Ikon mewakili keesaan dan fokus utama surat.
Surat ke 112 dalam Al-Qur'an adalah surat Al-Ikhlas, yang berarti "Memurnikan Keimanan" atau "Ketulusan". Surat ini merupakan salah satu surat pendek namun memiliki kedudukan yang sangat agung di sisi Allah SWT. Terletak di urutan surat ke-112 dan merupakan surat ke-19 yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, Al-Ikhlas terdiri dari empat ayat yang ringkas namun padat makna.
Keistimewaan surat ini sangat ditekankan dalam berbagai hadis. Rasulullah ﷺ bahkan menyamakan membacanya dengan sepertiga Al-Qur'an, menjadikannya bacaan wajib bagi seorang Muslim yang ingin memperkuat fondasi tauhid (keesaan Allah) dalam dirinya.
Berikut adalah teks asli Arab beserta terjemahan dari surat Al-Ikhlas (Surat ke-112):
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa"
"Allah adalah Ash-Shamad (tempat bergantung segala sesuatu)"
"Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan"
"Dan tidak ada seorang pun yang menyamai Dia"
Setiap ayat dalam surat Al-Ikhlas berfungsi sebagai pilar utama dalam mendefinisikan konsep tauhid yang murni, menolak segala bentuk kesyirikan yang pernah ada.
Ayat pertama menegaskan bahwa Tuhan yang wajib disembah hanyalah satu, yaitu Allah. Kata "Ahad" (Maha Esa) menunjukkan keunikan mutlak yang tidak dapat dibagi atau disekutukan. Ini adalah bantahan keras terhadap politeisme atau kepercayaan akan banyak tuhan.
Makna "Ash-Shamad" sangat luas. Mayoritas ulama menafsirkannya sebagai Dzat yang segala sesuatu membutuhkan-Nya, namun Dia sendiri tidak membutuhkan apa pun. Dialah tujuan akhir dari semua harapan, tempat segala kebutuhan bermuara, tempat perlindungan di saat genting. Pemahaman ini memperkuat kebergantungan total seorang hamba hanya kepada Allah.
Ayat ini secara tegas menolak dua bentuk kesyirikan yang sering terjadi pada masa jahiliyah: penyerupaan Allah dengan makhluk ciptaan-Nya. "Lam yalid" (tidak beranak) meniadakan gagasan bahwa Allah memiliki keturunan (seperti anggapan sebagian kaum musyrik atau Yahudi dan Nasrani). Sementara "wa lam yuulad" (tiada diperanakkan) meniadakan gagasan bahwa Allah memiliki asal-usul atau diciptakan oleh sesuatu, menegaskan keabadian-Nya.
Ayat penutup ini menyimpulkan kemahasempurnaan Allah dengan menyatakan bahwa "tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya". Tidak ada tandingan, tidak ada bandingannya, baik dalam zat, sifat, maupun perbuatan-Nya. Ini adalah puncak dari pengakuan keesaan Allah yang absolut.
Mengapa surat yang hanya empat ayat ini begitu diagungkan? Alasannya terletak pada fokusnya yang murni, yaitu akidah tauhid itu sendiri. Beberapa keutamaan yang sering disebutkan:
Secara keseluruhan, surat ke 112 dalam Al-Qur'an adalah surat Al-Ikhlas berfungsi sebagai ringkasan teologi Islam yang paling fundamental. Ia adalah deklarasi keimanan yang paling kuat dan murni, mengajarkan bahwa hakikat ibadah hanya layak diperuntukkan bagi Dzat yang Maha Tunggal, Maha Mandiri, dan Maha Sempurna.