Dalam khazanah Al-Qur'an, terdapat surah-surah yang memiliki latar belakang pewahyuan (Asbabul Nuzul) yang sangat jelas dan terkait langsung dengan peristiwa sejarah. Salah satu yang paling terkenal dan lugas dalam menyampaikan kecaman ilahi adalah Surah Al-Masad, yang juga dikenal luas karena ayat pertamanya, "Tabbat Yada Abi Lahab wa Tabb."
Surah ke-111 dalam urutan mushaf ini pendek, hanya terdiri dari lima ayat, namun memiliki bobot teologis dan historis yang luar biasa. Ayat pembuka, "Tabbat Yada," secara harfiah berarti "Celakalah kedua tangan..." Kalimat ini langsung ditujukan kepada sosok tertentu dalam sejarah Islam awal.
Latar Belakang Pewahyuan (Asbabul Nuzul)
Mengapa Surah ini turun? Kisah di balik tabbat yada ayat ini sangat spesifik. Setelah Rasulullah Muhammad SAW mulai berdakwah secara terbuka, beliau naik ke Bukit Safa dan menyeru kaum Quraisy untuk beriman. Di antara yang hadir adalah Abu Lahab, paman Nabi Muhammad SAW. Abu Lahab dikenal sebagai salah satu penentang paling gigih dan kasar terhadap risalah Islam.
Ketika Nabi menyerukan kebenaran, Abu Lahab berdiri dan dengan lantang membentak, "Celakalah engkau (Muhammad)! Hanya untuk inikah engkau mengumpulkan kami?" Respon kasar inilah yang menjadi pemicu turunnya wahyu Surah Al-Masad. Ayat ini bukan hanya teguran umum, tetapi kutukan spesifik yang ditujukan kepada kemurkaan dan permusuhan Abu Lahab terhadap ajaran tauhid.
Makna Ayat per Ayat
Meskipun pendek, setiap ayat membawa konsekuensi besar:
- Tabbat Yada Abi Lahab wa Tabb: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan celakalah dia." Ini adalah doa/berita tentang kehancuran total, baik harta maupun usahanya.
- Maa Aghna 'anhu Maaluhu wa Maa Kasab: "Tidaklah berguna baginya harta bendanya dan apa yang telah ia usahakan." Kekayaan yang ia kumpulkan untuk menentang Islam tidak akan menyelamatkannya.
- Saayaslaa Naaran Dzaata Lahab: "Dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka)." Ini adalah penegasan nasibnya di akhirat.
- Wamra’atuhu Hammalatal Hatab: "Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar." Istrinya, Ummu Jamil, juga mendapat balasan setimpal atas perannya dalam menyakiti Nabi.
- Fii Jiidihaa Hablum Mim Masad: "Di lehernya ada tali yang terbuat dari sabut (serat pohon)." Ini adalah gambaran penghinaan yang akan menimpanya di neraka.
Transliterasi: Tabbat yadaa Abii Lahabiw wa Tabb.
Pelajaran dari Kisah Abu Lahab
Kisah tabbat yada ayat ini mengajarkan umat Islam beberapa pelajaran penting mengenai konsekuensi dari permusuhan terhadap kebenaran. Pertama, penolakan terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW tidak dapat diampuni hanya karena hubungan kekerabatan. Meskipun Abu Lahab adalah paman Nabi, kedekatan darah tidak memberikan imunitas dari siksa ilahi akibat kekafiran dan permusuhan aktif.
Kedua, Surah ini menunjukkan bahwa amal perbuatan yang didasari niat buruk dan permusuhan terhadap agama Allah akan sia-sia. Harta dan usaha yang dikumpulkan untuk tujuan yang salah, seperti membiayai kampanye kebencian terhadap Islam, tidak akan berarti apa-apa di hadapan perhitungan akhirat.
Ketiga, Surah ini memberikan kepastian bahwa keadilan Allah akan ditegakkan. Ini adalah kabar gembira bagi kaum Muslimin saat itu yang merasa tertekan oleh permusuhan kaum kafir Makkah, menunjukkan bahwa para penentang utama akan menerima balasan setimpal di dunia maupun akhirat. Bahkan, disebutkan bahwa istri Abu Lahab, Ummu Jamil, turut menanggung akibat perbuatannya sebagai "pembawa kayu bakar," yang oleh sebagian mufassir diartikan sebagai orang yang menyebarkan fitnah dan duri (penghalang) jalan dakwah.
Secara keseluruhan, Surah Al-Masad, yang diawali dengan kutukan "Tabbat Yada," menjadi monumen abadi atas kegagalan kekuasaan dan kebencian yang dipertontonkan oleh salah satu musuh paling dekat dari Nabi Muhammad SAW. Ia menegaskan bahwa di atas segalanya, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan abadi.