Ilustrasi simbolis: Sebuah gerbang yang luas dan tantangan besar.
Surat Al-Kahfi, yang berarti "Gua", adalah salah satu surat terpenting dalam Al-Qur'an, seringkali direkomendasikan untuk dibaca setiap hari Jumat karena mengandung kisah-kisah penuh hikmah, termasuk kisah Ashabul Kahfi (pemuda Ashab Al-Kahf), Dzulkarnain, dan dua ahli kebun.
Di antara ayat-ayat yang memuat pelajaran penting, **Surat Al-Kahfi ayat 91** menonjol sebagai peringatan tegas mengenai kondisi spiritual dan konsekuensi dari pengabaian kebenaran. Ayat ini berbicara tentang sekelompok orang yang memiliki pandangan dan kapasitas yang luar biasa, namun memilih untuk menutup diri dari kebenaran yang dibawa oleh para Nabi.
Perlu dicatat bahwa ayat ini (Ayat 90 hingga 98) sebenarnya menjelaskan perjalanan Dzulkarnain ke batas barat bumi. Namun, konteks ayat 91 secara spesifik menggambarkan titik terjauh yang dicapainya, dan interaksinya dengan penduduk setempat di sana.
Meskipun ayat ini berpusat pada narasi Dzulkarnain, terdapat beberapa pelajaran mendalam yang bisa kita tarik, terutama berkaitan dengan konsep batas, penglihatan, dan otoritas moral:
Dalam konteks modern, pemahaman mendalam mengenai **Surat Al-Kahfi ayat 91** mengingatkan kita bahwa kekuatan dan kemampuan (seperti yang dimiliki Dzulkarnain) selalu disertai tanggung jawab besar. Ketika kita menemukan kelompok masyarakat yang hidup dalam kegelapan (baik itu kebodohan, kesesatan moral, atau ketidakadilan), kita dihadapkan pada pilihan yang sama:
Apakah kita menggunakan kekuatan (ilmu, harta, pengaruh) untuk menghukum dan menindas, ataukah kita memilih jalan yang lebih mulia, yaitu mendidik, membimbing, dan memberikan kebaikan? Islam mengajarkan bahwa jalan memperbaiki (ittikhadzu fihim khayra) seringkali lebih utama daripada jalan penghukuman, kecuali jika kejahatan sudah tidak dapat ditoleransi lagi dan diperlukan penegakan hukum yang adil.
Kisah ini menekankan bahwa kekuasaan sejati adalah kekuasaan yang diarahkan untuk kemaslahatan umat. Para pemimpin, pendidik, dan bahkan individu yang memiliki pengaruh di lingkungannya harus senantiasa merujuk pada panduan ilahi dalam mengambil keputusan antara sanksi keras atau kasih sayang yang membangun.
Oleh karena itu, merenungi ayat ini bukan hanya sekadar mengetahui perjalanan seorang tokoh sejarah, tetapi merupakan refleksi diri tentang bagaimana kita menggunakan "kekuatan" kita sehari-hari. Apakah kita membangun atau meruntuhkan? Apakah kita memberikan cahaya atau menambah kegelapan di lautan kebingungan orang lain? Ayat 91 Al-Kahfi adalah panggilan untuk menggunakan otoritas dengan kebijaksanaan dan rahmat tertinggi.
Memahami ayat-ayat seperti ini, terutama yang ada di dalam Surat Al-Kahfi, membantu melindungi hati kita dari empat fitnah besar yang dibahas dalam surat tersebut: fitnah harta, fitnah ilmu, fitnah kekuasaan, dan fitnah hawa nafsu. Ayat 91 secara khusus menyentuh fitnah kekuasaan yang datang bersamaan dengan pencapaian batas-batas duniawi.