Surat Al-Insyirah, atau dikenal juga dengan nama Asy-Syarh (Kelapangan), adalah surat ke-94 dalam Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada masa-masa awal dakwah beliau yang penuh dengan kesulitan dan tekanan. Surat ini merupakan suntikan semangat dan penghibur dari Allah SWT kepada Rasul-Nya, mengingatkan bahwa di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
Di antara empat ayat yang membentuk inti pesan penghibur ini, ayat kelima memegang peranan krusial dalam memperkuat fondasi spiritual seorang Muslim saat menghadapi cobaan. Ayat ini berbunyi:
Ayat ini bukan sekadar ucapan penyemangat biasa, melainkan sebuah kaidah ilahiah yang ditetapkan Allah. Frasa kunci dalam ayat ini adalah "ma'a" (bersama dengan). Kata ini mengandung makna yang lebih mendalam daripada sekadar "setelah" atau "kemudian". "Bersama dengan" menyiratkan bahwa kemudahan itu tidak datang belakangan setelah kesulitan berakhir, melainkan hakikatnya melekat dan hadir berdampingan dengan kesulitan itu sendiri.
Ketika seorang mukmin berada dalam kesempitan, kesusahan, atau ujian hidup—baik itu berupa sakit penyakit, kehilangan harta, kegagalan usaha, atau tekanan psikologis—Allah menjanjikan bahwa kemudahan sudah tersedia, bahkan mungkin belum terlihat wujudnya secara kasat mata. Janji ini menuntut kesabaran aktif, bukan pasif. Kita harus bergerak mencari jalan keluar sambil tetap memegang teguh keyakinan bahwa pertolongan Allah pasti menyertai perjuangan kita.
Ada beberapa hikmah di balik penegasan bahwa kemudahan itu bersama kesulitan. Pertama, hal ini mencegah seorang hamba dari keputusasaan (putus asa dari rahmat Allah). Selama kesulitan itu masih ada, harapan akan pertolongan Allah juga harus tetap menyala. Kedua, kesulitan berfungsi sebagai alat penyucian dosa dan peningkatan derajat. Jika kemudahan datang terpisah jauh setelah kesulitan, maka ujian tersebut menjadi kurang efektif dalam membentuk karakter. Dengan hadirnya bersamaan, kesulitan memaksa jiwa untuk mencari solusi dan beralih kepada Allah SWT, yang merupakan tujuan utama dari setiap ujian.
Ayat ini mengajarkan kita paradigma berpikir yang benar dalam Islam. Dunia memang penuh dengan ujian, tetapi ujian tersebut selalu memiliki penyeimbang yang setara, bahkan kadang lebih besar. Ketika kita menghadapi satu kesulitan (Al-'Usr), kita harus segera mencari dan mengingat kemudahan (Al-Yusr) yang dijanjikan Allah. Ini menciptakan keseimbangan mental dan spiritual yang kokoh.
Makna ayat 5 ini semakin kuat jika dilihat dalam konteks Surat Al-Insyirah secara keseluruhan. Ayat 1 hingga 4 sudah menegaskan bahwa Allah telah melapangkan dada Nabi Muhammad SAW, meringankan beban yang memberati beliau, dan mengangkat nama baik beliau. Setelah rangkaian penegasan karunia dan pertolongan yang telah diberikan (masa lalu dan kini), barulah Allah menegaskan janji masa depan melalui ayat 5: "Maka, sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan."
Kemudian, ayat keenam mengulangi janji tersebut dengan penekanan yang lebih kuat: "Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." Pengulangan ini (ta'kid) menunjukkan betapa pentingnya keyakinan ini bagi setiap Muslim yang sedang berjuang. Dalam bahasa Arab, pengulangan sering digunakan untuk penegasan absolut. Seolah Allah berfirman, "Aku ulangi lagi, jangan pernah ragu! Setiap kali kesulitan datang, kemudahan selalu mengekorinya."
Bagi seorang Muslim modern, ayat surat al insyirah 5 ini adalah peta jalan saat menghadapi krisis. Ini menuntut kita untuk tidak hanya bersabar secara pasif menunggu akhir dari masalah, tetapi juga proaktif dalam mencari "kemudahan" yang dimaksud. Kemudahan itu bisa berupa:
Kesimpulannya, Al-Insyirah ayat 5 adalah jaminan ilahi yang abadi. Ia mengingatkan bahwa penderitaan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan jembatan menuju kelegaan yang telah disiapkan oleh Sang Maha Pengasih. Selama kita memegang teguh tauhid dan terus berusaha, janji "inna ma'al 'usri yusra" akan selalu terwujud dalam skenario terbaik versi Allah SWT.