Surat Al-Kahfi adalah salah satu surat yang sarat dengan pelajaran moral, kisah-kisah teladan, dan pengingat fundamental mengenai hakikat duniawi serta keabadian akhirat. Di antara ayat-ayat pentingnya, terdapat pembahasan mengenai bagaimana manusia akan dibangkitkan setelah kematian mereka, sebuah konsep yang seringkali disalahpahami atau diabaikan. Ayat 19 dari surat ini secara spesifik menyoroti kondisi fisik para penghuni gua (Ashabul Kahfi) saat mereka dibangunkan kembali setelah tidur panjang.
Ayat ini melanjutkan narasi tentang Ashabul Kahfi, pemuda saleh yang bersembunyi di gua untuk menghindari persekusi kaum musyrik. Setelah tertidur selama ratusan tahun (sekitar 309 tahun), Allah SWT membangunkan mereka. Kata kunci dalam ayat ini adalah "بَعَثْنَاهُمْ" (Kami bangunkan mereka). Kata 'ba'ats' dalam konteks ini merujuk pada proses dibangkitkan dari tidur yang sangat panjang, namun secara teologis, ia memiliki resonansi kuat dengan kebangkitan di hari kiamat.
Tujuan utama dari pembangkitan ini dijelaskan: "لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ" (agar mereka saling bertanya di antara sesamanya). Interaksi ini menunjukkan dua hal penting: pertama, bahwa meskipun mereka telah melewati masa yang sangat lama, kondisi fisik mereka tampak seolah-olah baru tidur sebentar; dan kedua, bahwa mereka mengalami disorientasi waktu yang ekstrem.
Ketika mereka saling bertanya, jawaban mereka—"يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ" (sehari atau setengah hari)—menjadi bukti nyata betapa singkatnya waktu yang mereka rasakan dibandingkan dengan waktu yang sebenarnya mereka jalani. Bagi mereka, jeda tidur itu terasa seperti istirahat singkat di malam hari. Ini adalah salah satu mukjizat terbesar yang ditunjukkan Allah kepada mereka, menegaskan kekuasaan-Nya atas waktu.
Tafsir Surat Al-Kahfi ayat 19 memberikan pelajaran mendalam tentang perspektif. Bagi mereka yang hidup dalam ketaatan dan berada dalam perlindungan Ilahi, durasi kesulitan atau penantian (seperti tidur panjang) akan terasa ringan ketika masa itu berakhir dan mereka menemui kebenaran. Durasi duniawi, bahkan yang terpanjang sekalipun, menjadi tidak berarti dibandingkan dengan keabadian.
Kisah ini, dan khususnya ayat 19 ini, berfungsi sebagai penguatan konsep Tauhid dan Hari Pembalasan (Kiamat). Ketika orang-orang kafir pada masa Rasulullah SAW meragukan kebangkitan setelah kematian, kisah Ashabul Kahfi disajikan sebagai bukti nyata bahwa Allah mampu mematikan dan menghidupkan kembali makhluk-Nya dalam durasi yang tak terbayangkan oleh akal manusia.
Perhatikan bagaimana Allah menggambarkan proses kebangkitan mereka. Mereka tidak bangun dalam kondisi renta atau rusak, melainkan dalam kondisi prima, seolah-olah baru beristirahat sesaat. Hal ini menolak anggapan bahwa tubuh akan hancur total dan tidak mungkin direkonstruksi. Allah menegaskan bahwa bagi-Nya, membangkitkan mereka dari tidur panjang tidak lebih sulit daripada membangkitkan mereka dari kematian total.
Mengapa mereka perlu saling bertanya? Interaksi ini penting untuk menanamkan kesadaran kolektif tentang apa yang baru saja terjadi. Ketika mereka sadar bahwa mereka telah tidur ratusan tahun, mereka menjadi saksi hidup atas kekuasaan Allah. Kesadaran inilah yang kemudian mendorong mereka untuk segera mencari tahu kondisi dunia luar dan mencari pertolongan dari Allah. Mereka menjadi simbol umat yang sadar akan pertolongan Ilahi.
Inti dari tafsir ayat ini adalah penguatan iman bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT. Jika Allah bisa menghentikan waktu (atau membuatnya terasa berhenti) bagi sekelompok pemuda selama tiga abad lamanya, maka membangkitkan seluruh umat manusia pada hari Kiamat adalah hal yang jauh lebih mudah. Tafsir Surat Al-Kahfi ayat 19 mengingatkan kita bahwa waktu yang kita jalani di dunia ini—baik panjang maupun pendek—akan berakhir, dan yang tersisa hanyalah pertanggungjawaban atas pilihan kita saat berada di bawah bayang-bayang waktu tersebut.
Oleh karena itu, merenungkan ayat ini seharusnya menumbuhkan rasa takut yang sehat akan Hari Kebangkitan sekaligus harapan besar akan rahmat Allah, yang mampu membalikkan hukum alam demi membuktikan kebenaran janji-Nya.