Taman Ujung Bali, atau yang juga dikenal sebagai Taman Istana Ujung Karangasem, adalah salah satu destinasi wisata paling memukau di Pulau Dewata. Terletak di Kabupaten Karangasem, destinasi ini bukan sekadar taman biasa, melainkan perpaduan harmonis antara arsitektur kerajaan Bali kuno dengan sentuhan Eropa yang elegan. Nama "Ujung" merujuk pada lokasi geografisnya yang berada di ujung timur Bali.
Pemandangan Istana Air Taman Ujung
Dahulu kala, Taman Ujung merupakan kompleks istana peristirahatan yang dibangun oleh Raja Karangasem terakhir, I Gusti Bagus Djelantik. Pembangunannya memakan waktu bertahun-tahun dan baru selesai pada tahun 1911. Taman ini sengaja didesain untuk menjadi tempat bersantai bagi keluarga kerajaan, sambil menikmati keindahan alam Karangasem yang memukau, dengan latar belakang Gunung Agung yang megah.
Daya tarik utama Taman Ujung terletak pada perpaduan gaya arsitektur yang unik. Anda dapat melihat pengaruh kuat dari tiga budaya utama: Bali, Tiongkok, dan Eropa (khususnya Belanda). Bangunan-bangunan seperti Bale Kulkul, kolam-kolam besar yang memantulkan langit, serta jembatan-jembatan batu yang melengkung menunjukkan keahlian para arsitek pada masanya. Arsitektur Eropa terlihat jelas pada beberapa bangunan paviliun yang memiliki pilar-pilar tinggi dan detail ukiran klasik.
Kompleks taman ini terbagi menjadi beberapa zona utama. Bagian tengah didominasi oleh kolam raksasa yang disebut Telaga Kangin dan Telaga Taman Sari. Air di kolam ini sangat jernih dan berfungsi sebagai cermin alami bagi bangunan-bangunan megah di sekitarnya. Untuk berpindah dari satu area ke area lain, pengunjung harus melintasi jembatan-jembatan batu yang indah, memberikan perspektif berbeda terhadap lanskap taman.
Bagi para pemburu foto, Taman Ujung adalah surga. Setiap sudut menawarkan komposisi visual yang menawan. Salah satu spot paling populer adalah area Pura Tirta Gangga (bukan kompleks Tirta Gangga yang terkenal itu, melainkan kolam utama di Taman Ujung) dengan deretan patung dewa-dewi Hindu yang berdiri gagah di tengah air. Bayangan sempurna bangunan pada permukaan air saat cuaca cerah menciptakan efek visual yang dramatis.
Selain area kolam, terdapat juga taman-taman tropis yang terawat rapi, tangga-tangga batu yang mengarah ke pemandangan lebih tinggi, dan berbagai bale (gazebo) untuk bersantai. Meskipun sebagian kompleks sempat mengalami kerusakan parah akibat letusan Gunung Agung pada tahun 1963 dan gempa bumi, upaya restorasi yang dilakukan pemerintah setempat berhasil mengembalikan kemegahan Taman Ujung, meski dengan beberapa penyesuaian historis.
Untuk menikmati kunjungan yang optimal di Taman Ujung, beberapa tips penting perlu diperhatikan. Pertama, waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi hari sekitar pukul 08.00 hingga 10.00, atau sore hari menjelang matahari terbenam. Cahaya matahari pada jam-jam tersebut memberikan warna terbaik untuk fotografi.
Kedua, kenakan alas kaki yang nyaman. Meskipun area utama sudah tertata baik, Anda akan banyak berjalan kaki menaiki dan menuruni tangga. Ketiga, siapkan air minum. Meskipun sudah ada fasilitas umum, cuaca Bali yang cenderung panas membutuhkan hidrasi yang cukup.
Taman Ujung bukan sekadar peninggalan sejarah; ia adalah bukti nyata bagaimana budaya, alam, dan seni dapat bersatu menciptakan sebuah mahakarya. Mengunjungi tempat ini memberikan pengalaman menenangkan sekaligus memperkaya wawasan tentang warisan bangsawan Bali di masa lampau. Keindahan arsitekturnya yang menyatu dengan alam menjadikan Taman Ujung destinasi yang wajib ada dalam daftar perjalanan setiap wisatawan yang ingin menjelajahi sisi lain Bali selain pantai-pantai terkenalnya.
Dengan luas area yang cukup besar, pengunjung dapat menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengagumi detail ukiran dan refleksi bangunan di atas air. Keagungan yang terpancar dari setiap elemen desain Taman Ujung menjadikannya destinasi yang abadi dan tak lekang oleh waktu.