Surat Al-Lahab, atau dikenal juga dengan nama Al-Masad, adalah surat ke-111 dalam Al-Qur'an. Terdiri dari lima ayat pendek, surat ini memiliki konteks historis yang sangat spesifik, diturunkan untuk merespons salah satu musuh terbesar Islam, yaitu Abu Lahab, paman Nabi Muhammad SAW. Memahami bunyi (bacaan) yang tepat sangat krusial karena surat ini mengandung ancaman keras sekaligus pelajaran tentang konsekuensi dari penolakan terhadap kebenaran.
Fokus utama dari pembahasan ini adalah bagaimana bunyi bacaan surat tersebut harus diucapkan dengan benar, mengingat pentingnya tajwid dalam membaca Al-Qur'an. Meskipun singkat, pesan yang disampaikan sangat padat dan tegas mengenai nasib orang-orang yang menentang dakwah tauhid.
Berikut adalah susunan ayat dari Surat Al-Lahab, lengkap dengan transliterasi latin untuk memudahkan pembacaan bagi yang belum fasih dalam aksara Arab, serta terjemahan singkatnya.
Nama "Al-Lahab" secara harfiah berarti "Api yang menyala-nyala". Dalam ayat ketiga, "سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ" (Sayaslaa naaran dhaata lahab), penekanan bunyi harus jelas pada huruf Lam (ل) dan Ha (ه) yang lembut. Bunyi Lahab ini menggambarkan sifat api neraka yang bukan sekadar panas, melainkan berkobar-kobar, menunjukkan intensitas siksaan yang diterima Abu Lahab.
Dalam pembacaan yang benar, setiap huruf harus terpisah dengan jelas. Huruf Haa' (ه) harus dibaca dengan hembusan nafas yang berbeda dari Ha' (ح) yang lebih tebal. Kesalahan dalam pengucapan huruf bisa mengubah makna secara drastis dalam Al-Qur'an, meskipun Surat Al-Lahab relatif mudah diucapkan dibandingkan surat-surat yang mengandung banyak hukum tajwid rumit.
Surat ini seringkali dijadikan pelajaran pertama mengenai bahaya fitnah dan permusuhan terbuka terhadap agama Allah. Abu Lahab dan istrinya dikenal aktif menyebarkan fitnah dan menghalangi dakwah Rasulullah SAW.
Pelajaran penting yang bisa diambil dari bunyi dan isi surat ini adalah:
Mempelajari bunyi surat ini bukan sekadar hafalan, melainkan penguatan keyakinan bahwa setiap tindakan, baik atau buruk, akan mendapatkan balasan yang setimpal sesuai dengan apa yang telah dikerjakan di dunia. Surat ini menegaskan bahwa status kekerabatan dengan Nabi tidak memberikan kekebalan dari pertanggungjawaban amal.
Meskipun Al-Lahab hanya lima ayat, para ulama menekankan bahwa membaca dengan tajwid (ilmu memperbaiki bacaan) tetap wajib. Tajwid memastikan bahwa bunyi yang kita ucapkan sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kesalahan bunyi, misalnya memanjangkan bacaan yang seharusnya pendek (mad vs. qashr), dapat mengubah makna kalimat secara fatal. Bagi Surat Al-Lahab, fokus utama adalah menjaga kejelasan huruf-huruf konsonan dan vokal pendek yang membentuk ancaman tersebut.
Dengan memahami bunyi yang benar dan makna yang terkandung di dalamnya, Surat Al-Lahab berfungsi sebagai pengingat abadi akan konsekuensi dari keangkuhan dan penolakan terhadap petunjuk Ilahi.