Surat Al-Qadr (Kadar), yang merupakan surat ke-97 dalam urutan mushaf, memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam Islam. Seluruh surat ini hanya terdiri dari lima ayat pendek, namun maknanya sangat mendalam, terutama karena ia menjelaskan tentang malam yang paling mulia dalam setahun, yaitu Lailatul Qadar.
Untuk memahami esensi kemuliaan tersebut, kita perlu merujuk langsung pada teks sucinya. Berikut adalah **ayat ke-3 dari Surat Al-Qadr**:
Ayat ini adalah inti dari keistimewaan malam tersebut. Kata "Malaikat" yang turun jumlahnya sangat banyak, dan yang paling utama adalah "Ruh," yang diinterpretasikan oleh mayoritas ulama sebagai Malaikat Jibril AS.
Ayat ketiga ini memberikan dimensi teologis yang kuat mengenai peristiwa Lailatul Qadar. Ini bukan sekadar malam biasa; ini adalah malam di mana terjadi lonjakan aktivitas ilahi di bumi.
Penerangan mengenai turunnya malaikat secara berbondong-bondong menandakan betapa pentingnya malam ini. Dalam tafsir, disebutkan bahwa malaikat turun sebanyak jumlah kerikil di bumi pada malam tersebut. Mereka datang dengan tugas spesifik, yaitu menyaksikan ibadah umat Islam dan mencatat setiap amal saleh.
Kehadiran Jibril AS secara khusus disebutkan. Jibril adalah pembawa wahyu. Kedatangannya bersama para malaikat lain menegaskan bahwa malam ini adalah malam penetapan, di mana ketetapan (qadar) tahunan ditetapkan oleh Allah SWT dan disampaikan melalui Jibril kepada para malaikat yang bertugas di lapisan langit pertama.
Frasa "mencakup segala urusan" (min kulli amr) merujuk pada penetapan takdir, rezeki, kehidupan, dan kematian untuk tahun berikutnya. Malam Lailatul Qadar adalah momen penulisan takdir yang akan berlaku hingga Lailatul Qadar tahun berikutnya. Inilah mengapa ibadah pada malam ini memiliki bobot yang luar biasa, karena doa dan permohonan kita disaksikan dan dibawa langsung oleh utusan agung Allah SWT.
Berkat penetapan yang termaktub dalam ayat ini, malam Lailatul Qadar menjadi malam yang didambakan oleh setiap mukmin. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa beribadah pada satu malam ini lebih baik daripada seribu bulan (sekitar 83 tahun) tanpa malam tersebut. Keutamaan ini tidak hanya karena banyaknya malaikat yang turun, tetapi karena malam itu adalah waktu di mana rahmat dan ampunan Allah SWT dilimpahkan secara khusus.
Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadan, khususnya malam-malam ganjil, dengan shalat, membaca Al-Qur'an, berdzikir, dan beristighfar. Ayat ketiga Al-Qadr berfungsi sebagai pengingat konstan bahwa di tengah keheningan malam, terjadi peristiwa kosmik yang sangat penting, di mana campur tangan ilahi terasa sangat dekat.
Memahami makna ayat ini seharusnya memicu semangat kita untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Malam di mana para malaikat turun adalah malam di mana pintu langit terbuka lebar untuk doa-doa hamba-Nya. Ayat ini, walau singkat, merangkum sebuah janji ilahi tentang keberkahan yang tak terhingga.