Surat Al-Lail, atau sering disebut sebagai Surat Malam, merupakan salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang memiliki makna mendalam mengenai pilihan hidup dan konsekuensinya. Surat ini merupakan surat ke-92 dalam urutan mushaf dan tergolong surat Makkiyah, yang diturunkan di Mekkah sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Nama Al-Lail sendiri diambil dari kata pertama dalam surat ini yang berarti "Malam," yang sering digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan berbagai kondisi kehidupan manusia.
Keutamaan membaca surat ini sangatlah besar. Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa membaca surat Al-Lail dalam shalat atau zikir dapat memberikan ketenangan batin dan mendekatkan diri kepada keridhaan Allah SWT. Surat ini mengajak perenungan tentang bagaimana manusia berusaha keras dalam hidupnya, dan bagaimana Allah SWT membalas usaha tersebut sesuai dengan niat dan tindakannya.
Bagi mereka yang sedang belajar membaca Al-Qur'an atau belum lancar membaca huruf Arab, transliterasi Latin sangat membantu sebagai panduan pengucapan. Berikut adalah terjemahan dalam format Latin dari Surat Al-Lail:
Inti ajaran Surat Al-Lail terletak pada penekanan bahwa kehidupan manusia adalah perjuangan yang bervariasi. Allah SWT bersumpah dengan malam dan siang, serta dengan penciptaan laki-laki dan perempuan, bahwa sesungguhnya usaha (amal perbuatan) manusia itu bermacam-macam. Ada yang berusaha menuju kebaikan, dan ada pula yang cenderung pada kemaksiatan.
Ayat-ayat selanjutnya membagi manusia menjadi dua kelompok utama. Kelompok pertama adalah mereka yang berinfak (memberi), bertakwa kepada Allah, dan membenarkan adanya pahala terbaik (Al-Husna). Bagi mereka ini, Allah akan memudahkan jalannya menuju kemudahan (Al-Yusra), yaitu kemudahan dalam beramal saleh dan kemudahan di akhirat.
Sebaliknya, kelompok kedua adalah mereka yang kikir (bakhil), merasa dirinya cukup (tidak butuh pertolongan Allah), dan mendustakan janji pahala terbaik. Bagi mereka, Allah akan memudahkan jalannya menuju kesulitan (Al-'Usra), yaitu kesulitan dalam melaksanakan ketaatan dan kesulitan di hari pembalasan.
Surat ini juga mengingatkan bahwa harta benda yang dikumpulkan tidak akan berguna saat seseorang berada dalam kesulitan besar, yaitu saat menghadapi kematian. Allah menegaskan bahwa tugas-Nya adalah menunjukkan petunjuk (Al-Huda), dan sesungguhnya bagi Allah kepunyaan akhirat dan dunia.
Peringatan keras diberikan mengenai neraka yang menyala-nyala, yang hanya akan dimasuki oleh orang yang paling celaka, yaitu orang yang mendustakan kebenaran dan berpaling darinya. Kontras dengan itu, orang yang paling bertakwa akan dijauhkan darinya, yaitu mereka yang menginfakkan hartanya semata-mata karena mencari keridhaan Allah semata, dan mereka pasti akan merasa ridha (bahagia) di akhirat kelak.
Mempelajari Surat Al-Lail dalam transliterasi Latin memudahkan pembaca awam untuk merenungkan pesan-pesan penting yang terkandung di dalamnya. Pesan universalnya adalah tentang akuntabilitas. Setiap nafas dan tindakan kita dicatat dan akan dimintai pertanggungjawaban. Tidak ada usaha yang sia-sia di sisi Allah, asalkan niatnya lurus dan bersumber dari ketakwaan.
Surat ini mendorong umat Islam untuk menjadi tipe pertama: dermawan, membenarkan janji Allah, dan menjauhi sifat kikir yang seringkali menjadi penghalang utama dalam berbuat kebajikan. Dengan memahami dualitas jalan ini—jalan kemudahan menuju surga dan jalan kesulitan menuju neraka—seorang Muslim dapat mengarahkan prioritas hidupnya agar selalu berada di jalur yang diridhai Allah SWT. Mengamalkan nilai-nilai dalam Surat Al-Lail adalah investasi jangka panjang yang hasilnya baru terlihat sempurna di kehidupan abadi.