam urutan resmi Al-Qur'an:
Mengapa Al-Fatihah harus berada di urutan pertama? Jawaban teologisnya sangat mendalam. Al-Fatihah berfungsi sebagai mukadimah (pendahuluan) yang mempersiapkan jiwa seorang Muslim. Sebelum memasuki pembahasan rinci tentang hukum, kisah-kisah umat terdahulu, atau peringatan hari kiamat yang terdapat dalam surah-surah setelahnya (seperti Al-Baqarah yang panjang lebar membahas hukum dan syariat), seorang hamba harus terlebih dahulu mengakui pokok-pokok keimanan: tauhid (pengesaan Allah), pujian atas sifat-sifat-Nya yang sempurna, penyerahan diri, dan permohonan petunjuk jalan yang lurus.
Jika kita melihat struktur Al-Qur'an secara keseluruhan, ia dimulai dengan pengakuan keesaan Allah dalam Al-Fatihah. Kemudian, Al-Baqarah (surah kedua) menjelaskan bagaimana umat Islam yang telah mendapatkan petunjuk itu harus berinteraksi dengan dunia melalui syariat yang diwahyukan. Al-Fatihah adalah ringkasan doa, sementara surah-surah setelahnya adalah tuntunan praktis bagaimana mengamalkan doa tersebut dalam kehidupan nyata.
Meskipun secara tertulis ia berada di urutan pertama, esensi Al-Fatihah juga terinternalisasi dalam penutup suatu pembahasan Al-Qur'an. Misalnya, pembahasan tentang neraka dan surga, hukum riba, hingga masalah-masalah sosial yang panjang dalam surah-surah Madaniyah akan selalu kembali pada pentingnya memohon petunjuk jalan yang lurus, sebagaimana ditegaskan dalam ayat keenam Al-Fatihah.
Setiap kali seorang Muslim memulai membaca Al-Qur'an, bahkan dalam shalat, ia diperintahkan untuk memulai dengan Al-Fatihah. Ini menegaskan bahwa segala bentuk ibadah, ilmu, dan permohonan kebenaran harus dimulai dari pengakuan terhadap keagungan Allah SWT, Sang Pemilik segala pujian. Oleh karena itu, urutan surah Al-Fatihah dalam Al-Qur'an bukan sekadar penomoran administratif, melainkan cerminan hierarki spiritual dan metodologi pendidikan ilahi yang terstruktur secara sempurna sejak lembar pertama kitab suci. Pemahaman mendalam mengenai urutan ini membantu kita menghargai betapa pentingnya fondasi keimanan yang diletakkan oleh surah yang singkat namun padat makna ini.
Kesimpulannya, surah Al-Fatihah secara definitif berada pada urutan **nomor satu** dari 114 surah yang menyusun mushaf Al-Qur'an. Posisi ini mencerminkan statusnya sebagai kunci pembuka makna dan kunci sahnya shalat seorang mukmin.