Ilustrasi Kisah Tentara Gajah
Surat Al-Fil (الفيل), yang berarti 'Gajah', adalah salah satu surat pendek namun sarat makna dalam Al-Qur'an. Surat ini menceritakan peristiwa luar biasa yang terjadi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu upaya penghancuran Ka'bah oleh pasukan besar Raja Abrahah dari Yaman, dan bagaimana Allah SWT menggagalkan rencana keji tersebut dengan mengirimkan pasukan burung Ababil.
Untuk memahami narasi agung ini secara utuh, kita perlu memperhatikan setiap ayatnya satu per satu. Dalam konteks permintaan ini, fokus utama kita adalah pada **tuliskan surat Al Fil ayat kedua**. Ayat ini berfungsi sebagai pengantar, mengingatkan pembaca tentang kekuatan besar yang coba dihadapkan kepada rumah Allah (Baitullah).
Ayat kedua dari Surat Al-Fil ini adalah pertanyaan retoris yang sangat kuat. Frasa "Alam yaj'al..." (Bukankah Dia telah menjadikan...) langsung menarik perhatian pendengar pada kesimpulan awal bahwa rencana besar yang telah disusun oleh Raja Abrahah, sang penguasa Yaman yang ingin memindahkan pusat peribadatan ke gereja besar yang ia bangun, telah digagalkan total oleh Allah SWT.
Kata kunci dalam ayat ini adalah "kaidahum" (tipu daya mereka) dan "fi taḍlīl" (dalam kesia-siaan/ketersesatan).
Ayat ini menetapkan nada bagi seluruh surat: betapapun besar kekuatan materiil yang dimiliki manusia—dalam hal ini pasukan gajah—tetap tidak akan mampu menandingi kehendak dan kekuasaan mutlak Allah Yang Maha Kuasa. Pertanyaan retoris ini mengajak setiap muslim untuk merenungkan bahwa setiap makar yang ditujukan untuk merusak kesucian ajaran Allah pasti akan menemui kegagalan yang memalukan.
Ayat kedua ini berfungsi sebagai jembatan antara pertanyaan pembuka (Ayat 1: "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Tuhanmu telah membinasakan pasukan bergajah?") dan detail kehancuran yang terjadi. Ayat pertama memanggil ingatan, sementara ayat kedua menegaskan hasil akhir dari upaya tersebut: kegagalan total.
Setelah ditegaskan bahwa tipu daya mereka sia-sia, ayat-ayat selanjutnya (Ayat 3, 4, dan 5) menjelaskan mekanisme kehancuran itu—yaitu pengiriman burung-burung Ababil yang melemparkan batu-batu panas (sijjil). Dengan demikian, Al Fil mengajarkan pelajaran penting tentang keadilan ilahi dan perlindungan Allah terhadap tempat ibadah-Nya.
Bagi umat Islam, memahami dan merenungkan **tuliskan surat Al Fil ayat kedua** adalah pengingat bahwa pertahanan terbaik melawan kezaliman bukanlah kekuatan fisik semata, melainkan keyakinan teguh bahwa Allah SWT selalu melindungi jalan kebenaran. Kisah ini menjadi mukjizat nyata yang mengukuhkan kenabian Muhammad SAW, terjadi beberapa tahun sebelum beliau diangkat menjadi Rasul. Ini menunjukkan bahwa Allah sudah mempersiapkan jalan dan melindungi kehormatan Baitullah jauh sebelum seruan Islam mulai bergema.
Kesimpulannya, ayat kedua ini adalah deklarasi tegas bahwa upaya penodaan atau penghancuran Ka'bah, simbol keesaan Allah, pasti akan berakhir dengan kekalahan yang menyedihkan bagi pelakunya, sebagaimana yang dialami oleh pasukan Abrahah yang sombong.