Menggali Kisah di Balik Turunnya Surat Al-Lahab

🔥

Ilustrasi simbolis mengenai api dan peringatan keras.

Turunnya surat Al-Lahab (juga dikenal sebagai surat Al-Masad) merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah turunnya Al-Qur'an. Surat ini, yang terdiri dari lima ayat pendek, memiliki konteks historis yang sangat spesifik, yaitu berkaitan langsung dengan penolakan keras terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW oleh salah satu paman beliau sendiri. Pemahaman mengenai latar belakang turunnya surat ini sangat esensial untuk memahami ketegasan peringatan yang terkandung di dalamnya.

Konteks Sosial di Makkah

Pada periode awal kenabian di Makkah, dakwah Islam sering kali disambut dengan penolakan, ejekan, dan intimidasi. Salah satu penentang paling vokal dan gigih adalah Abu Lahab, paman Nabi Muhammad, yang bernama asli Abd al-Uzza bin Abd al-Muthalib. Meskipun memiliki ikatan kekerabatan, Abu Lahab memilih untuk menjadi garda terdepan dalam memusuhi Islam.

Nabi Muhammad SAW, setelah diperintahkan oleh Allah untuk berdakwah secara terang-terangan setelah tiga tahun dakwah rahasia, berdiri di atas bukit Safa dan menyeru kaum Quraisy. Di antara yang hadir adalah kerabat dekatnya, termasuk Abu Lahab. Ketika Nabi menyerukan kebenaran tauhid, Abu Lahab secara terang-terangan menolaknya dengan ucapan yang sangat kasar dan merendahkan.

Pemicu Turunnya Surat Al-Lahab

Peristiwa spesifik yang menjadi latar belakang turunnya surat Al-Lahab adalah ketika Nabi Muhammad SAW selesai menyampaikan seruan tauhid di Bukit Safa. Ketika Nabi berkata, "Wahai Bani Abdi Manaf, selamatkanlah dirimu dari api neraka," Abu Lahab segera berdiri dan membantah dengan lantang, "Celakalah engkau! Hanya untuk inikah engkau mengumpulkan kami?"

Reaksi keras dan penolakan terbuka dari Abu Lahab inilah yang langsung memicu turunnya wahyu yang mengutuknya secara pribadi. Wahyu tersebut menjadi penegasan ilahi bahwa permusuhan terhadap risalah Allah, seketat apapun ikatan darah, tidak akan mendapatkan keringanan.

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
(1. Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan dia pun celaka!)

Isi dan Makna Peringatan

Surat Al-Lahab (Surah ke-111) adalah surat yang sangat unik karena secara eksplisit menyebut nama salah satu musuh Islam, Abu Lahab, dan mengancamnya dengan kehancuran. Kata "Lahab" sendiri berarti nyala api atau bara api, yang menjadi julukan untuk Abu Lahab dan metafora untuk nasibnya di akhirat.

Ayat kedua hingga kelima melanjutkan ancaman tersebut. Allah menyatakan bahwa harta benda yang dikumpulkan Abu Lahab dan apa yang telah ia usahakan (dalam menentang Islam) tidak akan menyelamatkannya. Selanjutnya, Allah menegaskan bahwa Abu Lahab akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka Hawiyah), dan istrinya, Ummu Jamil, yang juga dikenal suka menyebarkan fitnah dan duri di jalan Nabi, akan ikut menanggung azab berupa belenggu dari tali kasar.

Pesan inti dari turunnya surat ini adalah penegasan bahwa permusuhan terhadap kebenaran akan berakhir dengan kerugian total, baik di dunia (melalui kehinaan dan kegagalan usahanya) maupun di akhirat (melalui azab yang pedih). Hal ini menunjukkan bahwa garis pemisah dalam Islam bukanlah suku atau keluarga, melainkan keimanan dan penolakan terhadap wahyu Allah.

Ketegasan Dalam Dakwah

Turunnya surat Al-Lahab memberikan pelajaran berharga mengenai ketegasan dalam berdakwah. Meskipun Nabi Muhammad SAW memiliki hubungan kekerabatan dengan Abu Lahab, beliau tetap menyampaikan kebenaran tanpa kompromi. Turunnya ayat ini juga memberikan penghiburan bagi Nabi bahwa Allah SWT akan membela risalah-Nya dari cemoohan siapa pun, bahkan dari kerabat terdekat sekalipun.

Kejelasan ancaman ini menunjukkan betapa seriusnya konsekuensi menolak seruan tauhid. Kisah ini menjadi pengingat abadi bahwa hubungan duniawi tidak memiliki nilai apa-apa di hadapan keadilan dan murka ilahi ketika seseorang memilih jalan kekufuran dan permusuhan aktif terhadap kebenaran. Surat Al-Lahab, walau singkat, memuat peringatan yang sangat keras dan definitif bagi para penentang risalah.

Sebagai kesimpulan, turunnya surat Al-Lahab adalah respons ilahi langsung terhadap penolakan frontal Abu Lahab di Bukit Safa. Surat ini menjadi bagian dari mukjizat Al-Qur'an karena meramalkan nasib buruk musuh Islam yang teridentifikasi secara spesifik, yang kemudian terbukti benar seiring berjalannya waktu. Pesannya tetap relevan: tidak ada kekayaan atau kedudukan yang dapat menyelamatkan dari akibat menolak jalan kebenaran.

🏠 Homepage