Surat Al-Kahfi (gua) adalah salah satu surat penting dalam Al-Qur'an yang sarat akan hikmah dan pelajaran hidup. Ayat ke-109 dari surat ini menjadi penutup pembahasan tentang kebenaran dan batas pengetahuan manusia dalam memahami keagungan Allah SWT.
Ayat 109 dari Surat Al-Kahfi adalah penegasan luar biasa mengenai sifat ilmu Allah SWT yang tak terbatas. Dalam konteks ayat-ayat sebelumnya yang membahas tentang kisah Ashabul Kahfi (pemuda gua) dan pertanyaan tentang Dzulqarnain, ayat ini berfungsi sebagai penutup sekaligus pengingat bagi Nabi Muhammad SAW dan umatnya bahwa akal manusia, secerdas apapun atau seberapa banyak ilmu yang mereka miliki, tetaplah terbatas jika dibandingkan dengan keagungan ilmu Allah.
Poin utama dari ayat ini adalah perumpamaan lautan dan tinta. Lautan, yang merupakan sumber air terbesar di bumi, digunakan sebagai metafora untuk kapasitas pencatatan atau penulisan. Jika seluruh lautan di dunia dijadikan tinta, dan seluruh alam semesta dijadikan wadah untuk menampungnya, maka tinta tersebut akan habis terlebih dahulu sebelum semua kalimat Allah SWT dapat tertuliskan sepenuhnya.
Ini menunjukkan bahwa jumlah dan kedalaman ilmu Allah jauh melampaui kemampuan manusia untuk memahami atau mencakupnya. Manusia hanya diberi sedikit dari ilmu Allah, sebagaimana firman Allah di ayat sebelumnya (Al-Kahfi: 108) yang menegaskan bahwa manusia tidak akan pernah menemukan tempat berlindung selain dari-Nya.
Dalam kehidupan modern, di mana informasi menyebar dengan cepat dan pengetahuan teknis terus berkembang, ayat ini menjadi pengingat yang relevan. Kemajuan teknologi, penemuan ilmiah, dan akumulasi data hanyalah sebagian kecil dari ciptaan-Nya. Kita tidak boleh terperangkap dalam ilusi bahwa ilmu yang kita miliki sudah cukup. Sebaliknya, kita didorong untuk menggunakan ilmu tersebut dengan bijak, sambil selalu mengakui bahwa sumber segala ilmu adalah Allah SWT.
Surat Al-Kahfi, dengan kisah-kisahnya yang penuh pelajaran dan penutup ayatnya yang agung, menawarkan landasan spiritual yang kuat bagi umat Islam untuk menghadapi tantangan zaman, termasuk godaan kesesatan (fitnah Dajjal) dan godaan kesombongan intelektual. Ayat 109 secara tegas menutup pembahasan dengan memperlihatkan bahwa keagungan Allah tidak dapat diukur oleh apapun yang ada di alam semesta ini.