Tafsir Surah Al-Qadr Menurut Ibnu Katsir

Qadr

Ilustrasi Malam Kemuliaan

Pendahuluan Tafsir Surah Al-Qadr

Surah Al-Qadr (QS. 97) adalah salah satu surah terpendek dalam Al-Qur'an, namun memiliki kedudukan yang sangat agung di sisi Allah SWT. Surah ini secara spesifik membahas tentang malam Lailatul Qadr, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Tafsir klasik dari ulama besar seperti Imam Ibnu Katsir memberikan pemahaman mendalam mengenai keagungan malam ini dan makna di balik turunnya Al-Qur'an padanya.

Ibnu Katsir, dalam kitab tafsirnya, menegaskan bahwa kemuliaan surah ini terletak pada penjelasannya tentang malam turunnya Al-Qur'an. Surah ini menjadi penegasan bahwa Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan secara bertahap, dan penurunan awal terjadi pada malam yang penuh berkah tersebut.

Ayat 1: Penjelasan Tentang Waktu Turun

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

(Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Lailatul Qadr).

Menurut Ibnu Katsir, kata "an-zalnahu" (Kami menurunkannya) merujuk pada Al-Qur'an secara keseluruhan. Walaupun Al-Qur'an diturunkan secara bertahap selama 23 tahun kenabian, Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini merujuk pada permulaan penurunan Al-Qur'an secara total dari Lauhul Mahfuz ke langit dunia pada malam tersebut, kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur.

Lailatul Qadr berarti "Malam Ketetapan" atau "Malam Kemuliaan". Penamaan ini menunjukkan besarnya derajat malam tersebut di sisi Allah SWT.

Ayat 2 & 3: Keutamaan Malam yang Lebih Baik dari Seribu Bulan

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ

(Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadr itu?).

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

(Lailatul Qadr itu lebih baik daripada seribu bulan).

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ungkapan "Wa ma adrakama" adalah bentuk pengagungan dari Allah SWT terhadap suatu perkara. Ketika Allah SWT bertanya, "Tahukah kamu?", itu adalah isyarat bahwa perkara yang ditanyakan memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan tak terbandingkan. Keutamaan seribu bulan di sini adalah perbandingan nilai ibadah yang dilakukan pada malam itu. Seribu bulan setara dengan kurang lebih 83 tahun, menunjukkan bahwa ibadah pada Lailatul Qadr dapat melampaui usia panjang tanpa keberkahan malam tersebut.

Ayat 4: Turunnya Para Malaikat

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ

(Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Tuhannya membawa segala urusan.)

Bagian ini ditafsirkan Ibnu Katsir dengan mengutip hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. "Ar-Ruh" ditafsirkan secara jelas sebagai Malaikat Jibril AS, pemimpin para malaikat. Kepadatan jumlah malaikat yang turun tidak tertandingi di malam-malam lain. Mereka turun membawa rahmat, ampunan, dan ketetapan takdir untuk tahun yang akan datang—inilah yang dimaksud dengan "min kulli amr" (segala urusan). Kehadiran mereka membawa kedamaian (salam) di bumi, mencakup ketenangan jiwa dan keamanan dari segala bencana.

Ayat 5: Keselamatan Hingga Fajar

هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

(Malam itu (penuh) kesejahteraan (keselamatan) hingga terbit fajar).

Ibnu Katsir menggarisbawahi bahwa frasa "hiyya hatta matla'il fajr" menegaskan bahwa keberkahan, rahmat, dan keselamatan yang diturunkan para malaikat berlangsung sejak matahari terbenam hingga terbitnya fajar shadiq. Malam ini murni dipenuhi kebaikan dan tidak ada keburukan di dalamnya. Ini adalah waktu yang mustajab bagi umat Islam untuk beribadah, berdoa, dan memohon ampunan, karena pintu rahmat terbuka lebar sepanjang malam tersebut.

Kesimpulan Tafsir Ibnu Katsir

Secara ringkas, Ibnu Katsir menekankan bahwa Surah Al-Qadr adalah pengingat abadi akan kebesaran Allah SWT dalam menurunkan wahyu-Nya. Lailatul Qadr adalah malam yang penuh kemuliaan (karena Al-Qur'an turun padanya), malam yang sangat berharga (lebih baik dari 1000 bulan), dan malam di mana rahmat ilahi dicurahkan melalui turunnya Jibril dan para malaikat dengan membawa kedamaian dan ketetapan urusan dunia dan akhirat, berlangsung hingga pagi tiba. Menghidupkan malam ini dengan ibadah adalah investasi spiritual terbesar bagi seorang Muslim.

🏠 Homepage