Ayat kedua dari Surah Al-Ikhlas, "Allahush-Shomad," adalah salah satu pernyataan tauhid yang paling fundamental dalam Islam. Kata kunci dalam ayat ini adalah "Aṣ-Ṣamad" (الصَّمَدُ).
Dalam bahasa Arab, akar kata "Shomad" memiliki makna yang sangat kaya dan mendalam. Para mufassir (ahli tafsir) telah menjelaskan makna ini dalam berbagai dimensi, namun semuanya mengarah pada keesaan dan kesempurnaan mutlak Allah SWT. Berikut adalah beberapa interpretasi utama dari Asmaul Husna "Ash-Shomad":
Ketika kita merenungkan terjemahan surah Al-Ikhlas ayat kedua ini, kita diingatkan bahwa segala bentuk ketergantungan kita harus diarahkan hanya kepada Allah. Ketergantungan kepada manusia, harta, kekuasaan, atau bahkan ideologi adalah ilusi yang pasti akan mengecewakan. Hanya Allah yang sifatnya Shomad—tempat bergantung yang absolut, tidak pernah goyah, dan selalu mampu memenuhi kebutuhan tanpa pernah berkurang.
Surah Al-Ikhlas secara keseluruhan bertujuan untuk mendefinisikan hakikat Allah SWT, membersihkan konsep ketuhanan dari kesyirikan (politeisme). Ayat pertama menyatakan Allah itu Esa (Ahad). Ayat kedua melanjutkan dengan menegaskan bahwa Esa-Nya Allah berarti Dia adalah Zat yang mandiri sempurna. Ini adalah kontras langsung dengan makhluk ciptaan-Nya yang selalu bergantung satu sama lain dan membutuhkan sesuatu untuk eksis.
Ayat ini menegaskan bahwa sifat ketergantungan makhluk adalah bukti kemandirian Sang Pencipta. Jika sesuatu bergantung pada yang lain, ia bukanlah Tuhan. Karena Allah adalah Ash-Shomad, maka Dia adalah satu-satunya layak disembah. Pemahaman yang kokoh terhadap ayat ini akan membebaskan hati seorang Muslim dari rasa takut dan ketergantungan kepada selain-Nya, menumbuhkan ketenangan jiwa yang hanya dapat dicapai melalui tauhid sejati. Seluruh kehidupan seorang mukmin, dalam suka maupun duka, hanya bertumpu pada Zat yang Maha Mandiri ini.
Dengan demikian, ayat "Allahush-Shomad" bukan sekadar deskripsi; ini adalah fondasi keyakinan yang membebaskan dan memberikan kedamaian abadi.