Gambar ilustrasi: Cahaya kemudahan setelah kegelapan.
Dalam lembaran suci Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang turun sebagai penyejuk hati dan sumber kekuatan spiritual bagi umat Islam. Dua di antaranya adalah Surat Ad-Dhuha dan Surat Al-Insyirah (Asy-Syarh). Kedua surah pendek dalam Juz Amma ini seringkali dibaca bersamaan, terutama ketika seseorang dilanda kesempitan, kesedihan, atau perasaan terasing. Keduanya adalah pesan langsung dari Allah SWT kepada Rasulullah ﷺ, yang sekaligus menjadi pengingat abadi bagi seluruh umat manusia bahwa di balik setiap kesulitan, pasti ada kemudahan yang menyertainya.
Surat Ad-Dhuha turun sebagai penghiburan ketika Rasulullah ﷺ sempat merasakan jeda wahyu, membuat beliau merasa sedikit gelisah. Sementara Surat Al-Insyirah menegaskan kembali janji pertolongan ilahi yang lebih definitif. Memahami makna mendalam kedua surah ini adalah kunci untuk menumbuhkan optimisme dan keteguhan iman di tengah badai kehidupan.
Surat Ad-Dhuha dimulai dengan sumpah Allah SWT menggunakan waktu pagi hari yang cerah, "Demi waktu dhuha (ketika matahari naik tinggi)," (Ad-Dhuha: 1). Sumpah ini menekankan bahwa waktu pagi, yang melambangkan awal yang baru dan kebangkitan energi, adalah saksi atas kebenaran janji Allah. Allah SWT menegaskan, "dan demi malam apabila telah sunyi (sepi)," (Ad-Dhuha: 2). Kontras antara siang yang terang dan malam yang sunyi ini menunjukkan kekuasaan-Nya atas semua waktu dan keadaan.
Pesan utama dari surah ini adalah penghapusan rasa khawatir. Allah SWT berfirman kepada Nabi Muhammad ﷺ, "Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak (pula) membencimu." (Ad-Dhuha: 3). Ayat ini adalah penegasan cinta ilahi yang tak bersyarat. Selanjutnya, Allah menjanjikan masa depan yang lebih baik daripada masa lalu: "Dan sungguh, akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan." (Ad-Dhuha: 4). Bagi seorang mukmin, ini adalah jaminan bahwa kesabaran dalam kesulitan hari ini akan dibalas dengan kemuliaan di hari esok, baik di dunia maupun akhirat.
Surat Al-Insyirah, atau Asy-Syarh, memiliki tema yang saling melengkapi dengan Ad-Dhuha. Surah ini dibuka dengan pertanyaan retoris yang menghibur: "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu (hatimu)?" (Al-Insyirah: 1). Kata 'syarh' sendiri berarti meluaskan atau melapangkan. Ini merujuk pada peristiwa pembelahan dada Nabi ﷺ yang dilakukan para malaikat untuk membersihkan hati beliau, sekaligus menegaskan bahwa beban dakwah telah diringankan oleh pertolongan ilahi.
Pusat dari surah ini adalah ayat yang sangat terkenal dan menjadi mantra kekuatan bagi banyak orang ketika menghadapi tekanan hidup: "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." (Al-Insyirah: 5-6). Pengulangan kata 'bersama kesulitan ada kemudahan' menekankan kepastian akan pertolongan. Ini bukan janji bahwa kesulitan akan hilang seketika, melainkan janji bahwa kemudahan akan selalu menyertai, bahkan ketika kesulitan itu masih terasa berat.
Setelah janji kemudahan, Allah memerintahkan untuk terus berusaha dan bergantung penuh kepada-Nya: "Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), maka tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap." (Al-Insyirah: 7-8). Ini mengajarkan keseimbangan antara tawakal dan ikhtiar yang gigih.
Mengapa kedua surah ini terasa sangat relevan di zaman serba cepat dan penuh tekanan ini? Pertama, mereka menawarkan perspektif bahwa kesulitan (dhaq) adalah bagian inheren dari kehidupan, namun tidak pernah datang sendiri; ia selalu ditemani kemudahan (yusr). Dalam konteks pekerjaan, studi, atau masalah keluarga, pengingat ini membantu kita menghindari keputusasaan.
Kedua, Ad-Dhuha dan Al-Insyirah mengingatkan kita untuk selalu melihat ke depan dengan optimisme yang berakar pada iman. Jika Allah SWT telah menjamin bahwa masa depan akan lebih baik dan bahwa hati kita telah dilapangkan, maka tugas kita adalah menjaga hati tetap terbuka, terus berikhtiar, dan menyerahkan hasilnya kepada Pemilik Waktu. Membaca dan merenungkan kedua surah ini secara rutin bukan hanya ibadah, tetapi juga praktik kesehatan mental dan spiritual yang sangat dianjurkan. Mereka adalah jaminan bahwa fajar kebahagiaan pasti akan menyingsing setelah malam kegelisahan usai.