Surat Al-Fatihah, yang berarti "Pembukaan", adalah surah pertama dalam Al-Qur'an dan merupakan rukun utama dalam setiap rakaat shalat wajib maupun sunnah. Keistimewaannya sangat besar, bahkan disebut sebagai Ummul Kitab (Induk Kitab) dan As-Sab'ul Matsani (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang). Oleh karena itu, memastikan pembacaan Surat Al-Fatihah dilakukan dengan **surat al fatihah yang benar** secara tajwid dan makhraj adalah hal yang krusial bagi setiap Muslim.
Kesalahan dalam melafalkan satu huruf atau harakat saja dapat mengubah makna, dan dalam shalat, hal ini bisa memengaruhi keabsahan ibadah kita. Berikut adalah panduan rinci untuk menguasai pembacaan surat termulia ini.
Setiap ayat dalam Al-Fatihah memiliki makna dan cara pengucapan yang harus diperhatikan. Kesempurnaan terletak pada ketenangan hati saat membacanya, yang dimulai dari ketepatan pelafalan hurufnya.
Perhatikan pengucapan huruf **Ra'** pada kata Ar-Rahman (harus jelas dengan getaran ringan) dan **Ra'** pada Ar-Rahim. Jangan sampai ada penambahan vokal di akhir huruf mati.
Hati-hati dengan huruf **Haa' (ح)** di akhir kata Al-Hamdu; ini adalah ha' tebal yang keluar dari tenggorokan bagian tengah. Banyak orang salah mengucapkannya seperti huruf Ha biasa. Selain itu, pastikan menahan nafas sejenak setelah Alhamdulillah, meskipun dalam shalat sering disambung.
Ayat ini menegaskan kembali sifat kasih sayang Allah dan kekuasaan-Nya pada hari akhir. Pastikan pengucapan **Yaumid-Dīn** benar, dengan menekankan bunyi **Dāl (د)** dan **Nūn (ن)** tanpa dilembutkan.
Ini adalah inti dari Al-Fatihah. Pengucapan **'Ain (ع)** pada kata **Na'budu** harus ditarik dari pangkal tenggorokan. Jika diucapkan tanpa 'Ain, maknanya bisa berubah. Kesalahan umum lainnya adalah pada kata **Nasta'īn**, pastikan terdapat jeda (alif) sebelum 'Ain.
Dua ayat terakhir ini mengandung permohonan terpenting. Perhatikan huruf **Shod (ص)** pada **Shiraath** (harus tebal/emphatic), jangan sampai tertukar dengan huruf Sin (س). Kesalahan fatal adalah pada kata **Wad-Dhaallin** (orang sesat); huruf **Dhad (ض)** harus dibaca tebal dan penuh penekanan. Jika mengucapkan **Dhad** menjadi **Dāl (د)** atau **Dza (ذ)**, artinya akan berubah total.
Untuk memastikan pembacaan **surat al fatihah yang benar**, menguasai ilmu tajwid adalah suatu keharusan. Tajwid bukan sekadar menghafal, tetapi juga memahami bagaimana setiap huruf keluar dari makhrajnya (tempat keluarnya huruf) dan bagaimana hukum-hukum bacaan (seperti idgham, ikhfa', qalqalah) diterapkan.
Misalnya, pada ayat kedua, terdapat hukum tajwid Alif Lam Syamsiyah pada kata Ar-Rabbil 'Aalameen (Ra’ dibaca jelim karena bertemu Lam Syamsiyah). Demikian pula, pada ayat terakhir, terdapat hukum Ikhfa' Haqiqi pada bacaan An'amta yang menunjukkan perlunya sedikit penahanan dengung (ghunnah).
Mempelajari dan mengulang-ulang **surat al fatihah yang benar** adalah investasi pahala yang luar biasa. Mulailah dengan mendengarkan bacaan dari qari' (pembaca Al-Qur'an) yang terpercaya, kemudian praktikkan perlahan sambil memeriksa makhraj setiap huruf, terutama huruf-huruf yang sulit seperti 'Ain, Ha', Shod, dan Dhad. Dengan ketelitian ini, shalat kita akan semakin sempurna di hadapan Allah SWT.